Cedera dan Kecelakaan Lalu Lintas

27,84, dan luka ringan 12.084 orang 37,45. Kejadian KLL terbanyak terjadi di wilayah DKI Jakarta disusul Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat. Sedangkan persentase korban meninggal terbesar di Provinsi Kalimantan Selatan, Bangka Belitung dan Sumatera Barat. Data kejadian KLL menurut provinsi tahun 2004 dapat dilihat pada Lampiran 3.19. Berdasarkan SurkesnasSusenas 2004, prevalensi cedera karena KLL di Indonesia pada penduduk berumur 15 tahun adalah 1,02, tertinggi di DI Yogyakarta 3,04 dan terendah di Maluku Utara 0,28. Prevalensi cedera karena KLL di perkotaan 1,3 sedangkan di perdesaan 0,8. Sedangkan prevalensi cedera bukan karena KLL jatuh, terbakar, keracunan, tenggelam, kekerasan, dan lain-lain pada penduduk berumur 15 tahun adalah 0,4. Berdasarkan SurkesnasSKRT 2004, prevalensi penduduk berumur 15 tahun yang mengalami KLL 1 tahun terakhir adalah 2,9 dengan prevalensi tertinggi pada kelompok umur 15-24 tahun. Sedangkan prevalensi penduduk berumur 15 tahun yang mengalami cedera bukan karena KLL adalah 2,8 dengan prevalensi tertinggi pada kelompok umur 65 tahun ke atas.

f. Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut

Berdasarkan SurkesnasSKRT 2004, 38,5 penduduk 15 tahun mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut, dan persentase penduduk 15 tahun yang kehilangan seluruh gigi adalah 6,5. TABEL 3.35 PERSENTASE PENDUDUK 15 TAHUN YANG MEMPUNYAI MASALAH KESEHATAN GIGI DAN MULUT, KEHILANGAN SELURUH GIGI Persentase Penduduk 15 yang Kelompok Umur Mempunyai masalah kesehatan gilut Kehilangan seluruh gigi 15-24 33,9 1,0 25-34 38,9 1,4 35-44 39,3 1,7 45-54 43,4 7,3 55-64 39,3 18,2 65 34,9 29,6 Indonesia 38,5 6,5 Sumber: SurkesnasSusenas 2004 3. Penyalahgunaan NAPZANarkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya Ditinjau dari jenisnya, ketergantungan NAPZA merupakan penyakit mental dan perilaku, yang dapat berdampak pada kondisi kejiwaan yang bersangkutan dan masalah lingkungan sosial. Walaupun tidak ada data yang pasti mengenai jumlah kasus penyalahguna NAPZA, namun diperkirakan dalam beberapa tahun terakhir ini jumlah kasus penyalahguna NAPZA cenderung semakin meningkat, bahkan jumlah yang sebenarnya ada di masyarakat diperkirakan jauh lebih besar daripada kasus yang dilaporkan, seperti fenomena “gunung es”. Menurut laporan Rumah Sakit Ketergantungan Obat RSKO Jakarta, dalam tujuh tahun terakhir ini 1997 – 2004, jumlah kunjungan pasien penyalahguna NAPZA baik rawat jalan maupun rawat inap di RSKO, menunjukkan angka yang berfluktuasi. Pada tahun 1997 untuk unit rawat jalan RSKO tercatat 3.652 kunjungan, tahun 1998 naik menjadi 5.008 43 kunjungan, tahun 1999 meningkat mencapai 8.823 kunjungan, tahun 2000 ada 4.667 kunjungan, tahun 2001 mencapai 5.683 kunjungan dan tahun 2002 jumlah kunjungan menurun menjadi 4.160. Tahun 2003-2004 jumlah kunjungan rawat jalan RSKO meningkat lagi menjadi 4.420 kunjungan dan 4.515 kunjungan. Jumlah kunjungan pasien NAPZA ke RSKO dalam kurun waktu 1997 – 2004 dapat dilihat dalam Gambar 3.17 dan Tabel 3.36 di bawah ini. Perlu diketahui bahwa jumlah kunjungan RSKO baik rawat jalan maupun rawat inap tidak menggambarkan jumlah penyalahguna sesungguhnya, dimana seorang pasien NAPZA dapat berkunjung ke RSKO lebih dari satu kali. GAMBAR 3.17 JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN RSKO RAWAT JALAN + RAWAT INAP TAHUN 1997 - 2004 5,000 10,000 Kunjungan Pasien Rawat Jalan 3,652 5,008 8,823 4,667 5,683 4,160 4,420 4,515 Kunjungan Pasien Rawat Inap 655 733 891 753 712 534 506 379 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Data rinci mengenai jumlah pasien rawat jalan dan rawat inap di RSKO tahun 1997- 2004 disajikan pada Tabel 3.36. TABEL 3.36 JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP DI RSKO JAKARTA TAHUN 1997 – 2004 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Rawat Jalan 3.652 5.008 8.823 4.667 5.683 4.160 4.420 4.515 Rawat Inap 655 733 891 753 712 534 506 379 Sumber: RSKO Jakarta, 2005 Selanjutnya, dari pengumpulan data SIP2NAPZA Pusdatin Depkes, jumlah penyalahguna NAPZA di institusi yang menangani NAPZA pada tahun 2001 adalah 5.321 orang dari 10 institusi dan pada tahun 2002 adalah 3.860 orang dari 28 institusi RS, RSU, RSJ, Puskesmas, Panti Rehabilitasi, Lapas dan Ponpes serta 881 orang dari 2 LSM. Jumlah penyalahguna tahun 2003 adalah 3.583 orang dari 42 institusi dan 727 orang dari 2 LSM. Kemudian tahun 2004 jumlah penyalahguna NAPZA yang tercatat di 70 institusi 6.218 orang dan 484 orang di 1 LSM. Data jumlah penyalahguna NAPZA dari SIP2NAPZA tahun 2001 – 2004 disajikan pada Tabel 3.37. 44