Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi PD3I

GAMBAR 3.13 JUMLAH KASUS DAN CFR TETANUS NEONATORUM DI INDONESIA TAHUN 2000 – 2003 50 100 150 200 250 300 Jumlah kasuskemati a 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 CFR Kasus 281 183 147 175 Meninggal 183 100 91 98 CFR 48,04 54,64 61,90 56,00 2000 2001 2002 2003 Sumber: Ditjen PPM-PL, Depkes RI Jumlah kasus Tetanus Neonatorum pada tahun 2003 terbanyak dijumpai di Provinsi Banten 46 penderita, Jawa Timur 38 penderita, dan Lampung 16 penderita. 2 Campak Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa KLB. Sepanjang tahun 2004 frekuensi KLB Campak menempati urutan kedua, setelah DBD. KLB Campak 2004 terjadi sebanyak 97 kali dengan jumlah kasus sebanyak 2.818 dan 44 kematian CFR: 1,56. Perkembangan frekuensi KLB Campak dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.19 berikut. TABEL 3.19 FREKUENSI, JUMLAH PENDERITA, DAN CFR KLB CAMPAK TAHUN 1999 – 2004 Tahun Frekuensi KLB Jumlah Penderita CFR 2000 101 1.259 0,3 2001 32 85 1,6 2002 247 5.509 1,45 2003 89 2.914 0,3 2004 97 2.818 1,56 Sumber: Ditjen PPM-PL, Depkes RI 32 Sementara itu, jumlah kasus Campak menurut kelompok umur pada tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 3.20 di bawah ini. TABEL 3.20 JUMLAH KASUS DAN ANGKA INSIDEN CAMPAK PER 10.000 PENDUDUK TAHUN 2004 Umur Kasus 1 th 1.559 1-4 th 4.252 5-9 th 2.761 10-14 th 2.016 15 th 1.774 Tidak diketahui 16.809 Jumlah 29.171 Sumber: Ditjen PPM-PL, Depkes RI Data jumlah kasus baru Campak yang ditangani di puskesmas dan rumah sakit pada tahun 1997 – 2002 bersumber dari kegiatan sistem surveilans terpadu disajikan pada Tabel 3.21 berikut ini. TABEL 3.21 JUMLAH KASUS CAMPAK DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS TAHUN 1997 – 2002 Penderita Dirawat di Rumah Sakit Tahun Rawat Inap Rawat Jalan Penderita Rawat Jalan di Puskesmas 1997 1.498 2.842 23.541 1998 4.958 6.601 41.465 1999 8.599 10.063 55.301 2000 2.735 5.995 39.059 2001 2.735 5.995 39.059 2002 581 4.951 14.591 Sumber: Ditjen PPM-PL, Depkes RI Jumlah kasus penyakit Campak menurut provinsi pada tahun 2004 disajikan pada Lampiran 3.10. Didapatkan 29.171 kasus Campak, terbanyak di Provinsi Jawa Barat diikuti Banten dan DKI Jakarta. 3 Difteri Difteri termasuk penyakit menular yang jumlah kasusnya relatif rendah. Rendahnya kasus Difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi. Namun KLB Difteri masih sering terjadi dan CFRnya tinggi. Pada tahun 2004 terjadi 34 kali KLB dengan jumlah kasus sebanyak 106 dan CFR sebesar 9,4. Frekuensi KLB, jumlah kasus dan CFR Difteri pada tahun 2000-2004 disajikan pada Tabel 3.22 berikut ini. 33 TABEL 3.22 FREKUENSI KLB, JUMLAH KASUS DAN CFR DIFTERI TAHUN 2000 – 2004 Tahun Frekuensi KLB Kasus CFR 2000 34 38 26 2001 29 29 21 2002 43 60 13 2003 54 86 23 2004 34 106 9,4 Sumber: Ditjen PPM-PL, Depkes RI Berdasarkan laporan dari data rutin STP tahun 2003 jumlah kasus Difteri sebanyak 195 kasus dengan angka insiden tertinggi pada anak berumur kurang dari 1 tahun, sebagaimana disajikan pada Tabel 3.23 berikut ini. TABEL 3.23 KASUS DAN ANGKA INSIDEN DIFTERI PER 10.000 PENDUDUK TAHUN 2003 Umur Kasus Angka Insiden per 10.000 Penduduk 1 Th 31 0.07 1-4 th 70 0.05 5-14 th 94 0.02 Jumlah 195 Sumber: Ditjen PPM-PL, Depkes RI Jumlah kasus penyakit Difteri menurut provinsi pada tahun 2004 disajikan pada Lampiran 3.11. 4 PertusisBatuk Rejan Pada tahun 2004, jumlah kasus Pertusis yang dirawat jalan di rumah sakit sebanyak 355 kasus, yang dirawat inap di rumah sakit sebanyak 17 kasus dan yang dirawat di puskesmas sebanyak 1.204 kasus. Terdapat 4 kasus meninggal, dengan angka insiden tertinggi pada anak berumur kurang dari 1 tahun. TABEL 3.24 KASUS PERTUSIS MENURUT UMUR TAHUN 2004 Umur Kasus 1 Th 173 1-4 th 367 5-14 th 309 15-44 th 398 45 th 329 Jumlah 1.576 Sumber: Ditjen PPM-PL, Depkes RI 34 Pada tahun 2004 terjadi 2 kali KLB Pertusis dengan jumlah kasus sebanyak 2. TABEL 3.25 FREKUENSI, JUMLAH KASUS DAN CFR KLB PERTUSIS TAHUN 2000 – 2004 Tahun Frekuensi Kasus CFR 2000 2 5 2001 3 3 33.3 2002 4 4 2003 5 124 0 2004 2 2 Sumber: Ditjen PPM-PL, Depkes RI Jumlah kasus dan angka insiden penyakit PertusisBatuk Rejan menurut provinsi pada tahun 2004 disajikan pada Lampiran 3.12. 5 Hepatitis Pada tahun 2004, jumlah kasus Hepatitis klinis yang dirawat jalan di rumah sakit sebanyak 1.412 kasus, yang dirawat inap di rumah sakit sebanyak 1.038 dan dirawat di puskesmas 6.330 kasus dengan kematian pada 7 kasus. Pada periode tahun 2000 – 2003 angka insiden ini berfluktuasi, namun pada tahun 2003 terjadi sedikit peningkatan. GAMBAR 3.14 JUMLAH KASUS DAN ANGKA INSIDEN HEPATITIS PER 10.000 PENDUDUK TAHUN 2000 – 2003 10,000 20,000 30,000 40,000 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 Jumlah kasus 17,539 26,754 13,123 29,597 Angka insiden 0.83 1.30 0.60 1.40 2000 2001 2002 2003 2004 Sumber: Ditjen PPM-PL, Depkes RI Jumlah kasus penyakit Hepatitis klinis menurut provinsi pada tahun 2004 disajikan pada Lampiran 3.13.

g. Penyakit Potensial KLBWabah

Beberapa penyakit menular berpotensi menimbulkan KLB maupun wabah. Frekuensi KLB tertinggi adalah Demam Berdarah Dengue, Campak, Tetanus Neonatorum, keracunan makanan dan Diare. Sedangkan CFR tertinggi adalah Dengue Shock Sydrome 100, yaitu 7 kematian dari 7 kasus, Leptospirosis 100, yaitu 1 kematian dari 1 kasus dan Tetanus Neonatorum 53, yaitu 39 kematian dari 73 kasus. Data penyakit yang menyebabkan KLB di Indonesia pada tahun 2004 dapat dilihat pada Lampiran 3.14. 35 1 Demam Berdarah Dengue Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD telah menyebar luas ke seluruh wilayah provinsi dengan jumlah kabupatenkota terjangkit sampai dengan tahun 2004 sebanyak 326 kabupatenkota. Penyakit ini sering muncul sebagai KLB dengan angka kesakitan dan kematian yang relatif tinggi. Angka insiden DBD secara nasional berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada awalnya pola epidemik terjadi setiap lima tahunan, namun dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir mengalami perubahan dengan periode antara 2 – 5 tahunan. Sedangkan angka kematian cenderung menurun. Pada tahun 2004, jumlah penderita DBD dilaporkan sebanyak 79.462 kasus dengan angka kematian CFR sebesar 1,2 dan angka insiden sebesar 37,11 kasus per 100.000 penduduk. sumber: Profil P2M-PL 2004 Perkembangan angka insiden dan angka kematian karena DBD pada tahun 2000 – 2004 dapat dilihat pada Gambar 3.15 di bawah ini. GAMBAR 3.15 ANGKA INSIDEN PER 100.000 PENDUDUK DAN CFR PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE TAHUN 2000 – 2004 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 Angka insiden 10,17 15,99 19,24 23,87 37,11 CFR 2,0 1,4 1,3 1,5 1,2 2000 2001 2002 2003 2004 Sumber: Ditjen PPM-PL, Depkes RI Provinsi dengan angka insiden DBD tertinggi pada tahun 2004 adalah di Provinsi DKI Jakarta 260,08 per 100.000 penduduk, Kalimantan Timur 91,37 per 100.000 penduduk, dan DI Yogyakarta 66,89 per 100.000 penduduk. Jumlah penderita, angka kematian, dan angka insiden DBD menurut provinsi pada tahun 2000 – 2004 dapat dilihat pada Lampiran 3.5, sedangkan jumlah kabupatenkota yang terjangkit penyakit DBD menurut provinsi tahun 2001 – 2004 dapat dilihat pada Lampiran 3.15. Pada tahun 2004 terjadi KLB DBD di Indonesia. Pemerintah melalui Departemen Kesehatan dalam press release tanggal 16 Februari 2004 menetapkan bahwa telah terjadi KLB DBD dan pada tanggal 24 Februari 12 provinsi dikategorikan sebagai provinsi KLB yaitu seluruh provinsi di pulau Jawa, NAD, Bali, Kalsel, Sulsel, NTB dan NTT. Insidence Rate tertinggi terjadi di DKI Jakarta yaitu 60,29 per 100.000 penduduk dengan CFR 0,8 disusul NTT IR 12,47 per 100.000 penduduk, CFR 4,1 dan DI Yogyakarta IR 11,94 per 100.000 penduduk, CFR 3,8. Beberapa daerah lainnya juga menunjukkan adanya peningkatan kasus yaitu di Provinsi Riau, Sumsel, Sumbar, Lampung, Kaltim, Kalteng, Kalbar, Sulut dan Papua. Puncak KLB terjadi pada bulan Maret dan pada bulan April kasus 36