Profil Kesehatan Indonesia 2004 : Menuju Indonesia Sehat 2010 - [BUKU]

(1)

(2)

351.770 212 Ind

p

PROFI L

K ESEH AT AN I N DON ESI A

2 0 0 4

DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.

JAKARTA

2006


(3)

T I M PEN Y U SU N

Pengarah

Dr. H. Sjafii Ahmad, MPH Sekretaris Jenderal Depkes

Ketua

Dr. Doti Indrasanto

Kepala Pusat Data dan Informasi Depkes

Sekretaris

Dra. Rahmaniar Brahim, Apt, MKes

Anggota

Bob Susilo, SKM, MPH Boga Hardhana, SSi, MM

Dian Sulistiyowati, SKM Dwiari, SKM Fetty Ismandari, Dr

Hary Purwanto, SKM, MKes, MMSI Machyati, SKM, MKes Nuning Kurniasih, SSi, Apt

Sugito, SKM, MKes Sunaryadi, SKM, MKes

Yudianto, SKM

Kontributor

Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Ditjen Pelayanan Medik

Ditjen PPM-PL Ditjen Yanfar & Alkes

Badan Litbangkes Badan PPSDMKes Biro Perencanaan dan Anggaran

Biro Kepegawaian Biro Umum dan Humas Pusat Promosi Kesehatan

Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan

Penyunting

Dian Sulistiyowati, SKM Fetty Ismandari, Dr

Hadi Nuramsyah Nuning Kurniasih, SSi, Apt


(4)

Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI 351.770 212

Ind p

Indonesia. Departemen Kesehatan. Pusat Data Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia 2003. - - Jakarta : Departemen Kesehatan RI 2005

I. Judul 1. HEALTH STATISTICS

Buku ini diterbitkan oleh

Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Jalan HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav 4-9, Jakarta 12950 Telepon no: 62-21-5229590, 5221432

Fax no: 622-21-5203874 E-mail: pusdatin@depkes.go.id Web site: http://www.depkes.go.id


(5)

K AT A PEN GAN T AR

“Profil Kesehatan Indonesia 2004” merupakan kelanjutan dari profil tahun-tahun sebelumnya. Profil Kesehatan juga merupakan salah satu wujud akuntabilitas dari Pusat Data dan Informasi. Supaya profil kesehatan ini tidak membingungkan dan dianggap tertinggal, maka data dan informasi yang disajikan adalah sesuai dengan tahun yang tercantum.

Penyusunan “Profil Kesehatan Indonesia 2004” ini lebih lancar dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya karena komunikasi data dengan kabupaten/kota dan provinsi relatif lebih baik serta dukungan para pengelola data dan informasi di unit utama Departemen Kesehatan. Pada tahun anggaran 2005 ini secara maksimal dapat dihasilkan “Profil Kesehatan Indonesia 2003” dan edisi bahasa Inggris, serta “Profil Kesehatan Indonesia 2004”.

“Profil Kesehatan Indonesia 2004” selain memuat informasi seperti profil kesehatan sebelumnya dan juga memuat kejadian-kejadian penting pada tahun 2004, antara lain Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue, gempa bumi di Nabire, gempa bumi dan gelombang tsunami yang terjadi di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara, serta upaya pencegahan SARS yang belum dimuat pada profil sebelumnya. Namun demikian “Profil Kesehatan Indonesia 2004” masih terdapat keterbatasan karena ada beberapa data yang masih belum bisa terkumpul, untuk itu akan kami masukan ke Profil Kesehatan berikutnya. “Profil Kesehatan Indonesia 2004” ini dapat juga diakses melalui http://www.depkes.go.id.

“Profil Kesehatan Indonesia” dengan segala keterbatasan dalam hal pengumpulan datanya tetap diupayakan agar dapat terbit lebih cepat daripada tahun-tahun sebelumnya. Mudah-mudahan “Profil Kesehatan Indonesia 2004” ini bermanfaat dalam mengisi kebutuhan data dan informasi kesehatan yang terkini sesuai dengan harapan kita semua.

Jakarta, Februari 2006

Kepala Pusat Data dan Informasi

Dr. Doti Indrasanto


(6)

(7)

SAM BU T AN

SEK RET ARI S J EN DERAL DEPK ES

Saya menyambut gembira terbitnya “Profil Kesehatan Indonesia 2004” yang lebih cepat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Meskipun berat dan banyak tantangan di dalam proses pengumpulan data untuk mengisi profil kesehatan ini, akhirnya Pusat Data dan Informasi berhasil menghimpun data tahun 2004 dan menyusunnya menjadi “Profil Kesehatan Indonesia 2004”.

Tantangan dalam penyediaan data dan informasi yang tepat waktu ternyata banyak kendala sehingga data dan informasi dari setiap provinsi maupun program masih belum terisi secara lengkap. Dengan telah terbitnya “Profil Kesehatan Indonesia 2004” yang juga memuat kejadian-kejadian penting di tahun 2004, saya harapkan profil ini dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan yang didasari kepada data dan informasi (evidence based) serta digunakan sebagai salah satu rujukan data dan informasi.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi sehingga memungkinkan tersusunnya “Profil Kesehatan Indonesia 2004”.

Jakarta, Februari 2006 Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan

Dr. H. Sjafii Ahmad, MPH


(8)

(9)

DAFT AR I SI

KATA PENGANTAR i

SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR LAMPIRAN vii

BAB I: PENDAHULUAN 1

BAB II: GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK 3

A. Keadaan Penduduk 3

B. Keadaan Ekonomi 5

C. Keadaan Pendidikan 5

D. Keadaan Lingkungan 7

E. Keadaan Perilaku Masyarakat 10

BAB III: SITUASI DERAJAT KESEHATAN 13

A. Mortalitas 13

B. Morbiditas 22

C. Status Gizi 48

BAB IV: SITUASI UPAYA KESEHATAN 55

A. Pelayanan Kesehatan Dasar 55

B. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang 69

C. Pemberantasan Penyakit Menular 72

D. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar 84

E. Perbaikan Gizi Masyarakat 87

F. Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan 90 G. Pelayanan Kesehatan dalam Situasi Bencana 94

BAB V: SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 97

A. Sarana Kesehatan 97

B. Tenaga Kesehatan 107


(10)

BAB VI: PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN BEBERAPA NEGARA 122

A. Kependudukan 122

B. Derajat Kesehatan 128

BAB VII: PENUTUP 132

DAFTAR PUSTAKA 133

LAMPIRAN 136


(11)

DAFT AR LAM PI RAN

Lampiran 2.1 Pembagian Wilayah Administrasi Pemerintahan per Provinsi Tahun

2004

Lampiran 2.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut

Provinsi, Februari 2004

Lampiran 2.3 Jumlah Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Umur serta Angka

Beban Tanggungan per Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.4 Jumlah Penduduk Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Provinsi

Tahun 2004

Lampiran 2.5 Jumlah dan Persentase Daerah Tertinggal Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.6 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Jenis Kelamin dan

Provinsi Tahun 2004 (persentase terhadap total penduduk provinsi)

Lampiran 2.7 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah dan Provinsi

Tahun 2004 (persentase terhadap total penduduk miskin nasional)

Lampiran 2.8 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah dan Provinsi

Tahun 2004 (persentase terhadap total penduduk provinsi)

Lampiran 2.9 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi Tahun 2002-2004

Lampiran 2.10 Persentase Keluarga Menurut Tahapan Keluarga Sejahtera dan Provinsi (Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2004)

Lampiran 2.11 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis

Kelamin, Status Perkawinan, dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

Lampiran 2.11.a Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis

Kelamin, Status Perkawinan, dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan)

Lampiran 2.11.b Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis

Kelamin, Status Perkawinan, dan Provinsi Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 2.12 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis

Kelamin, Kepandaian Membaca dan Menulis, dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

Lampiran 2.12.a Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis

Kelamin, Kepandaian Membaca dan Menulis, dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan)

Lampiran 2.12.b Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis

Kelamin, Kepandaian Membaca dan Menulis, dan Provinsi Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 2.13 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Status

Pendidikan dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

Lampiran 2.13.a Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Status

Pendidikan dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan)

Lampiran 2.13.b Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Status


(12)

Lampiran 2.14 Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

Lampiran 2.14.a Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut

Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan)

Lampiran 2.14.b Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut

Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 2.15 Persentase Rumah Tangga Sehat MenurutProvinsi Tahun 2004

Lampiran 2.16 Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat

Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.16.a Jumlah Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Diperiksa dan Persentase TPM Memenuhi Syarat Menurut Provinsi Tahun 2003

Lampiran 2.17 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Tempat Tinggal (m2)

dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.18 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai Terluas dan Provinsi

Tahun 2004

Lampiran 2.19 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi

Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

Lampiran 2.19.a Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi

Tahun 2004 (Perkotaan)

Lampiran 2.19.b Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi

Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 2.20 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Air Besar dan

Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.21 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Penampungan Akhir

Kotoran/Tinja dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

Lampiran 2.21.a Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Penampungan Akhir

Kotoran/Tinja dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan)

Lampiran 2.21.b Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Penampungan Akhir

Kotoran/Tinja dan Provinsi Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 2.22 Persentase Rumah Tangga Menurut Golongan Pengeluaran Perkapita

Sebulan dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

Lampiran 2.22.a Persentase Rumah Tangga Menurut Golongan Pengeluaran Perkapita

Sebulan dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan)

Lampiran 2.22.b Persentase Rumah Tangga Menurut Golongan Pengeluaran Perkapita

Sebulan dan Provinsi Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 2.23 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Kartu Sehat Menurut Tipe

Daerah dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.24 Persentase Penduduk yang Menggunakan/Memanfaatkan Kartu Sehat

pada Januari – Desember 2003 Menurut Pemanfaatan/Penggunaannya dan Provinsi, Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

Lampiran 2.24.a Persentase Penduduk yang Menggunakan/Memanfaatkan Kartu Sehat

pada Januari – Desember 2003 Menurut Pemanfaatan/Penggunaannya dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan)


(13)

Lampiran 2.24.b Persentase Penduduk yang Menggunakan/Memanfaatkan Kartu Sehat pada Januari – Desember 2003 Menurut Pemanfaatan/Penggunaannya dan Provinsi Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 2.25 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama

Sebulan yang Lalu Menurut Jenis Keluhan Kesehatan yang Dialami dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.26 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan dan Mengobati Sendiri Selama Sebulan yang Lalu Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.27 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama Sebulan yang Lalu

Menurut Tempat/Cara Berobat dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.28 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama 1 Tahun Terakhir

Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.29 Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya Disusui dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

Lampiran 2.29.a Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya Disusui dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan)

Lampiran 2.29.b Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya Disusui dan Provinsi Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 2.30 Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.31 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Kebiasaan

Merokok Satu Bulan Terakhir, Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

Lampiran 2.31.a Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Kebiasaan

Merokok Satu Bulan Terakhir, Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan)

Lampiran 2.31.b Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Kebiasaan

Merokok Satu Bulan Terakhir, Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 2.32 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Merokok Selama

1 Bulan Terakhir Menurut Kelompok Umur Pertama Kali Merokok, Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan+ Perdesaan)

Lampiran 2.32.a Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Merokok Selama 1 Bulan Terakhir Menurut Kelompok Umur Pertama Kali Merokok, Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan)

Lampiran 2.32.b Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Merokok Selama 1 Bulan Terakhir Menurut Kelompok Umur Pertama Kali Merokok, Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 2.33 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Merokok

Menurut Kelompok Umur Mulai Merokok Setiap Hari, Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

Lampiran 2.33.a Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Merokok

Menurut Kelompok Umur Mulai Merokok Setiap Hari, Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan)


(14)

Lampiran 2.33.b Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Merokok Menurut Kelompok Umur Mulai Merokok Setiap Hari, Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 2.34 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Merokok

Menurut Jumlah Batang yang Dihisap per Hari, Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

Lampiran 2.34.a Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Merokok

Menurut Jumlah Batang yang Dihisap per Hari, Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan)

Lampiran 2.34.b Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Merokok

Menurut Jumlah Batang yang Dihisap per Hari, Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 2.35 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Melakukan

Aktivitas Fisik Selama Seminggu yang Lalu Menurut Jenis Aktivitas Fisik, Daerah Tempat Tinggal, dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.36 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Konsumsi

Sayur-sayuran per hari, Porsi Rata-rata per hari dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.37 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Konsumsi

Buah-buahan per hari, Porsi Rata-rata per hari dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 3.1 Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita, Angka Harapan Hidup,

dan Angka Fertilitas Total Menurut Provinsi Tahun 2002-2003

Lampiran 3.2 Persentase 10 Penyakit Utama pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2004

Lampiran 3.3 Persentase 10 Penyakit Utama pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit

di Indonesia Tahun 2004

Lampiran 3.4 Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Malaria Menurut Provinsi

Tahun 2004

Lampiran 3.5 Annual Parasite Incidence (API) Malaria di Jawa-Bali Tahun 1997-2004

Lampiran 3.6 Hasil Cakupan Penemuan Kasus dan Evaluasi Hasil Pengobatan

Penyakit TB Paru Tahun 2004

Lampiran 3.7 Jumlah Kumulatif Kasus AIDS, Meninggal, dan Angka Kumulatif Kasus

Per 100.000 Penduduk Menurut Provinsi sampai dengan 31 Desember 2004

Lampiran 3.8 Jumlah dan Persentase Kasus AIDS Yang Menggunakan NAPZA

Suntikan (IDU) Menurut Provinsi sampai dengan 31 Desember 2004

Lampiran 3.9 Situasi Penyakit Kusta Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 3.10 Jumlah Kasus Penyakit Campak Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 3.11 Jumlah Kasus Penyakit Difteri Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 3.12 Jumlah Kasus Penyakit Batuk Rejan Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 3.13 Jumlah Kasus Penyakit Hepatitis Klinis Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 3.14 Frekuensi KLB Menurut Penyakit di Indonesia Tahun 2004

Lampiran 3.15 Jumlah Penderita, Case Fatality Rate (%), dan Incidence Rate Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD/DHF) Menurut Provinsi Tahun 2000-2004

Lampiran 3.16 Jumlah Kabupaten/Kota yang Terjangkit Penyakit Demam Berdarah


(15)

Lampiran 3.17 Jumlah dan Persentase Kabupaten Terjangkit dan Jumlah Kasus Gigitan Hewan Tertular Rabies serta Hasil Pemeriksaan Spesimen Hewan Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 3.18 Jumlah Penderita Filariasis Menurut Provinsi Tahun 2000 – 2004

Lampiran 3.19 Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas dan Rasio Korban Luka dan

Meninggal Terhadap Jumlah Penduduk Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 3.20 Jumlah dan Persentase Penyalahguna NAPZA Menurut Kelompok Umur

dan Jenis Kelamin pada Institusi yang Melapor Tahun 2004

Lampiran 3.21 Jumlah dan Persentase Penyalahguna NAPZA Menurut Zat yang

Digunakan pada Institusi yang Melapor Tahun 2004

Lampiran 3.22 Jumlah dan Persentase Penyalahguna NAPZA Menurut Cara yang

Digunakan pada Institusi yang Melapor Tahun 2004

Lampiran 3.23 Persentase Penyalahguna NAPZA Menurut Kelompok Umur, Jenis

Kelamin, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan, Status Perkawinan, Pekerjaan Orang tua, dan Status Penggunaan pada Institusi yang Melapor Tahun 2004

Lampiran 3.24 Persentase Batita (0-35 Bulan) Menurut Status Gizi dan Provinsi Tahun 2003

Lampiran 3.25 Persentase Balita (0-59 Bulan) Menurut Status Gizi dan Provinsi Tahun 2003

Lampiran 3.26 Persentase Desa/Kelurahan dengan Garam Beryodium yang Baik

Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4, Persalinan Ditolong Tenaga

Kesehatan, dan Kunjungan Neonatus Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4, Ibu Hamil Risiko Tinggi dan

Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.3 Cakupan Kunjungan Neonatus dan Bayi Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.4 Cakupan Bayi, Balita dan Ibu Hamil yang Mendapat Pelayanan

Kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.5 Cakupan Deteksi Tumbuh Kembang Anak Balita, Pemeriksaan Siswa

SD, dan Pelayanan Kesehatan Remaja Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.6 Cakupan Peserta KB Aktif Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.8 Proporsi Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang

Pernah Menggunakan/Memakai Alat KB Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.9 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut

Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

Lampiran 4.9.a Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun 2004 (Perkotaan)

Lampiran 4.9.b Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 4.10 Jumlah dan Proporsi Peserta KB Baru Kumulatif Menurut Tempat

Pelayanan dan Provinsi Tahun 2003


(16)

Lampiran 4.12 Persentase Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.13 Cakupan Imunisasi Dasar pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.14 Cakupan Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.15 Angka Drop Out Cakupan Imunisasi (DPT1-Campak) pada Bayi

Menurut Provinsi Tahun 1998-2004

Lampiran 4.16 Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.17 Cakupan Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usila Menurut Provinsi

Tahun 2004

Lampiran 4.18 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas serta UKGS Murid

SD Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.19 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Sarana Pelayanan

Kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.20 Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.21 Jumlah dan Persentase Ibu Hamil dan Neonatal Risiko

Tinggi/Komplikasi Ditangani Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.22 Persentase Akses Ketersediaan Darah Untuk Bumil dan Neonatus yang

Dirujuk Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.23 Jumlah dan Persentase Penulisan Resep Obat Generik Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.24 Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi dan Desa/Kelurahan dengan

KLB Ditangani <24 Jam Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.25 Jumlah dan Persentase TB Paru Sembuh, dan Pneumonia Balita

Ditangani Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.25.a Hasil Cakupan Penemuan Kasus dan Evaluasi Hasil Pengobatan

Penyakit TB Paru Tahun 2004

Lampiran 4.26 HIV/AIDS Ditangani, Infeksi Menular Seksual Diobati, DBD dan Diare pada Balita yang Ditangani Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.27 Persentase Donor Darah Diskrining terhadap HIV/AIDS Menurut

Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.28 Persentase Penderita Malaria Diobati Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.29 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat (RFT) Menurut Provinsi

Tahun 2004

Lampiran 4.30 Kasus Penyakit Filariasis Ditangani Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.31 Cakupan Pemberian Obat-obatan pada Penderita Diare di Puskesmas

MTBS dan Non MTBS Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.31.a Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare Tahun 2001-2004

Lampiran 4.32 Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.33 Persentase Rumah/Bangunan yang Diperiksa Jentik Nyamuk Aedes dan

Persentase Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.34 Jumlah dan Persentase Balita yang Naik Berat Badannya dan Balita

Bawah Garis Merah Menurut Provinsi Tahun 2004


(17)

Lampiran 4.36 Cakupan Distribusi Tablet Besi pada Ibu Hamil Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.37 Cakupan Wanita Usia Subur (WUS) Mendapat Kapsul Yodium Menurut

Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.38 Proporsi Kegiatan Penyuluhan P3 NAPZA terhadap Seluruh Kegiatan

Penyuluhan Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.39 Cakupan Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin dan JPKM Gakin

Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.39.a Persentase Keluarga Miskin Mendapat Pelayanan Kesehatan Menurut

Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.40 Persentase Pelayanan Kesehatan Kerja pada Pekerja Formal Menurut

Provinsi Tahun 2004

Lampiran 5.1 Jumlah Puskesmas serta Sarana Lainnya Keadaan Tahun 2004

Lampiran 5.2 Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan Rasionya terhadap

Penduduk, serta Rasio Pustu per Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2000-2004

Lampiran 5.3 Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan Menurut Provinsi di

Indonesia Tahun 2000-2004

Lampiran 5.4 Jumlah Puskesmas Keliling dan Rasio Puskesmas Keliling per

Puskesmas Menurut Provinsi, Tahun 2000-2004

Lampiran 5.5 Jumlah Rumah Sakit di Indonesia Menurut Pengelola dan Provinsi

Tahun 2004

Lampiran 5.6 Jumlah Rumah Sakit Umum Menurut Pengelola Tahun 1995-2004

Lampiran 5.7 Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Umum Menurut Pengelola Tahun

1995-2004

Lampiran 5.8 Jumlah Rumah Sakit Khusus dan Tempat Tidurnya Menurut Jenis

Rumah Sakit Tahun 1997 – 2004

Lampiran 5.9 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan yang Memiliki Laboratorium

Kesehatan dan 4 Spesialis Dasar Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 5.10 Persentase Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat

Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 5.11 Jumlah Sarana Produksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Menurut

Jenis dan Provinsi Tahun 2001 – 2004

Lampiran 5.12 Jumlah Sarana Distribusi dan Pelayanan Kefarmasian Menurut Provinsi Tahun 2001 – 2004

Lampiran 5.13 Jumlah Unit Pengelola Obat (eks Gudang Farmasi) Kabupaten/Kota

Menurut Provinsi Tahun 2002-2004

Lampiran 5.14 Jumlah Sarana UKBM Menurut Provinsi Keadaan Tahun 2004

Lampiran 5.15 Jumlah Posyandu Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi

Tahun 2004

Lampiran 5.16 Jumlah Pos Obat Desa (POD) Menurut Tingkat Perkembangannya dan

Provinsi Tahun 2004

Lampiran 5.17 Jumlah Pos UKK Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi

Tahun 2004

Lampiran 5.18 Jumlah TOGA Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi Tahun


(18)

Lampiran 5.19 Rekapitulasi Institusi Politeknik Kesehatan Menurut Jurusan dan Provinsi per Maret 2005

Lampiran 5.20 Jumlah Lulusan Politeknik Kesehatan Menurut Jurusan/Program Studi

Tahun 2004

Lampiran 5.21 Jumlah Institusi Diknakes Non Politeknik Kesehatan Menurut

Jurusan/Program Studi dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 5.22 Data Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan Menurut Provinsi dan

Jenis Ketenagaan Tahun 2003

Lampiran 5.23 Data Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan yang Bekerja di Rumah

Sakit Menurut Profesi dan Provinsi Tahun 2003

Lampiran 5.24 Situasi Jumlah dan Jenis Ketenagaan Puskesmas Menurut Provinsi

Keadaan Tahun 2004

Lampiran 5.25 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Jenis dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 5.26 Realisasi Pengangkatan Dokter Umum Sebagai Pegawai Tidak Tetap

Menurut Provinsi Angkatan I – XXXVIII Tahun 1992 – 2004

Lampiran 5.27 Rekapitulasi Dokter Umum PTT yang Masih Aktif Dirinci Menurut

Kriteria Penempatan Keadaan sampai April 2004

Lampiran 5.28 Realisasi Pengangkatan Dokter Gigi Sebagai Pegawai Tidak Tetap

Menurut Provinsi Angkatan I – XXXI

Lampiran 5.29 Rekapitulasi Dokter Gigi PTT yang Masih Aktif Dirinci Menurut

Kriteria Penempatan Keadaan sampai April 2004

Lampiran 5.30 Keadaan Bidan (Sebagai Pegawai Tidak Tetap) Menurut Provinsi Tahun 1994 – 2003

Lampiran 5.31 Realisasi Pengangkatan dan Penempatan Bidan PTT Menurut Provinsi

sampai dengan Tahun 2003

Lampiran 5.32 Jumlah Peserta Didik Tahun Ajaran 2004/2005 di Politeknik Kesehatan Menurut Profesi

Lampiran 5.33 Jumlah Peserta Didik Tahun Ajaran 2004/2005 di Non Politeknik

Kesehatan Menurut Profesi

Lampiran 5.34 Data Produksi Tenaga Kesehatan Tahun 2003 dan Rencana Kebutuhan

Tambahan Tenaga Tahun 2004

Lampiran 5.35 Perkiraan Kebutuhan Tenaga Kesehatan Tahun 2004 – 2010 untuk

Mencapai Indonesia Sehat 2010 Berdasarkan Indikator Sumber Daya Tenaga Kesehatan

Lampiran 5.36 Jumlah Pelatihan yang Dilaksanakan Pusdiklatkes dan Bapelkes

Nasional Tahun 2004

Lampiran 5.37 Alokasi dan Realisasi Anggaran Rutin Tahun Anggaran 2004

Lampiran 5.38 Realisasi Anggaran Pembangunan dan PHLN Departemen Kesehatan

Menurut Program Tahun Anggaran 2004

Lampiran 5.39 Realisasi Anggaran Pembangunan dan PHLN Departemen Kesehatan

Menurut Eselon I Pusat Tahun Anggaran 2004

Lampiran 5.40 Alokasi dan Realisasi Anggaran Pembangunan Departemen Kesehatan

Menurut Provinsi Tahun Anggaran 2003

Lampiran 5.41 Persentase APBD untuk Kesehatan terhadap APBD Kabupaten/Kota

Menurut Provinsi Tahun 2001 - 2003

Lampiran 5.42 Rata-rata Besarnya Biaya Kesehatan yang Dikeluarkan Rumah Tangga


(19)

Lampiran 5.43 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Dana yang Digunakan untuk Pembiayaan Kesehatan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan+ Perdesaan)

Lampiran 5.43a Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Dana yang Digunakan

untuk Pembiayaan Kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan)

Lampiran 5.43b Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Dana yang Digunakan

untuk Pembiayaan Kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 5.44 Jumlah dan Persentase Kepesertaan Penduduk dalam Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Menurut Jenis dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 5.45 Distribusi Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Menurut Jenis dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 5.46 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut 7 Kategori dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 5.47 Jumlah dan Persentase Tenaga Kesehatan Menurut 7 Kategori dan Unit

Kerja Tahun 2004

Lampiran 6.1 Perbandingan Beberapa Data Kependudukan di Negara ASEAN Tahun

2003

Lampiran 6.2 Perbandingan Beberapa Data Indikator Derajat Kesehatan di Negara

ASEAN Tahun 2003

Lampiran 6.3 Perbandingan Data Cakupan Imunisasi di Negara ASEAN Tahun 2003

Lampiran 6.4 Perbandingan Penduduk yang Menggunakan Sumber Air Bersih dan

yang Menggunakan Sarana Sanitasi Sehat di Negara ASEAN Tahun 2003


(20)

BAB I

PEN DAH U LU AN

Pembangunan kesehatan secara berkesinambungan telah dimulai sejak di canangkannya Rencana Pembangunan Lima Tahun Pertama pada tahun 1969 yang secara nyata telah berhasil mengembangkan berbagai sumber daya kesehatan, serta melaksanakan upaya kesehatan yang berdampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Menurut Undang-undang Nomor 26 tahun 2004, disebutkan bahwa sampai dengan tahun 2004 jumlah provinsi adalah sebanyak 33, juga menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 tahun 2005 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan disebutkan bahwa jumlah provinsi adalah sebanyak 33 per Desember 2004. Namun demikian, sumber data dalam penyusunan Profil Kesehatan Indonesia 2004 ini berasal dari berbagai program baik di lingkungan Departemen Kesehatan maupun berasal dari luar Departemen Kesehatan, sehingga jumlah provinsi dalam lampiran terdiri dari berbagai versi, ada lampiran yang sudah membagi menjadi 33 provinsi dan ada pula lampiran yang masih membagi menjadi 30 provinsi.

Di dalam penyusunan narasi Profil Kesehatan Indonesia 2004 ini, kami menyajikan berbagai informasi, terutama kejadian dan masalah kesehatan yang bersifat nasional, seperti terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue pada awal tahun 2004 juga kejadian bencana nasional Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004.

Di dalam buku Sistem Kesehatan Nasional yang diterbitkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 131/MENKES/SK/II/2004 disebutkan bahwa “untuk mengantisipasi berbagai perubahan dan tantangan strategis, baik internal maupun eksternal, perlu disusun Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang baru, yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan”. Dengan berlakunya Sistem Kesehatan Nasional tersebut Pusat Data dan Informasi dalam penyusunan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2004 ini berupaya untuk menyesuaikan dengan indikator pencapaian SKN yang ditentukan oleh dua determinan. Pertama, status kesehatan dan kedua tentang tingkat ketanggapan (responsiveness).

Di dalam SKN disebutkan bahwa keberhasilan manajemen kesehatan sangat ditentukan antara lain oleh tersedianya data dan informasi kesehatan, dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, dukungan hukum kesehatan serta administrasi kesehatan. Lebih lanjut di dalam SKN disebutkan bahwa SKN terdiri dari enam subsistem, yakni (1) Subsistem Upaya Kesehatan, (2) Subsistem Pembiayaan Kesehatan, (3) Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan, (4) Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan, (5) Subsistem Pemberdayaan Masyarakat, dan (6) Subsistem Manajemen Kesehatan.

Penyusunan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2004 ini berupaya untuk mengacu kepada SKN yang baru tersebut. Subsistem upaya kesehatan akan digambarkan tersendiri pada Bab IV, sedangkan subsistem pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat akan digambarkan pada Bab V dan subsistem manajemen kesehatan akan digambarkan pada Bab III, sehingga Profil Kesehatan Indonesia 2004 ini akan terdiri dari 7 (tujuh) bab, yaitu:


(21)

Bab I - Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang sejarah serta tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Indonesia 2004 ini serta sistimatika penyajiannya.

Bab II - Situasi Umum dan Lingkungan. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Indonesia. Selain uraian tentang letak geografis, demografis, pendidikan, ekonomi dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor lingkungan dan perilaku.

Bab III - Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang hasil-hasil pembangunan kesehatan sampai dengan tahun 2004 yang mencakup tentang angka kematian, umur harapan hidup, angka kesakitan dan keadaan status gizi, yang akan disoroti adalah masalah status gizi balita dan ibu hamil.

Bab IV - Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang upaya-upaya kesehatan yang telah dilaksanakan oleh bidang kesehatan sampai tahun 2004, untuk tercapainya dan berhasilnya program-program pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran tentang upaya kesehatan yang telah dilakukan itu meliputi persentase pencapaian cakupan pelayanan kesehatan dasar, persentase pencapaian cakupan pelayanan kesehatan rujukan, upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat dengan Posyandu Purnama dan Mandiri, yang disebut dengan Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM), dan berbagai upaya lain yang berupa gambaran pelayanan program kesehatan lainnya.

Bab V - Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sumber daya pembangunan bidang kesehatan sampai tahun 2004 ini. Gambaran tentang keadaan sumber daya sampai dengan tahun 2004 ini mencakup tentang keadaan tenaga, sarana dan fasilitas kesehatan yang ada sampai tahun 2004. Pada bab ini juga akan dijelaskan tentang jumlah serta distribusi tenaga per provinsi di Indonesia, serta jumlah dan penyebaran sarana pelayanan kesehatan yang terdiri dari rumah sakit dan puskesmas termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Juga akan digambarkan tentang perkembangan penyediaan obat generik, produsen obat yang terdiri dari importir bahan baku, pabrik obat, juga tentang distributor obat yang terdiri dari Pedagang Besar Farmasi, Apotik dan Toko Obat.

Bab VI - Perbandingan Indonesia dengan Negara Lain. Bab ini menyajikan perbandingan beberapa indikator tertentu seperti IMR, MMR, CDR, TFR, LE, CBR dan HDI, juga tentang beberapa prevalensi penyakit tertentu, seperti HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria antara Indonesia dengan beberapa negara di Asia.

Bab VII - Penutup.


(22)

BAB I I

GAM BARAN U M U M DAN PERI LAK U PEN DU DU K

Indonesia terdiri atas banyak pulau dan kepulauan dengan karakteristik budaya penduduk yang beragam, mempunyai kebiasaan/adat-istiadat yang berbeda, termasuk perilaku yang berkaitan dengan kesehatan.

Sejak tahun 2001 Indonesia melaksanakan kebijakan desentralisasi yang antara lain berimplikasi pada terus bertambahnya jumlah provinsi dan kabupaten/kota. Pada tahun 2004 secara administratif wilayah Indonesia terbagi atas 33 provinsi, 349 kabupaten, dan 91 kota. Wilayah tersebut meliputi 5.263 kecamatan, 62.806 desa, dan 7.123 kelurahan. Sesuai dengan rincian data yang tersedia, maka jumlah provinsi yang ada pada uraian bab ini sebanyak 30 provinsi. Tiga provinsi yang belum tersedia datanya adalah Provinsi Kepulauan Riau, Sulawesi Barat, dan Irian Jaya Barat. Rincian pembagian wilayah administrasi pemerintahan per provinsi tahun 2004 dapat dilihat pada Lampiran 2.1.

Adapun gambaran umum Indonesia dan perilaku penduduk pada tahun 2004 yang diuraikan meliputi: keadaan penduduk, keadaan ekonomi, keadaan pendidikan, keadaan lingkungan, dan perilaku penduduk yang berkaitan dengan kesehatan.

A. KEADAAN PENDUDUK

Sesuai dengan hasil Susenas 2004, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2004 tercatat sebesar 217.072.346 jiwa, dengan tingkat kepadatan 115 jiwa per km2 dan angka pertumbuhan penduduk sebesar 1,26% (jumlah penduduk tahun 2003 dilaporkan sebesar 214.374.096 jiwa). Provinsi-provinsi di Pulau Jawa memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan di luar Jawa. Provinsi yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah DKI Jakarta, yaitu sebesar 13.141 jiwa per km2. Provinsi-provinsi lain di Pulau Jawa memiliki kepadatan sekitar 1.000 jiwa per km2, kecuali Provinsi Jawa Timur yang memiliki kepadatan 759 jiwa per km2. Provinsi-provinsi di Pulau Kalimantan, Kepulauan Maluku, dan Papua memiliki kepadatan penduduk yang relatif rendah. Kepadatan penduduk terendah di Provinsi Papua, yaitu hanya 7 jiwa per km2, menyusul Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, yang keduanya mempunyai kepadatan penduduk 12 jiwa per km2.

Persebaran penduduk sampai dengan tahun 2004, baik antar pulau maupun antar provinsi masih sangat timpang. Hal ini dapat dilihat dari persentase penduduk antar pulau yang menunjukkan lebih dari separuh penduduk Indonesia (59,10%) berada di Pulau Jawa (yang luas wilayahnya hanya 6,75% wilayah Indonesia); 20,80% berada di Pulau Sumatera; 7,16% di Pulau Sulawesi; 5,46% di Kalimantan; 5,35% di Kepulauan Nusa Tenggara; dan hanya 2,12% yang berada di Kepulauan Maluku, dan Papua. Jumlah penduduk dan angka kepadatan penduduk per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.2.

Persentase penduduk menurut tipe wilayah menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang tinggal di wilayah perdesaan masih lebih besar daripada yang tinggal di wilayah perkotaan, yaitu sebesar 56,76% di wilayah perdesaan dan yang bertempat tinggal di wilayah perkotaan sebesar 43,24%. Provinsi dengan proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan tertinggi adalah di DKI Jakarta, yaitu sebesar 100%, menyusul DI Yogyakarta (58,67%), dan


(23)

Kalimantan Timur (54,58%). Sedangkan yang terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (16,45%), Sulawesi Tengah (20,60%), dan Sulawesi Tenggara (21,77%).

Komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 29,61%, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 65,68%, dan yang berusia tua (> 65 tahun) sebesar 4,71%. Dengan demikian maka Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Indonesia pada tahun 2004 sebesar 52,26, dengan kisaran antara 36,58 di DKI Jakarta dan 70,12 di Nusa Tenggara Timur. Angka Beban Tanggungan ini sedikit meningkat bila dibandingkan tahun 2003 yang sebesar 51,75. Rincian jumlah penduduk menurut kelompok umur dan Angka Beban Tanggungan per provinsi tahun 2004 dapat dilihat pada Lampiran 2.3.

Jumlah penduduk laki-laki relatif seimbang dibandingkan penduduk perempuan, yaitu masing-masing sebesar 108.876.089 jiwa penduduk laki-laki dan 108.196.257 jiwa penduduk perempuan (rasio penduduk menurut jenis kelamin sebesar 100,6). Rasio penduduk menurut jenis kelamin yang tertinggi di Provinsi Papua (yaitu sebesar 110,8), Kalimantan Timur (108,51), dan Lampung (108,3). Sedangkan yang terendah di Provinsi Nusa Tenggara Barat (yaitu sebesar 90,9), Gorontalo (96,4), dan Sumatera Barat serta Sulawesi Selatan (keduanya sebesar 96,7).

Komposisi penduduk Indonesia dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin, menunjukkan penduduk laki-laki maupun perempuan proporsi terbesar berada pada kelompok umur 10 – 14 tahun dan umur 5 – 9 tahun. Gambaran komposisi penduduk secara lebih rinci dapat dilihat dari gambar berikut.

GAMBAR 2.1

PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2004

75 + 70 - 74 65 - 69 60 - 64 55 - 59 50 - 54 45 - 49 40 - 44 35 - 39 30 - 34 25 - 29 20 - 24 15 - 19 10 - 14 5 - 9 0 - 4

Kel. Umur

0 2 4 6 8 10 12

Laki-laki

0 2 4 6 8 10 12

Perempuan

persen


(24)

B. KEADAAN EKONOMI

Kondisi perekonomian Indonesia pada tiga tahun terakhir relatif stabil dan menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Kinerja ekonomi pada tahun 2002 tumbuh sebesar 4,38% dan tahun 2003 meningkat menjadi 4,88%. Pada tahun 2004 kondisi perekonomian semakin stabil yang diperlihatkan oleh pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat yang mencapai 5,13%. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi selama tahun 2004 juga diimbangi oleh masih relatif rendahnya laju inflasi, yaitu sebesar 6,40%. Sementara itu, Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita pada tahun 2004 dilaporkan sebesar 10,64 juta rupiah, lebih tinggi dibandingkan tahun 2003 yang sebesar 8,3 juta rupiah.

Pada tahun 2004 jumlah penduduk miskin (berdasarkan data hasil Susenas Kor) tercatat sebesar 36,1 juta jiwa atau 16,66% dari total penduduk. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin tahun 2003 yang sebesar 37,3 juta jiwa atau turun sebesar 3,19%. Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan lebih tinggi daripada di daerah perkotaan, yaitu sebesar 20,11% di perdesaan dan 12,13% di perkotaan. Provinsi dengan persentase tertinggi penduduk miskin (terhadap total penduduk provinsi) adalah Papua, yaitu sebesar 38,69%. Menyusul Maluku (32,13%), dan Sulawesi Tenggara (29,01%). Sedangkan yang terendah di Provinsi DKI Jakarta (3,18%), Bali (6,85%), dan Kalimantan Selatan (7,19%). Provinsi dengan jumlah penduduk miskin terbanyak adalah Provinsi Jawa Timur, yaitu sebanyak 7,3 juta jiwa atau 20,23% dari total penduduk miskin. Menyusul Jawa Tengah (sebanyak 6,8 juta jiwa atau 18,93%) dan Jawa Barat (sebanyak 4,6 juta jiwa atau 12,88%). Rincian jumlah dan persentase penduduk miskin menurut jenis kelamin, daerah dan provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.6, Lampiran 2.7 dan Lampiran 2.8.

C. KEADAAN PENDIDIKAN

Uraian tentang keadaan pendidikan berikut ini merupakan hasil Susenas 2004 yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik.

Kemampuan baca-tulis penduduk tercermin dari Angka Melek Huruf, yaitu persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. Secara nasional persentase penduduk yang dapat membaca huruf latin pada tahun 2004 sebesar 90,53%. Sedangkan mereka yang dapat membaca huruf lainnya sebesar 0,93% dan yang buta huruf sebesar 8,53%. Di perdesaan, penduduk yang buta huruf lebih besar dibanding di perkotaan (11,45 % berbanding 4,79 %). Persentase penduduk yang buta huruf pada perempuan, yaitu sebesar 11,71% lebih tinggi dibanding pada laki-laki yang hanya sebesar 5,34%. Provinsi dengan persentase tertinggi penduduk yang buta huruf adalah di Papua, yaitu sebesar 23,56%, menyusul NTB (19,94%), dan Jawa Timur (13,94%). Sedangkan yang terendah adalah di Provinsi Sulawesi Utara (0,86%), menyusul DKI Jakarta (1,56%), dan Maluku (1,91%). Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut kepandaian membaca dan menulis per provinsi tahun 2004 dapat dilihat pada Lampiran 2.12. Pada tahun 2004, persentase penduduk berusia 10 tahun ke atas yang tidak/belum pernah bersekolah sebesar 7,92%. Sedangkan yang masih bersekolah sebesar 19,26%, terdiri atas 7,94% bersekolah di SD/MI, sebesar 5,99% di SLTP/MTs, sebesar 3,89% di SMU/SMK,


(25)

dan 1,44% di Akademi/Universitas. Selebihnya, sebesar 72,83% sudah tidak bersekolah lagi. Secara nasional persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tidak/belum pernah sekolah di perdesaan (10,56%) lebih tinggi daripada yang tinggal di perkotaan (4,52%).

Secara umum Angka Partisipasi Sekolah (APS) perempuan lebih besar dibanding APS laki-laki pada kelompok umur 7-12 tahun dan 13-15 tahun. Sementara pada kelompok umur 16-18 tahun, APS laki-laki lebih tinggi dibanding APS perempuan. Sedangkan dari segi tempat tinggal, terlihat bahwa APS penduduk perkotaan lebih besar bila dibanding dengan APS penduduk perdesaan. Hal ini terjadi untuk semua kelompok umur, baik pada laki-laki maupun pada perempuan. Perbedaan menjadi semakin besar pada kelompok umur 16 – 18 tahun. Rincian APS penduduk usia 7-18 tahun menurut kelompok umur, tipe daerah, dan jenis kelamin pada tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.

TABEL 2.1

ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH (APS) PENDUDUK USIA 7-18 TAHUN MENURUT KELOMPOK UMUR, TIPE DAERAH, DAN JENIS KELAMIN

TAHUN 2004

Kelompok Umur (tahun) Daerah/Jenis Kelamin

7-12 13-15 16-18

Perkotaan

Laki-laki 97,70 89,67 68,13

Perempuan 97,78 89,50 65,47

Laki-laki + Perempuan 97,74 89,59 66,82

Perdesaan

Laki-laki 95,90 78,57 43,41

Perempuan 96,35 80,08 42,48

Laki-laki + Perempuan 96,12 79,29 42,98

Perkotaan + Perdesaan

Laki-laki 96,62 83,05 53,94

Perempuan 96,92 83,97 52,97

Laki-laki + Perempuan 96,77 83,49 53,48

Sumber : BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2004

Sebagaimana APS, Angka Partisipasi Murni (APM) di daerah perkotaan juga lebih tinggi dibanding APM di daerah perdesaan untuk kelompok umur sekolah SLTP dan SMU/SMK. Angka Partisipasi Murni menyatakan banyaknya penduduk usia sekolah yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai. APM untuk jenjang SD di perkotaan sebesar 92,73%, sementara di perdesaaan sedikit lebih tinggi, yaitu sebesar 93,25%. Sedangkan APM untuk jenjang SLTP di perkotaan sebesar 72,67% dan di perdesaan hanya sebesar 60,11%. Sementara itu APM untuk jenjang SMU/SMK adalah sebesar 56,75% di perkotaan dan 32,11% di perdesaan.

Di Indonesia pada tahun 2004, persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tidak/belum memiliki ijazah/STTB sebanyak 29,40%. Sedangkan yang sudah memiliki ijazah terdiri atas tamat SD/MI sebanyak 32,27%, tamat SLTP/MTs sebanyak 17,62%, tamat SMU/SMK sebanyak 17,13%, dan tamat Diploma I sampai dengan Universitas sebesar


(26)

3,58%. Dengan demikian maka persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah SMU/SMK atau pendidikan yang lebih tinggi sebesar 20,71%. Provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya berpendidikan SMU/SMK atau lebih tinggi adalah DKI Jakarta (46,14%), DI Yogyakarta (33,98%), dan Kalimantan Timur (30,21%). Sedangkan yang terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (13,76%), Kalimantan Barat (13,98%), dan Nusa Tenggara Barat (14,90%). Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.14.

Dilihat dari segi jenis kelamin, ijazah/STTB yang dimiliki oleh penduduk laki-laki ternyata masih lebih baik bila dibanding yang dimiliki perempuan. Hal ini dapat dilihat dari persentase penduduk yang mempunyai ijazah SMU/SMK atau lebih tinggi pada laki-laki sebesar 23,72% dan pada perempuan sebesar 17,71%. Sementara bila dilihat dari segi tempat tinggal, ijazah/STTB setingkat SMU/SMK atau lebih tinggi yang dimiliki penduduk yang tinggal di perkotaan lebih tiga kali lipat daripada yang dimiliki oleh mereka yang tinggal di perdesaan (33,89% berbanding 10,46%). Rincian persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut tipe daerah, jenis kelamin, dan status pendidikan tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini.

TABEL 2.2

PERSENTASE PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MENURUT TIPE DAERAH, JENIS KELAMIN, DAN IJAZAH TERTINGGI YANG DIMILIKI, 2004

Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki Daerah/

Jenis Kelamin Tidak

memiliki

SD/ MI

SLTP/ MTs

SMU/ SMA

SMK/ Kejuruan

Dipl.I/ Dipl.II

Akademi/ Dipl.III

Dipl.IV/

S1/S2/S3 Jumlah

Perkotaan

Laki-laki 17,49 24,52 20,02 22,49 8,11 0,75 1,90 4,72 100,00

Perempuan 23,29 27,00 19,84 19,40 4,91 1,00 1,66 2,89 100,00

Laki-laki + Perempuan 20,41 25,77 19,93 20,94 6,50 0,88 1,78 3,79 100,00

Perdesaan

Laki-laki 32,18 37,63 17,44 8,32 2,84 0,45 0,33 0,81 100,00

Perempuan 40,62 37,03 14,20 5,56 1,49 0,45 0,24 0,43 100,00

Laki-laki + Perempuan 36,39 37,33 15,82 6,94 2,17 0,45 0,28 0,62 100,00

Perkotaan + Perdesaan

Laki-laki 25,79 31,92 18,57 14,49 5,13 0,58 1,01 2,51 100,00

Perempuan 32,99 32,61 16,68 11,65 3,00 0,69 0,86 1,51 100,00

Laki-laki + Perempuan 29,40 32,27 17,62 13,07 4,06 0,64 0,94 2,00 100,00

Sumber : BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2004 D. KEADAAN LINGKUNGAN

Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator persentase rumah sehat dan persentase Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan


(27)

(TUPM) sehat. Selain itu disajikan pula beberapa indikator tambahan yang dianggap masih relevan, yaitu persentase rumah tangga menurut sumber air minum, persentase rumah tangga menurut Sarana Pembuangan Air Besar, dan persentase rumah tangga menurut Tempat Penampungan Akhir Kotoran/Tinja.

1. Rumah Sehat

Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah.

Menurut data/indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan yang dikumpulkan oleh Pusdatin, Depkes pada tahun 2004, persentase rumah sehat sebesar 55,29%. Rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 2.15.

2. Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat

Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi oleh banyak orang, dan dikhawatirkan dapat menjadi tempat penyebaran penyakit. TUPM meliputi hotel, restoran, bioskop, pasar, terminal dan lain-lain. Sedangkan TUPM sehat adalah tempat umum dan tempat pengelolaan makanan yang memenuhi syarat kesehatan yaitu yang memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai (luas ruang) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung, dan memiliki pencahayaan ruang yang sesuai.

Data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Provinsi pada tahun 2004, memperlihatkan bahwa persentase TUPM sehat mencapai 68,9%. Rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 2.16.

3. Akses terhadap Air Minum

Hasil Susenas 2004 menunjukkan bahwa 55,31% rumah tangga mempunyai fasilitas air minum sendiri, dengan persentase terbesar di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (79,43%) dan yang terendah di Nusa Tenggara Timur (17,03%). Sebesar 20,54% yang menggunakan fasilitas air minum milik bersama dan 12,04% menggunakan fasilitas milik umum. Selebihnya, sebesar 12,11% rumah tangga yang tidak mempunyai fasilitas air minum, dengan persentase tertinggi di Provinsi Kalimantan Barat (74,16%).

Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dibedakan menurut air kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung, sumur tidak terlindung, mata air terlindung, mata air tidak terlindung, air sungai, air hujan, dan lainnya. Data dari Statistik Kesejahteraan Rakyat (BPS) tahun 2004 menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia yang menggunakan air minum dari air kemasan sebesar 2,45%, ledeng 17,96%, pompa 14,37%, sumur terlindung 35,95%, sumur tidak terlindung 11,16%, mata air terlindung 8,07%, mata air tidak terlindung 4,04%, air sungai 2,87%, air hujan 2,66%, dan sumber lainnya 0,46%. Ini berarti bahwa rumah tangga di Indonesia yang sudah menggunakan sumber air minum terlindung sebesar 81,46% (air kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung, mata air terlindung, air hujan) dan yang masih menggunakan sumber air minum tidak terlindung sebesar 18,54% (sumur tidak terlindung, mata air tidak terlindung, air sungai, lainnya). Persentase rumah tangga yang menggunakan sumber air minum terlindung di wilayah perkotaan (sebesar 93,02%) lebih tinggi daripada di wilayah perdesaan (yang sebesar 72,93%).


(28)

Provinsi dengan persentase tertinggi rumah tangga yang menggunakan sumber air minum terlindung adalah DKI Jakarta, yaitu sebesar 99,62%, Bali (93,97%), dan DI Yogyakarta (90,31%). Sedangkan yang terendah adalah Provinsi Kalimantan Tengah, yaitu sebesar 50,56%, Bengkulu (55,99%), dan Papua (56,19%).

Persentase rumah tangga menurut sumber air minum per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.19.

4. Sarana Pembuangan Air Besar pada Rumah Tangga

Persentase rumah tangga yang mempunyai sarana pembuangan air besar milik sendiri sebesar 61,62%, milik bersama sebesar 11,05%, milik umum sebesar 5,25%, dan yang tidak mempunyai sarana sebesar 22,08%. Sarana pembuangan air besar yang digunakan penduduk dibedakan ke dalam empat macam, yaitu jamban leher angsa, jamban plengsengan, jamban cemplung/cubluk, dan tidak menggunakan jamban. Statistik Kesejahteraan Rakyat (BPS) tahun 2004 memberikan gambaran tentang sarana pembuangan air besar di daerah perkotaan dan daerah perdesaan. Persentase rumah tangga yang memakai jamban leher angsa di daerah perkotaan sebesar 80,25% dan di daerah perdesaan sebesar 48,01%. Rumah tangga yang menggunakan jamban plengsengan, di daerah perkotaan 11,90% dan di daerah perdesaan 12,04%. Sedangkan rumah tangga yang menggunakan jamban cemplung/cubluk di daerah perkotaan 6,14% dan di daerah perdesaan 31,35%. Selebihnya, yang tidak menggunakan jamban di daerah perkotaan 1,72% dan di daerah perdesaan 8,6%.

Bila dilihat secara keseluruhan (perkotaan dan perdesaan) rumah tangga yang memakai jamban leher angsa sebesar 63,85%, jamban plengsengan 11,97%, jamban cemplung/cubluk 18,96%, dan yang tidak menggunakan jamban 5,22%. Provinsi dengan persentase tertinggi dengan rumah tangga yang menggunakan jamban leher angsa adalah Bali, yaitu sebesar 91,89%, menyusul DKI Jakarta (82,90%), dan Maluku Utara (81,22%). Sedangkan yang terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (30,05%), Kalimantan Tengah (41,91%), dan Sumatera Selatan (44,16%). Gambaran persentase rumah tangga di Indonesia menurut sarana pembuangan air besar dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini.

GAMBAR 2.2

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT

SARANA PEMBUANGAN AIR BESAR TAHUN 2004

L. Angsa 64% Plengsengan

12% Cemplung

19%

Tdk. Pakai 5%

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2004

Data persentase rumah tangga menurut sarana pembuangan air besar per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.20.


(29)

5. Tempat Penampungan Akhir Kotoran/Tinja pada Rumah Tangga

Menurut Statistik Kesejahteraan Rakyat (BPS) tahun 2004, rumah tangga di Indonesia menggunakan tempat penampungan akhir kotoran/tinja berupa tangki septik, kolam/sawah, sungai/danau, lobang tanah, pantai/tanah terbuka, dan lainnya.

Persentase rumah tangga yang sudah menggunakan tangki septik sebesar 42,71% (di wilayah perkotaan sebesar 66,01% dan di wilayah perdesaan sebesar 25,47%). Sebesar 5,16% yang menggunakan kolam/sawah, menggunakan sungai/danau sebesar 20,22%, menggunakan lubang tanah sebesar 24,41%, memanfaatkan pantai/tanah terbuka sebesar 5,38%, dan lainnya 2,12%. Persentase rumah tangga menurut tempat penampungan akhir kotoran/tinja dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut ini.

GAMBAR 2.3

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT

TEMPAT PENAMPUNGAN AKHIR KOTORAN/TINJA, TAHUN 2004

T a n g k i S e p tik 4 4 %

K o la m /s a w a h 5 %

S u n g a i/d a n a u 2 0 % L u b a n g ta n a h

2 4 % P a n ta i/ta n a h te rb u k a

5 % L a in n y a

2 %

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2004

Persentase rumah tangga menurut tempat pembuangan akhir kotoran/tinja per provinsi pada tahun 2004 dapat dilihat pada Lampiran 2.21.

E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT

Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan, akan disajikan beberapa indikator yaitu : persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan menurut cara pengobatan, persentase penduduk yang berobat jalan menurut tempat berobat, persentase anak 2-4 tahun yang pernah disusui, kebiasaan merokok, persentase penduduk yang melakukan aktivitas fisik, dan kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan berserat. Indikator yang disajikan merupakan hasil SUSENAS 2004 yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS).

1. Cara Pengobatan bagi Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan

Hasil SUSENAS 2004 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu (waktu survei) sebesar 26,51%. Dari penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan, sebesar 38,21% di antaranya berobat jalan


(30)

(40,36% di perkotaan dan 36,59% di perdesaan). Sebesar 72,44% dari penduduk yang mempunyai keluhan berupaya untuk mengobati sendiri (71,98% di perkotaan dan 72,93% di perdesaan). Provinsi dengan persentase tertinggi penduduk yang berobat jalan untuk mengatasi keluhan kesehatannya adalah Provinsi Bali, yaitu sebesar 52,89%, menyusul Nusa Tenggara Timur (48,58%), dan Papua (46,49%). Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu sebesar 24,54%, menyusul Kalimantan Tengah (27,01%), dan Riau (27,290%). Untuk cara pengobatan sendiri, provinsi dengan persentase tertinggi adalah Maluku Utara, yaitu sebesar 87,62%, menyusul Lampung (82,66%), dan Riau (82,29%). Sedangkan yang terendah adalah di Provinsi Papua, yaitu sebesar 50,57%, menyusul Bali (56,98%), dan Nusa Tenggara Timur (58,07%). Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.26.

2. Tempat Penduduk Berobat Jalan

Hasil survei yang sama juga menunjukkan bahwa puskesmas/puskesmas pembantu masih merupakan tempat berobat yang paling banyak dikunjungi oleh penduduk untuk berobat jalan, yaitu sebesar 37,26%. Tempat berobat jalan dengan persentase tertinggi berikutnya adalah praktek dokter (24,39%), dan petugas kesehatan (18,51%). Sedangkan rumah sakit pemerintah hanya 6,01%, dukun/tabib/sinse (1,78%), poliklinik (3,86%), rumah sakit swasta (3,32%), dan lainnya (4,86%). Provinsi dengan persentase tertinggi penduduk berobat jalan ke puskesmas/puskesmas pembantu adalah Papua (67,82%), Nusa Tenggara Timur (63,46%), dan Nanggroe Aceh Darussalam (62,92%). Sedangkan persentase terendah di Provinsi Bali ( 27,83%), Sumatera Utara (27,62%), dan DI Yogyakarta (24,08%). Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.27.

3. Anak 2-4 Tahun yang Pernah Disusui

Hasil SUSENAS 2004 yang diselenggarakan BPS juga menyajikan informasi mengenai persentase anak usia 2-4 tahun yang pernah disusui (mendapat air susu ibu/ASI). Sebanyak 41,36% anak usia 2-4 tahun ternyata pernah disusui selama >= 24 bulan. Provinsi dengan persentase tertinggi anak usia 2-4 tahun yang pernah disusui >= 24 bulan adalah DI Yogyakarta (58,74%), Jawa Tengah (53,93%), dan Kalimantan Selatan (54,85%). Sedangkan persentase terendah di Provinsi Maluku (10,81%), Maluku Utara (20,89%), dan Sumatera Utara (18,39%). Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.29.

4. Kebiasaan Merokok

Persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang merokok setiap hari sebesar 28,35%, yang merokok kadang-kadang (tidak setiap hari) sebesar 6,09%, dan selebihnya sebesar 65,56% tidak merokok. Provinsi dengan persentase tertinggi penduduk berumur 15 tahun ke atas yang merokok setiap hari adalah Riau (34,25%), Bengkulu (33,83%), dan Lampung (32,71%). Sedangkan yang terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (19,52%), Bali (20,33%), dan Maluku (21,66%). Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.31.

Dari kelompok penduduk yang merokok, sebanyak 47,75% di antaranya menghisap rokok sebanyak 10 – 14 batang per hari, sebanyak 25,17% menghisap rokok sebanyak 5 - 9 batang per hari, sebanyak 15,71% merokok 15 batang atau lebih per hari, dan selebihnya sebesar 11,37% merokok 4 batang atau kurang per hari. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.34.


(31)

5. Aktivitas Fisik Penduduk

SUSENAS 2004 juga menghasilkan informasi mengenai kebiasaan penduduk usia 15 tahun ke atas dalam melakukan aktivitas fisik. Dalam survei ini aktivitas fisik dikelompokkan dalam 3 tingkat, yaitu aktivitas berat, aktivitas sedang, dan aktivitas ringan. Persentase penduduk yang melakukan aktivitas berat sebesar 36,02%, aktivitas sedang sebesar 77,44%, dan aktivitas ringan sebesar 66,67%. Rincian menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.35.

6. Kebiasaan Mengkonsumsi Jenis Makanan Berserat

a. Sayur-sayuran

Untuk konsumsi makanan berserat jenis sayur-sayuran, rata-rata penduduk Indonesia mengkonsumsi sebanyak 2 porsi per hari. Sebesar 20,22% penduduk yang mengkonsumsi 3 porsi atau lebih per hari, 71,91% mengkonsumsi 1-2 porsi perhari, dan 7,65% kurang dari 1 porsi per hari. Provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya mengkonsumsi sayur-sayuran sebanyak 3 porsi atau lebih per hari adalah Sulawesi Utara (35,38%), Bengkulu (34,00%), dan Maluku Utara (32,57%). Sedangkan provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya mengkonsumsi sayur 2 porsi atau kurang per hari adalah Kalimantan Selatan (88,63%), Maluku Utara (85,85%), dan Sumatera Barat (84,71%).

Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.36.

b. Buah-buahan

Untuk konsumsi makanan berserat jenis buah-buahan, rata-rata penduduk Indonesia mengkonsumsi sebanyak 1,60 porsi per hari. Sebesar 39,18% penduduk yang mengkonsumsi 2 porsi atau lebih per hari, 51,19% mengkonsumsi 1 porsi perhari, dan 9,44% kurang dari 1 porsi per hari. Provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya mengkonsumsi sayur-sayuran sebanyak 2 porsi atau lebih per hari adalah Sulawesi Tengah (60,48%), Papua (54,48%), dan Bangka Belitung (52,55%). Sedangkan provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya mengkonsumsi buah-buahan 1 porsi atau kurang per hari adalah Kalimantan Selatan (68,64%), Jawa Barat (66,62%), dan Sumatera Barat (65,88%).

Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.37.

Demikian gambaran umum negara Indonesia tahun 2004 secara ringkas. Gambaran yang disajikan meliputi aspek-aspek kependudukan, perekonomian, pendidikan, kesehatan lingkungan, dan beberapa perilaku penduduk yang terkait dengan kesehatan.


(32)

BAB I I I

SI T U ASI DERAJ AT K ESEH AT AN

Untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia berikut ini disajikan situasi mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat.

A. MORTALITAS

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan di bawah ini.

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian di fasilitas kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. AKB di Indonesia berasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk, Surkesnas/Susenas, dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI).

Dalam beberapa tahun terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup besar meskipun pada tahun 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai krisis yang melanda Indonesia. Pada tahun 1995 AKB diperkirakan sebesar 55 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 52 pada tahun 1997, dan turun lagi menjadi 44 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1999, kemudian naik menjadi menjadi 47 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. AKB menurut hasil Surkesnas/Susenas berturut-turut pada tahun 2001 sebesar 50 per 1.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2002 sebesar 45 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB menurut hasil SDKI 2002-2003 terjadi penurunan yang cukup besar dari tahun 1997 sebesar 52 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2003. Provinsi dengan AKB terendah adalah Bali (14 per 1.000 kelahiran hidup), DI Yogyakarta (20 per 1.000 kelahiran hidup), dan Sulawesi Utara (25 per 1.000 kelahiran hidup). Sedangkan AKB tertinggi di Provinsi Gorontalo (77 per 1.000 kelahiran hidup), Nusa Tenggara Barat (74 per 1.000 kelahiran hidup), dan Sulawesi Tenggara (67 per 1.000 kelahiran hidup). Gambaran perkembangan estimasi AKB dari beberapa sumber dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.


(33)

TABEL 3.1

ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP DI INDONESIA MENURUT SUPAS 1995 DAN SUSENAS

TAHUN 1995 S.D TAHUN 2003

Tahun Estimasi SUPAS 1995[a]

Estimasi

SUSENAS[b] SDKI

[c]

1995 55 56 -

1996 54 - -

1997 52 - 52

1998 50 49 -

1999 44 - -

2000 47 - -

2001 - 50 -

2002 - 45 35

2003 - - 35

Sumber: [a] Indikator Kesejahteraan Anak 2001 (estimasi SUPAS 1995),

[b] estimasi Susenas 2002-2003, dan [c] SDKI 2002-2003

Keterangan: National Human Development Report 2004 menyebutkan AKB tahun 2002 sebesar 43,5 per 1.000 kelahiran hidup

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003 dinyatakan pula AKB menurut berbagai karakteristik latar belakang, yaitu menurut tempat tinggal di perkotaan dan di perdesaan, tingkat pendidikan, dan menurut indeks kekayaan. AKB menurut ketiga karakteristik latar belakang tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

GAMBAR 3.1

ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB) MENURUT LATAR BELAKANG TEMPAT TINGGAL, 2002-2003

GAMBAR 3.2

ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB) MENURUT LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, 2002-2003

32

52

0 10 20 30 40 50 60

Perkotaan Perdesaan 67 65 43 36 23

0 20 40 60 8

Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tidak tamat SMP SMP+

0

GAMBAR 3.3

ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB) MENURUT LATAR BELAKANG INDEKS KEKAYAAN, 2002-2003

61 50 44 36 17

0 10 20 30 40 50 60 70

Terendah Tengah bawah Tengah Tengah atas Atas


(34)

Tabel 3.2 di bawah ini merupakan data kematian bayi di rumah sakit selama tahun 2001–2004. Pada tahun 2000 AKB di rumah sakit adalah 15,8 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian meningkat cukup tinggi tahun 2001 dan 2002 yaitu 42,9 dan 40,6 per 1.000 kelahiran hidup. Tahun 2003 AKB di rumah sakit mengalami penurunan cukup banyak yaitu sebesar 22,9 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian pada tahun 2004 mengalami sedikit kenaikan menjadi 29,4 per 1.000 kelahiran hidup.

TABEL 3.2

ANGKA KEMATIAN BAYI DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2000 - 2004

No. Tahun Jumlah RS Jumlah Lahir Mati Jumlah Kelahiran Hidup di Rumah Sakit

AKB per 1000 KH

1 2000 1.145 2.546 158.972 15,8

2 2001 1.178 7.226 161.073 42,9

3 2002 1.215 5.381 127.053 40,6

4 2003 1.234 3.160 135.094 22,9

5 2004 1.246 3.321 109.297 29,4

Sumber : Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2005

Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menentukan faktor yang paling dominan dan faktor yang kurang dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat AKB. Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Beberapa penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal). Penyebab kematian bayi yang terbanyak adalah karena pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 40,68%. Sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu 25,13%. Hal ini dapat diartikan bahwa 65,8% kematian bayi pada masa perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat melahirkan. Penyebab kematian bayi di rumah sakit secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini.


(35)

TABEL 3.3

DISTRIBUSI PASIEN KELUAR MATI DI RUMAH SAKIT YANG BERMULA PADA MASA PERINATAL

DI INDONESIA TAHUN 2004

NO DTD ICD -10 Golongan Sebab Sakit Mati %

1 0.12 A33 Tetanus neonatorum 42 0.81

2 245 P00 - P04 Janin dan bayi baru lahir yang dipengaruhi oleh faktor dan penyulit kehamilan persalinan dan kelahiran

362 7.01 3 246 P05 - P 07 Pertumbuhan janin lamban, malnutrisi janin dan

gangguan yang berhubungan dengan kehamilan pendek dan berat badan lahir rendah

2.100 40.68

4 247 P10 - P 15 Cedera lahir 23 0.45

5 248 P20 - P 21 Hipoksia intrauterus dan asfiksia lahir 1.297 25.13 6 249 P22 - P 28 Gangguan saluran napas lainnya yang berhubungan

dengan masa perinatal

548 10.62 7 250 P35 - P 37 Penyakit infeksi dan parasit kongenital 466 9.03 8 251 P38 - P39 Infeksi khusus lainnya pada masa perinatal 137 2.65 9 252 P55 Penyakit hemolitik pada janin dan bayi baru lahir 17 0.33 10 253.9 P08,P29,P50-P54,

P56-P94, P96

Kondisi lain yang bermula pada masa perinatal 170 3.29

Jumlah 5.162

Sumber : Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2005 2. Angka Kematian Balita (AKABA)

AKABA berdasarkan estimasi SUPAS 1995 menunjukkan penurunan dari 64,28 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1998 menjadi 44,71 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Selain itu, tingkat kematian anak balita laki-laki lebih besar daripada tingkat kematian anak balita perempuan.

Berdasarkan estimasi Susenas, AKABA di Indonesia yang pada tahun 1995 sebesar 73 per 1.000 kelahiran hidup, turun menjadi 64 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1998. Ternyata pada tahun 2001 AKABA tersebut tidak mengalami perubahan yaitu tetap 64 per 1.000 kelahiran hidup. Hal ini diperkirakan karena menurunnya akses terhadap pelayanan kesehatan, salah satunya sebagai akibat dari krisis ekonomi. Hasil SDKI menyatakan bahwa AKABA pada tahun 2002-2003 telah turun menjadi 46 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2002-2003 provinsi dengan AKABA terendah adalah Bali (19 per 1.000 kelahiran hidup), DI Yogyakarta (23 per 1.000 kelahiran hidup), dan Sulawesi Utara (33 per 1.000 kelahiran hidup). Sedangkan AKABA tertinggi di Nusa Tenggara Barat (103 per 1.000 kelahiran hidup), Gorontalo (97 per 1.000 kelahiran hidup), dan Sulawesi Tenggara (92 per 1.000 kelahiran hidup). Gambaran perkembangan AKABA pada tahun 1995 – 2003 disajikan pada Tabel 3.4 berikut ini.


(1)

B T ST B T ST B T ST B T ST B T ST B T ST B T ST B T ST B T ST B T ST

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30) (31) (32) (33)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 3 2 0 3 3 1 3 3 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 2 2 0 3 2 0 1 3 1 19 15 2 36

2 Sumatera Utara 20 3 2 10 10 4 10 10 5 15 15 2 10 3 0 10 5 0 10 4 0 10 3 0 29 10 5 124 63 18 205

3 Sumatera Barat 3 2 1 2 2 0 5 4 0 10 3 0 3 0 0 10 2 0 10 4 0 10 3 0 17 0 0 70 20 1 91

4 Riau 15 7 0 10 2 0 9 2 0 10 3 0 3 3 0 6 5 3 5 8 3 7 5 1 8 6 0 73 41 7 121

5 Jambi 3 2 1 3 3 1 4 4 0 3 2 0 4 0 0 4 0 0 20 3 0 20 3 0 1 5 2 62 22 4 88

6 Sumatera Selatan 3 0 0 3 0 0 3 2 0 5 4 0 4 0 0 2 1 0 11 0 0 9 0 0 1 0 0 41 7 0 48

7 Bengkulu 2 2 0 0 3 0 6 0 0 5 0 0 0 0 0 2 0 0 10 8 2 13 4 2 2 1 0 40 18 4 62

8 Lampung 10 2 0 5 3 2 5 4 0 10 2 0 1 0 0 8 0 0 15 0 0 10 9 0 19 4 0 83 24 2 109

9 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 7 0 0 7 0 0 7 0 0 0 0 0 7 0 0 7 0 0 0 0 0 35 0 0 35

10 Jawa Barat 60 0 0 40 9 0 20 4 0 28 0 0 47 0 0 30 5 0 59 2 0 54 0 0 0 0 0 338 20 0 358

11 Jawa Tengah 35 0 0 34 0 0 37 0 0 36 0 0 11 0 0 21 0 0 39 0 0 33 0 0 0 0 0 246 0 0 246

12 DI Yogyakarta 5 4 0 1 0 0 6 0 0 3 0 0 2 0 0 11 0 0 16 0 0 8 0 0 0 0 0 52 4 0 56

13 Jawa Timur 30 9 0 40 10 0 35 5 0 40 9 0 20 6 0 30 9 0 68 0 0 73 0 0 0 0 0 336 48 0 384

14 Kalimantan Barat 0 0 0 3 0 0 3 3 0 5 3 0 0 2 0 3 3 0 0 0 9 0 0 11 0 5 0 14 16 20 50

15 Kalimantan Tengah 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 0 0 4 0 0 3 2 0 6 4 0 1 1 1 18 7 26

16 Kalimantan Selatan 0 1 0 4 0 0 3 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 0 10 8 3 10 6 4 1 2 6 29 20 13 62

17 Kalimantan Timur 5 3 0 10 2 0 10 0 0 9 1 0 0 9 0 5 5 0 5 3 2 5 3 2 5 5 0 54 31 4 89

18 Sulawesi Utara 2 2 0 0 0 0 0 2 0 0 3 0 0 1 0 0 2 0 0 7 0 0 7 0 1 1 1 3 25 1 29

19 Sulawesi Tengah 0 0 0 0 5 2 0 2 0 0 9 0 0 0 0 0 2 0 0 7 0 0 4 0 0 1 1 0 30 3 33

20 Sulawesi Selatan 10 10 0 15 6 0 20 14 0 20 7 0 7 0 0 20 5 0 6 8 7 9 9 4 20 15 9 127 74 20 221

21 Sulawesi Tenggara 5 0 0 0 2 0 0 8 0 0 3 0 0 2 0 0 1 0 0 20 19 0 23 17 0 4 4 5 63 40 108

22 Bali 4 0 0 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 0 0 15

23 Nusa Tenggara Barat 0 5 0 10 7 0 3 1 0 6 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 1 0 0 2 2 1 25 15 1 41

24 Nusa Tenggara Timur 0 3 0 3 0 0 3 1 0 0 2 0 0 2 0 0 7 0 0 30 5 0 30 5 0 3 1 6 78 11 95

25 Maluku 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 18 0 0 29 0 0 1 1 0 52 1 53

26 Papua 0 2 0 0 1 0 0 3 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 11 0 0 10 0 0 1 1 0 30 1 31

27 Maluku Utara 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 2 0 0 2 1 0 11 1 12

28 Banten 10 2 0 7 0 0 10 2 0 10 5 0 11 0 0 10 7 0 15 0 0 11 0 0 20 2 0 104 18 0 122

29 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 3 0 0 0 0 0 4 0 0 13 0 0 13

30 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 1 0 0 1 0 0 6 0 0 3 0 0 0 0 0 15 0 0 15

225

63 4 217 69 10 204 78 5 229 75 2 131 29 - 180 67 3 317 150 52 296 158 50 131 74 35 1.930 763 161 2.854

Sumber : Biro Kepegawaian, November 2004 Keterangan : B = Biasa

T = Terpencil ST= Sangat Terpencil

REKAPITULASI DOKTER GIGI PTT YANG MASIH AKTIF DIRINCI MENURUT KRITERIA PENEMPATAN KEADAAN SAMPAI APRIL 2004

No Provinsi

Tanggal Pengangkatan dan Kriteria

Total

21 (Ags 2001) 22 (Nop 2001) 23 (Apr 2002) 28 (Nop 2003) 29 (Apr 2004) Jumlah

Jumlah


(2)

KEADAAN BIDAN (SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP) MENURUT PROVINSI TAHUN 1994 - 2003

1994/1995 1995/1996 1996/1997 1997/1998 1998/1999 1999/2000 2000/2001 2001/2002 2002/2003

Bidan yang Pernah Diangkat

Bidan yang Berhenti

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 591 990 3.529 3.567 4.115 4.102 4.043 4.026 4.016 4.417 401

2 Sumatera Utara 1.349 2.066 2.364 2.443 2.685 2.885 2.665 2.538 2.482 3.243 761

3 Sumatera Barat 424 898 1.295 1.272 1.306 1.288 1.203 1.056 979 1.729 750

4 Riau 131 251 587 617 712 724 681 638 571 838 267

5 Jambi 120 280 399 504 577 642 577 534 508 677 169

6 Sumatera Selatan 456 946 1.345 1.622 1.656 1.671 1.538 1.414 1.326 1.974 648

7 Bengkulu 144 280 695 771 840 938 918 896 849 975 126

8 Lampung 290 490 1.203 1.172 1.201 1.046 983 933 904 1.402 498

9 Kepulauan Bangka Belitung - - - - 90 102 - (102)

10 DKI Jakarta - - 40 40 40 5 5 5 - 40 40

11 Jawa Barat 1.298 2.211 2.973 3.119 3.296 3.336 3.104 2.559 2.286 4.088 1.802 12 Jawa Tengah 1.318 2.647 3.370 3.623 3.688 3.719 3.551 3.346 3.260 4.718 1.458 13 DI Yogyakarta - - 40 159 159 183 129 129 99 199 100

14 Jawa Timur 1.120 2.320 3.120 3.460 3.546 3.577 3.388 3.214 3.132 4.240 1.108 15 Banten - - - - 166 224 - (224)

16 Bali 79 121 161 252 320 379 333 314 273 438 165

17 Nusa Tenggara Barat 152 230 345 404 471 529 491 459 459 584 125

18 Nusa Tenggara Timur 236 507 1.106 1.133 1.387 1.468 1.470 1.768 1.324 1.916 592

19 Kalimantan Barat 136 307 874 1.043 1.078 1.127 1.069 1.032 947 1.173 226

20 Kalimantan Tengah 112 370 628 675 903 916 880 819 755 1.017 262

21 Kalimantan Selatan 197 364 868 960 1.054 1.109 1.038 1.024 893 1.234 341

22 Kalimantan Timur 112 239 319 418 462 529 447 363 301 597 296

23 Sulawesi Utara 209 354 457 561 677 775 714 563 514 873 359

24 Sulawesi Tengah 145 309 985 1.070 1.179 1.251 1.251 1.249 1.225 1.298 73

25 Sulawesi Selatan 335 415 455 1.050 1.135 1.277 1.104 1.000 887 1.438 551

26 Sulawesi Tenggara 82 201 278 346 412 491 491 476 471 512 41

27 Gorontalo - - - - 110 110 - (110)

28 Maluku 197 387 897 957 1.032 1.105 1.020 938 524 1.137 613

29 Maluku Utara - - - - 94 214 - (214) 30 Papua 180 447 1.561 2.018 2.145 2.247 2.071 1.677 461 2.343 1.882

9.413

17.630 29.894 33.256 36.076 37.319 35.164 33.430 30.096 43.100 13.004

Sumber: Biro Kepegawaian, Depkes RI

No. Provinsi

Keberadaan Bidan PTT


(3)

Lampiran 6.1

No

Negara

Jumlah

Penduduk

(Ribuan Jiwa)

Kepadatan

Penduduk per

KM²

Laju

Pertumbuhan

Penduduk

1993-2003 (%)

Persentase

Penduduk Usia

0-14 Tahun

Persentase

Penduduk Usia

15-64 Tahun

Persentase

Penduduk Usia

65 Tahun Ke

Atas

Angka Beban

Tanggungan

(%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1

Brunei Darussalam

358

61

2,5

32,5

65,1

2,4

50

2

Indonesia

219.883

113

1,4

29,7

65,0

5,0

53

3

Kamboja

14.144

73

2,7

42,0

55,0

3,0

80

4

Laos

5.657

24

2,4

44,1

52,1

3,8

82

5

Malaysia

24.425

76

2,4

33,2

62,7

4,1

60

6

Myanmar

49.485

81

1,5

32,0

63,0

5,0

58

7

Philipina

79.999

270

2,0

36,0

60,0

4,0

66

8

Singapura

4.253

6.004

2,6

20,8

71,6

7,7

40

9

Thailand

62.833

123

1,1

21,3

67,6

6,6

46

10

Vietnam

81.377

244

1,5

-

-

-

57

Sumber :

Jumlah Penduduk dan Laju pertumbuhan Penduduk diambil dari WHO Health Report, 2005 Kepadatan penduduk dan Persentase penduduk per kategori Umur diambil dari UNESCAP, 2005


(4)

No

Negara

Usia Harapan

Hidup Waktu

Lahir

Total Fertility

Rate (TFR)

Angka

Kelahiran Kasar

per 1000

Penduduk

Angka Kematian

Kasar per 1000

Penduduk

Probabilitas

Kematian Balita

(per 1.000

balita)

Angka Kematian

Bayi (AKB)

Angka Kematian

Balita (AKABA)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1

Brunei Darussalam

77

2,5

23

3

6

5

6

2

Indonesia

67

2,3

21

7

41

31

41

3

Kamboja

54

4,7

34

10

140

97

140

4

Laos

59

4,7

35

12

91

82

91

5

Malaysia

72

2,9

22

5

7

7

7

6

Myanmar

59

2,8

24

11

106

76

107

7

Philipina

68

5,9

25

5

36

27

36

8

Singapura

80

1,3

10

5

3

3

3

9

Thailand

70

1,9

17

7

26

23

26

10 Vietnam

71

2,3

20

6

23

19

23

Usia Harapan Hidup, TFR, Angka Kematian Kasar, Probabilitas kematian Balita dan AKABA diambil dari WHO Health Report, 2005 Angka kelahiran Kasar dan AKB diambil dari SOWC-UNICEF, 2005

PERBANDINGAN BEBERAPA DATA INDIKATOR DERAJAT KESEHATAN DI NEGARA ASEAN

TAHUN 2003


(5)

Lampiran 6.3

No

Negara

BCG (%)

DPT3 (%)

Polio3 (%)

Hepatitis B3 (%)

Campak (%)

Vitamin A (%)

(2002)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Brunei Darussalam

99

99

99

99

99

-2 Indonesia

82

70

70

75

72

82

3 Kamboja

76

69

69

-

65

34

4 Laos

65

50

52

50

42

58

5 Malaysia

99

96

97

95

92

-6 Myanmar

79

77

76

-

75

92

7 Philipina

91

79

80

40

80

86

8 Singapura

97

92

92

92

88

-9 Thailand

99

96

97

95

94

-10 Vietnam

98

99

96

78

93

55

Sumber : WHO Health Report, 2005


(6)

Kota

Desa

Total

Kota

Desa

Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Brunei Darussalam

-

-

-

-

-

-2 Indonesia

89

69

78

71

38

52

3 Kamboja

58

29

34

53

8

16

4 Laos

66

38

43

61

14

24

5 Malaysia

96

94

95

-

98

-6 Myanmar

95

74

80

96

63

73

7 Philipina

90

77

85

81

61

73

8 Singapura

100

-

-

100

-

-9 Thailand

95

80

85

97

100

99

10 Vietnam

93

67

73

84

26

41

Sumber :

SOWC-UNICEF, 2005

PERBANDINGAN PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN SUMBER AIR BERSIH DAN YANG MENGGUNAKAN SARANA SANITASI SEHAT

DI NEGARA ASEAN TAHUN 2002

No

Negara