KEADAAN PENDUDUK I GAM BARAN U M U M DAN PERI LAK U PEN DU DU K

Kalimantan Timur 54,58. Sedangkan yang terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur 16,45, Sulawesi Tengah 20,60, dan Sulawesi Tenggara 21,77. Komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda 0-14 tahun sebesar 29,61, yang berusia produktif 15-64 tahun sebesar 65,68, dan yang berusia tua 65 tahun sebesar 4,71. Dengan demikian maka Angka Beban Tanggungan Dependency Ratio penduduk Indonesia pada tahun 2004 sebesar 52,26, dengan kisaran antara 36,58 di DKI Jakarta dan 70,12 di Nusa Tenggara Timur. Angka Beban Tanggungan ini sedikit meningkat bila dibandingkan tahun 2003 yang sebesar 51,75. Rincian jumlah penduduk menurut kelompok umur dan Angka Beban Tanggungan per provinsi tahun 2004 dapat dilihat pada Lampiran 2.3. Jumlah penduduk laki-laki relatif seimbang dibandingkan penduduk perempuan, yaitu masing-masing sebesar 108.876.089 jiwa penduduk laki-laki dan 108.196.257 jiwa penduduk perempuan rasio penduduk menurut jenis kelamin sebesar 100,6. Rasio penduduk menurut jenis kelamin yang tertinggi di Provinsi Papua yaitu sebesar 110,8, Kalimantan Timur 108,51, dan Lampung 108,3. Sedangkan yang terendah di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar 90,9, Gorontalo 96,4, dan Sumatera Barat serta Sulawesi Selatan keduanya sebesar 96,7. Komposisi penduduk Indonesia dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin, menunjukkan penduduk laki-laki maupun perempuan proporsi terbesar berada pada kelompok umur 10 – 14 tahun dan umur 5 – 9 tahun. Gambaran komposisi penduduk secara lebih rinci dapat dilihat dari gambar berikut. GAMBAR 2.1 PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2004 75 + 70 - 74 65 - 69 60 - 64 55 - 59 50 - 54 45 - 49 40 - 44 35 - 39 30 - 34 25 - 29 20 - 24 15 - 19 10 - 14 5 - 9 0 - 4 Kel. Umur 2 4 6 8 10 12 Laki-laki 2 4 6 8 10 12 Perempuan persen Sumber : BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2004 4

B. KEADAAN EKONOMI

Kondisi perekonomian Indonesia pada tiga tahun terakhir relatif stabil dan menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Kinerja ekonomi pada tahun 2002 tumbuh sebesar 4,38 dan tahun 2003 meningkat menjadi 4,88. Pada tahun 2004 kondisi perekonomian semakin stabil yang diperlihatkan oleh pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat yang mencapai 5,13. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi selama tahun 2004 juga diimbangi oleh masih relatif rendahnya laju inflasi, yaitu sebesar 6,40. Sementara itu, Produk Domestik Bruto PDB per kapita pada tahun 2004 dilaporkan sebesar 10,64 juta rupiah, lebih tinggi dibandingkan tahun 2003 yang sebesar 8,3 juta rupiah. Pada tahun 2004 jumlah penduduk miskin berdasarkan data hasil Susenas Kor tercatat sebesar 36,1 juta jiwa atau 16,66 dari total penduduk. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin tahun 2003 yang sebesar 37,3 juta jiwa atau turun sebesar 3,19. Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan lebih tinggi daripada di daerah perkotaan, yaitu sebesar 20,11 di perdesaan dan 12,13 di perkotaan. Provinsi dengan persentase tertinggi penduduk miskin terhadap total penduduk provinsi adalah Papua, yaitu sebesar 38,69. Menyusul Maluku 32,13, dan Sulawesi Tenggara 29,01. Sedangkan yang terendah di Provinsi DKI Jakarta 3,18, Bali 6,85, dan Kalimantan Selatan 7,19. Provinsi dengan jumlah penduduk miskin terbanyak adalah Provinsi Jawa Timur, yaitu sebanyak 7,3 juta jiwa atau 20,23 dari total penduduk miskin. Menyusul Jawa Tengah sebanyak 6,8 juta jiwa atau 18,93 dan Jawa Barat sebanyak 4,6 juta jiwa atau 12,88. Rincian jumlah dan persentase penduduk miskin menurut jenis kelamin, daerah dan provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.6, Lampiran 2.7 dan Lampiran 2.8.

C. KEADAAN PENDIDIKAN

Uraian tentang keadaan pendidikan berikut ini merupakan hasil Susenas 2004 yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik. Kemampuan baca-tulis penduduk tercermin dari Angka Melek Huruf, yaitu persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. Secara nasional persentase penduduk yang dapat membaca huruf latin pada tahun 2004 sebesar 90,53. Sedangkan mereka yang dapat membaca huruf lainnya sebesar 0,93 dan yang buta huruf sebesar 8,53. Di perdesaan, penduduk yang buta huruf lebih besar dibanding di perkotaan 11,45 berbanding 4,79 . Persentase penduduk yang buta huruf pada perempuan, yaitu sebesar 11,71 lebih tinggi dibanding pada laki-laki yang hanya sebesar 5,34. Provinsi dengan persentase tertinggi penduduk yang buta huruf adalah di Papua, yaitu sebesar 23,56, menyusul NTB 19,94, dan Jawa Timur 13,94. Sedangkan yang terendah adalah di Provinsi Sulawesi Utara 0,86, menyusul DKI Jakarta 1,56, dan Maluku 1,91. Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut kepandaian membaca dan menulis per provinsi tahun 2004 dapat dilihat pada Lampiran 2.12. Pada tahun 2004, persentase penduduk berusia 10 tahun ke atas yang tidakbelum pernah bersekolah sebesar 7,92. Sedangkan yang masih bersekolah sebesar 19,26, terdiri atas 7,94 bersekolah di SDMI, sebesar 5,99 di SLTPMTs, sebesar 3,89 di SMUSMK, 5 dan 1,44 di AkademiUniversitas. Selebihnya, sebesar 72,83 sudah tidak bersekolah lagi. Secara nasional persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tidakbelum pernah sekolah di perdesaan 10,56 lebih tinggi daripada yang tinggal di perkotaan 4,52. Secara umum Angka Partisipasi Sekolah APS perempuan lebih besar dibanding APS laki-laki pada kelompok umur 7-12 tahun dan 13-15 tahun. Sementara pada kelompok umur 16-18 tahun, APS laki-laki lebih tinggi dibanding APS perempuan. Sedangkan dari segi tempat tinggal, terlihat bahwa APS penduduk perkotaan lebih besar bila dibanding dengan APS penduduk perdesaan. Hal ini terjadi untuk semua kelompok umur, baik pada laki-laki maupun pada perempuan. Perbedaan menjadi semakin besar pada kelompok umur 16 – 18 tahun. Rincian APS penduduk usia 7-18 tahun menurut kelompok umur, tipe daerah, dan jenis kelamin pada tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini. TABEL 2.1 ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH APS PENDUDUK USIA 7-18 TAHUN MENURUT KELOMPOK UMUR, TIPE DAERAH, DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2004 Kelompok Umur tahun DaerahJenis Kelamin 7-12 13-15 16-18 Perkotaan Laki-laki 97,70 89,67 68,13 Perempuan 97,78 89,50 65,47 Laki-laki + Perempuan 97,74 89,59 66,82 Perdesaan Laki-laki 95,90 78,57 43,41 Perempuan 96,35 80,08 42,48 Laki-laki + Perempuan 96,12 79,29 42,98 Perkotaan + Perdesaan Laki-laki 96,62 83,05 53,94 Perempuan 96,92 83,97 52,97 Laki-laki + Perempuan 96,77 83,49 53,48 Sumber : BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2004 Sebagaimana APS, Angka Partisipasi Murni APM di daerah perkotaan juga lebih tinggi dibanding APM di daerah perdesaan untuk kelompok umur sekolah SLTP dan SMUSMK. Angka Partisipasi Murni menyatakan banyaknya penduduk usia sekolah yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai. APM untuk jenjang SD di perkotaan sebesar 92,73, sementara di perdesaaan sedikit lebih tinggi, yaitu sebesar 93,25. Sedangkan APM untuk jenjang SLTP di perkotaan sebesar 72,67 dan di perdesaan hanya sebesar 60,11. Sementara itu APM untuk jenjang SMUSMK adalah sebesar 56,75 di perkotaan dan 32,11 di perdesaan. Di Indonesia pada tahun 2004, persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tidakbelum memiliki ijazahSTTB sebanyak 29,40. Sedangkan yang sudah memiliki ijazah terdiri atas tamat SDMI sebanyak 32,27, tamat SLTPMTs sebanyak 17,62, tamat SMUSMK sebanyak 17,13, dan tamat Diploma I sampai dengan Universitas sebesar 6