badan dunia lainnya. Dalam waktu singkat telah dibentuk beberapa Pos Pelayanan Kesehatan di tempat pengungsian dan Rumah Sakit Lapangan.
2. Mobilisasi Tenaga Kesehatan Dalam upaya meningkatkan pelayanan sesuai dengan standar, di samping menggerakkan
Brigade Bencana, Departemen Kesehatan juga melakukan mobilisasi tenaga profesional melalui Organisasi Profesi, Pemerintah Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga
Pendidikan, TNI, negara sahabat dan badan dunia untuk bekerja di tempat pelayanan kesehatan baik di pos-pos pengungsian atau Rumah Sakit Lapangan.
Beberapa saat setelah bencana terjadi jajaran kesehatan telah dapat memobilisasi tenaga medis dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, tenaga paramedis perawatan perawat,
bidan, paramedis non perawatan nutrisionis, sanitarian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga farmasi dan lain-lain.
Di samping itu Departemen Kesehatan juga membentuk Tim Lapangan yang diketuai oleh pejabat eselon I dengan anggota para eselon II dan pelaksana lapangan eselon III dan IV,
untuk membantu dalam penataan manajemen Dinas Kesehatan Provinsi NAD dan Dinas Kesehatan KabupatenKota.
3. Mobilisasi Peralatan dan Bahan Penunjang
Dalam mendukung pelayanan kesehatan yang optimal jajaran kesehatan juga memobilisasi bantuan peralatan dan bahan penunjang pelayanan kesehatan seperti peralatan medik,
obat-obatan, sarana transportasi dan peralatan pendukung lainya. Bantuan yang dapat dimobilisasi langsung dikirim oleh donor melalui Departemen
Kesehatan atau langsung kepada Satkorlak di Provinsi NADSumut atau digunakan langsung di fasilitas pelayanan yang dibangun oleh masing-masing donor.
4. Biaya Operasional
Departemen Kesehatan juga melakukan mobilisasi anggaran untuk mendukung operasionalisasi dalam pelayanan kesehatan dan penataan manajemen kesehatan di semua
jenjang pelayanan, dan institusi.
Demikian gambaran singkat mengenai situasi upaya kesehatan di Indonesia sampai dengan tahun 2004.
96
BAB V SI T U ASI SU M BER DAY A K ESEH AT AN
Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan menjadi sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan, yang dapat dilihat pada bab ini,
adalah sebagai berikut :
A. SARANA KESEHATAN
Pada bagian ini diuraikan tentang sarana kesehatan di antaranya Puskesmas, rumah sakit, sarana produksi dan distribusi farmasi dan alat kesehatan, sarana Upaya Kesehatan
Bersumber daya Masyarakat UKBM, dan institusi pendidikan tenaga kesehatan. 1.
Puskesmas
Pada periode tahun 2000 – 2004, jumlah Puskesmas termasuk Puskesmas Perawatan terus meningkat dari 7.237 unit pada tahun 2000 menjadi 7.540 unit pada tahun 2004. Namun
pada periode tahun itu, rasio Puskesmas terhadap 100.000 penduduk cenderung menurun dari 3,56 per 100.000 penduduk pada tahun 2000 dan 3,49 per 100.000 penduduk pada tahun 2001
menjadi 3,46 per 100.000 penduduk pada tahun 2002 dan tahun 2003, kemudian menjadi 3,47 per 100.000 penduduk pada tahun 2004. Ini berarti bahwa pada periode tahun itu setiap
100.000 penduduk rata-rata dilayani oleh 3-4 unit Puskesmas. Jumlah Puskesmas dan rasio Puskesmas terhadap 100.000 penduduk pada tahun 2000 – 2004 disajikan pada Gambar 5.1,
gambaran jumlah Puskesmas per 100.000 penduduk menurut provinsi dibandingkan angka nasional disajikan pada Gambar 5.2. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.1.
GAMBAR 5.1 JUMLAH PUSKESMAS DAN RASIONYA TERHADAP 100.000 PENDUDUK
TAHUN 2000 – 2004
7.000 7.100
7.200 7.300
7.400 7.500
7.600
2000 2001
2002 2003
2004 0,00
0,80 1,60
2,40 3,20
4,00 Jumlah Puskesmas
Rasio Puskesmas
Jml Puskesmas
7.237 7.277 7.309 7.413
7.540 Jml.
Penduduk 203.456.005 208.405.944
211.000.598 214.374.096 217.072.346
RasioPuskesmas 3,56 3,49
3,46 3,46 3,47
Sumber: Jumlah Puskesmas : Ditjen Binkesmas, Depkes RI Jumlah Penduduk : BPSProfil Kesehatan Indonesia, Pusdatin
97