Kompetensi Guru Profsionalisme Guru

adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu agar kelak mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. Langeveld membedakan istilah pedagogik dengan istilah pedagogi. Pedagogik diartikannya sebagai ilmu pendidikan yang lebih menekankan pada pemikiran dan perenungan tentang pendidikan. Sedangkan istilah pedagogi berarti pendidikan yang lebih menekankan kepada praktek, yang menyangkut kegiatan mendidik, membimbing anak. Berdasarkan pengertian yang disebutkan di atas maka yang dimaksud pedagogik adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya terbatas pada interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa. Sedangkan kompetensi pedagogic adalah sejumlah kemampuan guru yang diberkaitan dengan ilmu dan seni mengajar. 56 Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan dalam pengeolaan peserta didik yang meliputi: Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman tentang peserta didik, pengembangan kurikulumsilabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktulisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 57 Guru harus mampu mengelola kegiatan pembelajaran, mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Guru harus menguasai manajemen kurikulum, dan mengevaluasi kurikulum, serta memiliki pemahaman tentang psikologi pendidikan terutama terhadap 56 Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionlitas Guru, Jakarta:Gaung Persada, 2011, h. 32. 57 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana, 2011, h. 30-31. kebutuhan dan perkembangan pserta didik agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna. b Kompetensi Kepribadian Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri- ciri pribadi yang mereka miliki. Cirri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dengan guru yang lainya. Kepribadian sebenarnya adalah satu masalah abstrak, hanya dapat dilihat dari penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan. Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Kompetensi kepribadian guru mencangkup sikap attitude, nilai-nilai value, kepribadian personality sebagai elemen perilaku behavior dalam kaitannya dengan performance yang ideal sesuai dengan bidang pekerjaan yang dilandasi oleh latar belakang pendidikan, peningkatan kemampuan dan pelatihan, serta legalitas kewenangan mengajar. 58 Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Oleh karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan yang harus digugu dan ditiru. Kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian diantaranya: Kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya, kemampuan untuk menghormati dan menghargai antarumat beragama, kemampuan untuk berprilaku sesuai dengan norma, aturan dan system nilai yang berlaku di masyarakat, 58 Saudagar, op. cit., h. 40. mengembangkan sifat-sifat terpuji misalnya: sopan santun dan tata karma. 59 c Kompetensi Sosial Kompetensi ini merujuk kepada kemampuan guru untuk menjadi bagian dari masyarakat, berkomunikasi, berinteraksi, secara efektif dengan para siswa, para guru lain, orangtua dan wali siswa serta masyarakat. Kompetensi ini diantaranya meliputi: Bersikap inklusif, bertindak obyektif, berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua, dan masyarakat, berkomunikasi dengan komunitas profesi dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. 60 Kompetensi sosial Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pada pasal 28 ayat 3 adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orangtuawali peserta didik dan masyarakat sekitar. Fachrudin mengutip perkataan Mukhlas Samani yang mengatakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan individu sebagai bagian masyarakat yang mencangkup kemampuan untuk berkomunikasi lisan, tulisan, dan isyarat, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif, bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar, menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan. 61 59 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan KTSP, Jakarta: Prenanda Media Group, 2008, h. 277. 60 Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima, 2009, h. 247. 61 Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionlitas Guru, Jakarta:Gaung Persada, 2011, h. 75. Bedasarkan pengertian yang disebutkan di atas inti dari kompetensi sosial itu adalah kemampuan guru melakukan interaksi sosial melalui komunikasi, kemampuan guru untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja di lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. d Kompetensi Profesional Kompetensi profesional adalah kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan kompetensi ini merupakan kompetensi yang sangat penting, sebab langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Kompetensi ini diantaranya: Kemampuan untuk menguasai landasan kependidika, pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai bidang studi yang diajarkannya, kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran, kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber ajar. 62 Kompetensi profesional merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang guru. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pada pasal 28 ayat 3 yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. 63 Keempat kompetensi tersebut bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru. Oleh karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru meliputi: 62 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2010, h. 18. 63 Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionlitas Guru, Jakarta:Gaung Persada, 2011, h. 48. Pengenalan peserta didik secara mendalam, penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu disciplinary content maupun bahan ajar dalam kurikulum sekolah pedagogical content, penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik meliputi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut untuk perbaikan dan pengayaan dan pengembangan kpribadian dan profesionalitas secara berkelanjutan. 64 Sedangkan Direktorat Tenaga Kependidikan Depdiknas menyebutkan Standar Kompetensi Guru sebagai berikut: 65 1 Pengelolaan pembelajaran; 2 Pengembangan potensi; 3 Penguasaan akademik; 4 Sikap kepribadian. Secara keseluruhan standar kompetensi guru terdiri dari tujuh komptensi, yaitu: 1 Penyusunan rencana pembelajaran; 2 Pelaksanaan interaksi belajar mengajar; 3 Penilaian prestasi belajar peserta didik; 4 Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik; 5 Pengembangan profesi; 6 Pemahaman wawasan pendidikan; 7 Penguasaan bahan kajian akademik.

3. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum penulis menjelaskan mengenai pendidikan Agama Islam, terlebih dahulu dijelaskan tentang pendidikan secara umum. Dalam 64 J.M Tedjawati, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Lesson study Kasus di Kabupaten Bantul, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendiknas, 4, 2011, h. 482. 65 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007, h.56. bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik yang yang mendapat awalan pe-an yang meiliki arti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. 66 Agama berasal dari bahasa Sanskerta yang akar kata nya adalah gam yang diberi awalan dan akhiran a sehungga menjadi asal kata a- gam-a. gam berarti pergi. Namun setelah mendapat awalan dan akhiran a Pengertiannya berubah menjadi jalan. 67 “Menurut ilmu bahasa etimologi, islam berasal dari bahasa Arab, yaitu kata, salima yang berarti selamat, sentosa dan damai. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama, yuslimu, islaman, yang berarti memeliharakan dalam keadaan selamat sentosa”. 68 Menurut Moh Daud Ali Islam kata turunan jadian yang berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan kepada kehendak Allah berasaldari kata salama artinya patuh atau menerima; berakar dari huruf sin lam mim, kata dasar nya adalah salima yang berarti sejahtera, tidak bercela, tidak bercacat. Dari kata itu terbentuk kata masdar salamat yang dalam bahasa Indonesia menjadi selamat. Dari akar kata itu juga terbentuk kata-kata salm, silm yang berarti kedamaian, kepatuhan, penyerahan diri. Dari Uraian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa arti yang terkandung dalam Islam adalah: Kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan diri, ketaatan dan kepatuhan. 69 Selanjutnya mengenai definisi pendidikan agama islam, Prof. Dr. Zakiah Darajat mengemukakan definisi pendidikan Agama Islam, yaitu sebagai berikut : 1 Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikan dapat memahami dan mengamalkan ajaran islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup. 66 Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1988, cet I, h. 204. 67 Moh Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008 h. 35. 68 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006 h. 91. 69 Ibid., h. 49. 2 Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam. 3 Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran islam itu sebagai suatu pandangan hidup di dunia dan di akhirat. 70 Dari beberapa pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk membimbing, mengajar dan mengasuh anak didik untuk mencapai kecerdasan sesuai dengan ajaran islam dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran agama tersebut sebagai pedoman hidupnya, untuk meraih keselamatan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan artinya sesuatu yang dituju, yaitu yang akan dicapai dengan suatu kegiatan atau usaha. Sesuatu kegiatan akan berakhir, bila tujuannya sudah tercapai, sedangkan tujuan pendidikan adalah suatu yang hendak dicapai dengan kegiatan atau usaha pendidikan. Menurut Zakiah Daradjat pengertian tujuan pendidikan islam ialah membentuk kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Orang yang berkepribadian muslim dalam Al- Qur’an disebut “Muttaqin” Karena itu pendidikan Islam berarti juga pembentukan manusia yang bertaqwa. 71 Mengutip pendapat Imam Al- Ghazali yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman dalam bukunya menjelaskan tentang tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan Agama Islam, yaitu tercapainya kesempurnaan di dunia dan di akhirat. Manusia dapat mencapai 70 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: Bumi Aksara 1992, cet. II, h.86. 71 Zakiyah Daradjat. dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1996 h. 72. kesempurnaan melalui pencaharian keutamaan dengan menggunakan ilmu. Keutamaan itu akan memberi kebahagiaan di dunia serta dapat mendekatkannya kepada Allah SWT, sehingga ia akan mencapai kebahagiaan pula di akhirat. 72 Dengan demikian tujuan pendidikan Agama Islam adalah memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang agama Islam untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, pengetahuan, dan pengamalan mereka tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah serta, berakhlak mulia dalam kahidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

B. Penelitian yang Relevan

Dalam penelitaian relevan yang telah dilakukan oleh Yudhi Fachrudin dalam skripsinya yang berjudul “Pembinaan Kompetensi Guru melalui Model Lesson study di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung, 2010. Memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Lesson study di SMA Laboratorium UPI Bandung merupakan sekolah mitra dari Fakultas MIPA Universitas Pendidikan Indonesia UPI Bandung yang telah bekerjasama dengan JICA dalam mengembangkan lesson study di sekolah-sekolah yang ada di Bandung. 2. Lesson study dengan tahapan-tahapan yang perlu dilaksanakannya, mulai dari plan, do, dan see memuat kompetensi-kompetensi pedagogik, professional, sosial, dan kepribadian yang dapat dikembangkannya. 3. Lesson study dengan tahapan-tahapan yang perlu dilaksanakannya, mulai dari plan, do, dan see sebagai jalan yang dapat menjadi model pembinaan kompetensi-kompetensi pedagogik, professional, sosial, dan kepribadian. 4. Faktor pendukung pengembangan lesson study di SMA Laboratorium UPI, selain karena di bawah koordinasi FMIPA UPI, lebih karena adanya partisipasi dari guru-gurunya sendiri yang berani mengembangkan lesson dalam pembelajarannya serta adanya dukungan kepala sekolah yang mendorong warga sekolah untuk terus belajar dan berprestasi. Sedangkan faktor penghambat yakni kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kompetensi, keterbatasan sarana dan prasarana, dan 72 Fathiyah Hasan Sulaiman, Alam Pikiran Al-Ghazali Mengenai Pendidikan dan Ilmu, Bandung: CV. Diponegoro, 1986, h.66. kurangnya pemahaman tentang lesson study pembinaan sehingga guru masih belum bisa mengaplikasikan hasilnya di sekolah. 73 Kemudian Penelitian yang dilakukan oleh Astri Fitriani dalam skripsinya yang berjudul “Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru melalui Model Lesson study di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung, 2012. Memberikan kesimpulan sebagai berikut: Pembinaan kompetensi pedagogik guru melalui model lesson study di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung telah berjalan dengan baik, dan juga mendapat dukungan yang baik dari masyarakat sekolah kepala sekolah, guru, siswa. Sedangkan kendala yang dihadapi ialah persoalan waktu dan biaya terbatas dalam pengembangan lesson study sebagai sebuah model pembinaan guru di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung. 74 Penulis belum menemukan penelitian yang membahas mengenai teori, konsep lesson study secara utuh dan keseluruhan, serta belum ada penelitian yang membahas lesson study dengan menggunakan penelitian kualitatif yakni melihat kualitas adanya teori lesson study yang telah diterapkan oleh para guru Indonesia. 73 Yudhi Fachrudin, “Pembinaan Kompetensi Guru melalui Model Lesson Study di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2010, Tidak dipublikasikan. 74 Astri Fitriani, “Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru Melalui Model Lesson Study di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2012, tidak dipublikasikan.