Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
profesional hal ini sekaligus mengangkat harkat dan martabat guru yang sungguh luar biasa bila dibandingkan dengan profesi di kalangan pegawai
negeri sipil.
8
Guru bukan hanya sebagai pengajar materi yang mengisi kognitif siswa, tetapi juga sebagai pendidik yang mampu membimbing dan
mengembangkan siswa sesuai dengan bakat masing-masing. Di dalam kelas terdiri dari tipe dan kemampuan siswa yang berbeda-beda, oleh sebab itu
tugas pendidik mengupaya mengembangkan siswa berdasarkan kemampuan yang dimilikinya masing-masing dari segi kognitif, apektif, dan
psikomotorik.
9
Guru sebagai profesi, selain memiliki peran dan tugas sebagai pendidik juga memilik tugas melayani masyarakat dalam bidang pendidikan. Tuntutan
profesionalnya adalah memberikan layanan yang optimal dalam bidang pendidikan kepada masyarakat. Lebih khusus, guru dituntut memberikan
layanan profesionalnya kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Keahlian guru dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan
diperoleh setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu, dan kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh warga masyarakat pada umumnya yang tidak
pernah mengikuti pendidikan keguruan.
10
Para guru di Indonesia idealnya selalu tampil secara profesional dengan tugas
utamanya adalah
mendidik, membimbing,
melatih, dan
mengembangkan kurikulum perangkat kurikulum, sebagaimana bunyi prinsip “Ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri
handayani .” Artinya seorang guru bila di depan memberikan suri teladan
contoh di tengah memberikan prakarsa di belakang memberikan dorongan atau motivasi. Guru yang profesional merupakan faktor penentu
proses pendidikan yang berkualitas. Untuk dapat menjadi guru profesional, para guru harus mampu menemukan jati diri dan mengaktualisasikan diri
sesuai dengan dan kaidah-kaidah guru yang profesional.
11
Upaya guru mendidik, membimbing, mengajar dan melatih anak didik bukan suatu hal yang mudah. Pekerjaan ini membutukan pengalaman yang
8
Subjianto, Profesi Guru sebagai Profesi yang menjanjikan Pasca UU Guru dan Dosen, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 13, 2007, h. 696.
9
Martinis Yamin, Standarisasi Kinerja Guru, Jakarta: GP Press, 2010, h. 34.
10
Muhammad Surya, dkk., Landasan Pendidikan Menjadi Guru yang Baik, Bandung: Ghalia Indonesia, 2010, Cet. I, h. 7.
11
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h. 15.
banyak dan keseriusan, disana-sini masih juga terdapat kejanggalan dan kekurangan, sang guru berupaya mengurangi sedikit mungkin kekurangan
dan kesalahan didalam mengembangkan tugas sebagai pendidik, pepatah khusus sering diistilahkan sebagai “jiwa bagi tubuh” pendidikan.
Pendidikan tidak akan berarti apa-apa tanpa kehadiran guru. Apapun model kurikulum dan paradigma pendidikan yang berlaku, gurulah pada
akhinya yang menentukan tercapainya progran tersebut. Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masing-masing guru
di kelas, tenaga pengajar yang profesional akan terukur dan sejauh mana dia menguasai kelas yang diasuhnya, hingga mengantarkan peserta
didiknya mencapai hasil belajar yang optimal. Dalam pandangan psikologi belajar, keberhasilan belajar itu lebih banyak ditentukan oleh
tenaga pengajarnya.
12
Para ahli pendidikan, pada umumnya memasukan guru sebagai tenaga profesional. Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja dituntut
melaksanakan tugas upaya secara profesioanal, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan profesional karena itu guru sebagai pelaku
utama pendidikan harus berupaya agar dapat menjalankan tugasnya secara profesional. Namun Peran guru sebagai pendidik profesional akhir-akhir ini
mulai dipertanyakan eksistensinya secara fungsional.
13
Selama proses pendidikan masih ada, maka selama itu pula masalah- masalah tentang pendidikan akan selalu muncul dan kita pun sebagai
pengajar tak
akan henti-hentinya
untuk terus
menyelesaikan, membicarakan
dan memperdebatkan
tentang masalah-masalah
kependidikan, mulai dari hal-hal yang bersifat fundamental-filsafah sampai dengan hal
–hal yang sifatnya teknis-operasional. Sebagian besar permasalahan tentang pendidikan terutama tertuju pada bagaimana upaya
menemukan cara yang terbaik guna mencapai proses pendidikan yang bermutu.
14
Dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah khususnya melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan terus menerus berupaya
melakukan berbagai perubahahan dan pembaharuan sistem pendidikan. Salah satu upaya yang sudah dan sedang dilakukan yaitu berkaitan dengan faktor
guru. Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu
12
Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan Jakarta: Dapartemen Agama Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005, h. 29.
13
Abuddin, Nata, Manajement Pendidikan, Jakarta: Kencana PMG, 2010, h. 156.
14
Muhardjito , “Efektivitas Pelaksanaan Lesson Study melaui Optimalisasi Peran
Pendamping , ” Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Lesson Study, FMIPA
Universitas Malang.
pendidikan. Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran telah banyak dilakukan, baik oleh pemerintah maupun oleh berbagai pihak yang
peduli terhadap pembelajaran sekolah. Berbagai upaya tersebut anatara lain dalam bentuk penataran guru, kulifikasi pendidikan guru, pembaharuan
kurikulum, implementasi model atau metode pembelajaran baru dan penelitian tentang kesulitas dan kesalahan siswa dalam belajar atau yang sering
dilakukan guru seperti tindakan kelas.
15
Keinginan untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional harus dimulai dengan peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan secara umum. Di sisi
lain, salah satu hal yang menyebabkan rendahnya mutu guru adalah karena rendahnya tingkat kompetensi yang dimiliki guru. Ada empat kompetensi
yang harus dimliki oleh seoarng guru yang profesional meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi personal, kompetensi profesional, kompetensi sosial.
Dalam kualitas guru dapat terlihat dari dua segi, yaitu segi proses dan segi hasil. Dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan
sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental, dan sosial dalam proses pembelajaran. Disamping itu, dapat dilihat dari motivasi dan semanagat
mengajarnya, serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, guru dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikannya mampu mengubah
prilaku sebagian besar peserta didik ke arah penguasaan kompetensi dasar yang lebih baik. Untuk memenuhi tuntutan tersebut diperlukan berbagai kompetensi
yang harus dimiliki sebagai seorang guru profesional. Dalam masyarakat berkembang tuntutan terhadap profesionalisme disetiap bidang pekerjaan
menjadi keseharusan. Tuntutan ini diketahui dengan kewajiban memliki sertifikasi-sertifikasi. Hal yang sama berlaku dibidang pendidikan dalam
rangka meningkatkan profesionalisme guru.
16
15
J.M Tedjawati, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study Kasus di Kabupaten Bantul, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Peningkatan
Kemendiknas, 4, 2011, h. 481.
16
Astri Fitriani, “Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru Melalui Model Lesson Study di
SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h. 15, tidak dipublikasikan.
Sertifikasi profesi mencakup kompetensi pribadi, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional sesuai dengan Pasal 28 PP
No. 192005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Pasal 10-11 UU No. 142005 tentang Undang-Undang Guru dan Dosen. Pendidikan Nasional yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
17
Melihat bahwa guru yang profesional diyakini sebagai salah satu faktor yang menentukan terhadap keberhasilan pembelajaran peserta didik. Guru
sebagai pendidik, pengajar, dan pembimbing senantiasa dituntut untuk secara profesional melaksanakan tugas utamanya sesuai dengan kompetensi yang
dipersyaratkan dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kualitas guru yang ditunjang oleh kinerja yang profesional
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pendidikan secara nasional. Oleh karena itu, kedudukan dan peranan guru
sebagai pendidik sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan tingkah laku peserta didik. Guru senantiasa dapat mempertahankan ketauladanan dan
profesionalismenya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan
siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan
pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan. Kegiatan pembelajaran,
dalam implementasinya mengenal banyak istilah untuk menggambarkan cara mengajar yang akan dilakukan oleh guru. Saat ini, begitu banyak macam
strategi ataupun metode pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Istilah model, pendekatan, strategi,
metode, teknik, dan taktik sangat familiar dalam dunia pembelajaran kita,
17
Martinis Yamin, Standarisasi Kinerja Guru, Jakarta: GP Press, 2010, h. 26.
namun terkadang istilah-istilah tersebut membuat bingung para pendidik.
18
Keterampilan dasar mengajar teaching skills, merupakan suatu karakteristik umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan
dan keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan. Keterampilan dasar mengajar teaching skills pada dasarnya adalah berupa bentuk-bentuk
perilaku bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajarannya secara
terencana dan professional. Keterampilan dasar mengajar guru secara aplikatif indikatornya dapat digambarkan melalui Sembilan keterampilan
mengajar.
19
Seorang guru yang memiliki loyalitas terhadap pekerjaannya senantiasa akan berusaha meningkatkan kebutuhan akan kemampuan profesionalnya
guna mengimbangi tuntutan pendidikan yang harus berkembang. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, yang salah satunya melalui
peningkatan kompetensi guru, pemerintah Indonesia melaksanakan berbagai bentuk pelatihan guru dalam jabatan in-service teacher training yang
bertujuan membantu
guru memperbaiki
kualitas mengajar
untuk meningkatkan sikap profesionalnya dengan mendorong mereka secara
kolaboratif agar dapat memperbaiki cara mereka. Dalam mewujudkan kualitas sumber daya manusia seperti dikemukakan di
atas, adalah merupakan tanggung jawab fungsional Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan LPTK dalam mempersiapkan tenaga pendidik dan
kependidikan yang profesional. Tenaga pendidik sesuai dengan Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
dikemukakan bahwa jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional. Untuk itu profesionalisme guru dituntut agar terus berkembang
sesuai dengan perkembangan kebutuhan terhadap sumber daya manusia yang
18
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011, Cet. III, h. 131.
19
Ibid., h. 80.
berkualitas dan memiliki kapabilitas untuk mampu bersaing baik di forum regional, nasional, dan internasional.
20
Gambar 1.1 Pendekatan Follow-Up IMSTEP
Sumber: Sumar Hendayana, 2007
Berdasarkan gambar di atas, peningkatan mutu pendidikan akan dicapai manakala terjadi kerjasama yang baik antara penyelenggara pendidikan pre-
service, sekolah on service, dan kelompok kerja guru in service. LPTK dapat menghasilkan calon guru yang bermutu setelah mendapat masukan ke
sekolah untuk melakukan intervensi terhadap siswa sehingga siswa menjadi aktif belajar. KKG merupakan forum untuk mendiseminasikan hasil inovasi
pembelajaran dan bersama LPTK diharapkan dapat meningkatkan keprofesionalan guru. Kegiatan pembelajaran di sekolah piloting yang telah
dirintis pada fase IMSTEP terus dikembangkan pada fase follow-up program IMSTEP melalui kegiatan lesson study. Lesson study yaitu suatu kegiatan
yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah yakni lesson study yang muncul sebagai salah satu alternatif guna mengatasi permasalahan praktik
pembelajaran yang selama ini dipandang kurang bahkan tidak efektif.
20
Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionlitas Guru, Jakarta:Gaung Persada, 2011, h. 86.
Pre-Service
On-Service Sekolah
Enhancement of Education
Quality
In-Service KKG
Kegiatan pelaksanaanya dilakukan oleh guru yang sadar bahwa proses pembelajaran yang selama ini telah dilaksanakan harus dikaji dari waktu ke
waktu agar dapat lebih meningkatkan hasil belajar sisiwa. Harapan ideal yang ingin dicapai dalam kegiatan lesson study ini adalah membangun masyarakat
belajar, sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hayat life long learning. Berdasarkan penjelasan di atas, sangat penting sekali bagi para guru-guru
berusaha mengubah cara mengajar mereka yang konservatif menjadi pengajaran yang inovatif dengan cara melaksanakan salah satu model
pembelajaran yang menjadi alternatif dalam mengatasi permasalahan praktik pembelajaran. Model pembelajaran tersebut adalah lesson study. Hasil
observasi awal peneliti di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten menunjukan bahwa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam masih
terlihat proses pembelajaran yang konservatif dimana para guru belum mencoba melakukan inovasi dengan cara menggunakan metode yang dapat
membuat siswa ikut aktif dalam pembelajaran sehinga terlihat proses pembelajaran yang monoton dan kurang efektif. Hal ini disebabkan karena
sikap profesionalitas yang masih kurang ditingkatkan oleh para guru-guru, terlebih khusus para guru PAI. Dari permasalahan tersebut Kepala Sekolah
bekerja sama dengan guru-guru untuk melaksanakan model pembelajaran lesson study berbasis musyawarah guru mata pelajaran MGMP.
Berdasarkan penjelasan penulis di atas, maka penulis mengambil judul
“Lesson Study Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalitas Guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten
”