4. Faktor-faktor yang mempengaruhi self esteem
Menurut Mruk 2006, self esteem berkaitan dengan penilaian diri self evaluation terhadap kompetensi diri pada bidang yang penting bagi
remaja tersebut. Apabila lingkungan memberikan penilaian yang negatif terhadap diri remaja, namun remaja memiliki penilaian yang positif
mengenai dirinya sendiri, maka kemungkinan self esteem remaja tersebut tetap tinggi. Selain itu self esteem juga dipengaruhi oleh pola asuh
orangtua. Orangtua yang menerapkan pola asuh autoritarif, yaitu memberikan harapan sekaligus batasan kontrol yang jelas, dapat
mengembangkan self esteem remaja menjadi positif. Sebaliknya orangtua yang terlalu membebaskan atau membatasi remaja dapat mengembangkan
self esteem remaja menjadi negatif sehingga dapat memunculkan perilaku bermasalah.
Hal senada juga disampaikan oleh Duffy dan Atwater 2002 bahwa pola asuh orangtua merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi
self esteem remaja. Remaja dengan self esteem tinggi diasuh oleh orangtua yang menerima mereka apa adanya, mampu mengekspresikan afeksi atau
kasih sayang, dan membangun aturan-aturan yang tegas namun beralasan. Sementara remaja dengan self esteem rendah diasuh dengan aturan-aturan
yang terlalu ketat, permisif dan tidak konsisten. Selanjutnya Dekovic dkk. dalam Papalia, 2007 menyatakan anak dari orangtua yang hangat dan
positif membuat anak lebih merasa dihargai dan membantu mereka memiliki evaluasi yang positif terhadap diri, sebaliknya anak yang
Universitas Sumatera Utara
terabaikan dapat menyebabkan mereka memiliki self esteem yang rendah serta berpandangan pesimis terhadap masa depan.
Penerimaan orangtua terhadap anaknya juga memberikan pengaruh pada self esteem remaja. Kurangnya penerimaan orangtua terhadap
kelebihan dan kekurangan remaja akan menurunkan self esteem remaja, sehingga remaja akan membandingkan dirinya dengan keadaan orang lain
dan tidak puas dengan apa yang dimilikinya. Selain itu perilaku orangtua yang kasar dan sering mengkritik remaja akan membuat remaja
mempunyai self esteem yang rendah Kemis dalam Mruk, 2006. Selanjutnya Boss dkk. 2006 juga menyatakan hal yang senada bahwa
orangtua yang bersikap tidak responsif dan kurang memberi pengakuan kepada remaja akan membentuk self esteem remaja menjadi rendah,
sedangkan orangtua yang membesarkan remaja dengan sikap penuh pengakuan dan tanggapan akan membentuk remaja dengan self esteem
tinggi. Menurut Mujis dan Reynols 2008 sikap dan perilaku guru juga turut
mempengaruhi perkembangan self esteem remaja di sekolah. Cara guru mengoreksi perilaku siswa yang tidak sesuai dengan aturan, seperti
pemberian label atau julukan negatif, meremehkan dan merendahkan remaja di depan teman-temannya akan membuat self esteem remaja
menjadi rendah. Selain itu remaja yang memperoleh nilai akademik yang tinggi terkadang tidak memiliki harga diri yang tinggi karena guru
seringkali mengumumkan nilai ujian didepan seluruh siswa sehingga remaja membandingkan diri mereka sendiri dengan teman-temannya
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan nilai yang diperoleh. Rendahnya self esteem remaja juga dapat dipengaruhi karena guru memberikan hukuman yang berat di depan siswa
lain saat remaja melakukan kesalahan atau melanggar disiplin sekolah. Self esteem juga dipengaruhi oleh pengalaman kesuksesan dan
kegagalan dimasa lalu. Performa remaja di masa lalu dapat berpengaruh terhadap persepsi remaja terhadap dirinya sekarang. Seorang remaja dapat
memiliki keyakinan bahwa dirinya memiliki bakat dan kemampuan dalam suatu pelajaran jika dirinya memperoleh kesuksesan dalam pelajaran
tersebut di masa lalu Omrod, 2008. Remaja yang mendapatkan penerimaan dan dukungan dari teman
sebaya mempunyai self esteem yang tinggi, memiliki lebih sedikit masalah emosional dan prestasi sekolah yang lebih baik Wentzel dalam Ormrod,
2007. Hal senada juga disampaikan oleh Boss dkk. 2006 bahwa hubungan dengan teman sebaya menjadi pengaruh yang lebih utama bagi
seorang remaja. Perasaan terhadap penerimaan dari teman-teman memberikan pengaruh besar terhadap self esteem seorang remaja. Menurut
Green dan Way 2005 teman sebaya merupakan faktor yang mempengaruhi self esteem seorang remaja. Apabila remaja merasa teman
sebayanya memberikan dukungan, kehangatan, serta kenyamanan dalam berinteraksi dengannya, maka remaja akan memiliki persepsi diri yang
lebih positif sehingga meningkatkan self esteem mereka. Miller dalam Duffy Atwater, 2002 menyatakan self esteem
dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari pengalaman normatif masa kecil yang terkait dengan pola asuh orangtua, hingga standar pribadi
Universitas Sumatera Utara
mengenai diri ideal ideal self individu, yang mungkin juga turut dipengaruhi oleh kultur atau budaya tertentu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi self esteem yaitu penilaian atau pemikiran remaja
terhadap dirinya sendiri, pengalaman kesuksesan dan kegagalan yang dialaminya, pengaruh orangtua, teman sebaya, guru dan budaya.
C. Remaja dan Siswa Sekolah Menengah Pertama SMP