8. Perkembangan emosi remaja
Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi pada masa kanak-kanak. Pola-pola emosi itu berupa marah, takut, cemburu, ingin
tahu, iri hati, gembira, sedih dan kasih sayang. Perbedaan terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan pengendalian dalam
mengekspresikan emosi. Remaja umumnya memiliki kondisi emosi yang labil dan pengalaman emosi yang ekstrem serta selalu merasa
mendapatkan tekanan. Pada akhir masa remaja, remaja mampu menahan diri untuk tidak mengeksperesikan emosi secara ekstrem, mampu
mengekspresikan emosi secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan serta dengan cara yang dapat diterima masyarakat. Dengan
kata lain remaja yang mencapai kematangan emosi akan memberikan reaksi emosi yang stabil Hurlock, 2004.
D. Rational Emotive Behavior Therapy REBT
1. Pengertian rational emotive behavior therapy REBT
Rational Emotif Behaviour Therapy REBT dipelopori oleh Albert Ellis, seorang psikolog klinis yang ahli dalam psikoanalisis. Pada awalnya
REBT disebut dengan Rational Therapy Terapi Rasional kemudian berubah menjadi Rational Emotive Therapy Terapi rasional dan emosi
dan akhirnya pada awal tahun 1990-an menjadi Rational Emotive Behaviour Therapy REBT. REBT merupakan salah satu terapi kognitif
dan perilaku. Meskipun dibangun secara terpisah namun memiliki banyak kesamaan seperti terapi kognitif cognitive therapy. Lebih dari setengah
Universitas Sumatera Utara
abad yang lalu, REBT telah dikembangkan secara signifikan dan terus berubah Froggatt, 2005.
Ellis dalam Dominic, 2003 berpendapat bahwa yang perlu dirubah oleh individu untuk mengatasi masalah emosi maupun perilakunya adalah
adanya keyakinan irasional yang dikembangkan sendiri oleh individu. Selanjutnya Ellis dalam Froggatt, 2005 menyatakan bahwa manusia pada
dasarnya adalah unik dimana memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkah laku rasional
manusia akan efektif, bahagia, dan memiliki kemampuan. Ketika berpikir dan bertingkah laku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Jensen
2008 mengemukakan bahwa REBT adalah suatu terapi untuk memahami dan mengatasi masalah emosi dan perilaku dengan memperbaiki
keyakinan ataupun pikiran yang irasional. Hal tersebut juga sejalan dengan yang dinyatakan oleh Gunarsa 2000 bahwa REBT merupakan terapi
yang berusaha memperbaiki pola berfikir yang irasional. Menurut Komalasari 2011, REBT merupakan bagian dari cognitive
behavior therapy yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku, dan pikiran. Hal ini juga sejalan dengan yang dinyatakan
oleh Ellis dalam Dryden Neenan, 2004 yaitu REBT berasumsi bahwa pikiran, emosi dan perilaku manusia merupakan proses psikologis yang
saling berinteraksi. Ketika individu memikirkan tentang sesuatu hal, maka mereka juga memiliki kecenderungan untuk memiliki reaksi emosional
terhadap hal tersebut serta memberi tindakan terhadap hal tersebut. Oleh sebab itu, dalam REBT tidak hanya melibatkan metode restrukturisasi
Universitas Sumatera Utara
kognitif, tetapi juga melibatkan metode emotif-evokatif dan metode behavioral dalam rangka membantu klien mengubah pemikiran mereka.
Selanjutnya, REBT juga tidak hanya berfokus pada emosi dan pemikiran klien tetapi juga mendorong klien untuk secara aktif mengaplikasikan apa
yang telah dipelajari dalam sesi terapi ke dalam praktik sehari-hari melalui penggunaan metode-metode behavioral.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa REBT adalah suatu terapi yang berusaha menghilangkan pola berpikir yang
irasional dan menggantinya dengan pikiran yang untuk mengatasi masalah emosi dan perilaku negatif dengan menggunakan teknik kognitif, emotif
maupun behavioral.
2. Konsep teori dalam rational emotive behavior therapy REBT