k. Labeling Remaja menciptakan gambaran diri yang negatif yang didasarkan
pada kesalahan yang telah ia buat. Remaja memiliki pemikiran yang lebih berfokus pada kesalahan yang dibuatnya, bukan pada kelebihan
potensi dirinya. Misalnya, “Saya adalah orang yang sangat pecundang,
saya kalah” dari pada, “Wah, saya kurang bermain optimal pada pertandingan itu”
5. Langkah-langkah pelaksanaan rational emotive behavior therapy
REBT
REBT terdiri atas enam langkah yang ditujukan untuk mengatasi gangguan emosional dan gangguan perilaku yang dialami klien. Tahapan
REBT berkaitan dengan model ABCD. Adapun langkah-langkah atau tahap-tahap pelaksanaan REBT yaitu antara lain, pertama REBT dimulai
dengan memberi salam dan menyapa klien, membantu klien mengespresikan permasalahan mereka, kemudian mengajak klien
mendiskusikan harapan-harapan yang ingin dicapai dalam terapi serta menentukan aturan praktis yang mendasar seperti durasi dan frekuensi sesi
terapi. Setelah melakukan ketiga hal tersebut, terapis selanjutnya disarankan untuk menggunakan keterampilan pemecahan masalah dan
meminta klien untuk memilih masalah yang akan diselesaikan. Apabila klien memiliki banyak masalah yang ingin diselesaikan maka sebaiknya
terapis membantu klien untuk membuat daftar masalah dan memilih mana
Universitas Sumatera Utara
masalah yang menjadi prioritas untuk dicari solusinya terlebih dahulu Dryden Neenan, 2004.
Setelah permasalahan ditentukan terapis perlu menilai apakah permasalahan tersebut berkaitan dengan masalah meta emosional seperti
merasa malu karena cemas, merasa bersalah karena marah dan sebagainya. Apabila masalah meta-emosional ini terkait dengan masalah utama yang
akan dibahas, maka dengan persetujuan klien, masalah emosional ini harus diselesaikan
atau diklarifikasi
terlebih dahulu.
Seperti halnya
permasalahan lain, dalam REBT masalah meta-emosional dapat dinilai dengan menggunakan kerangka model ABC Dryden Neenan, 2004.
Dryden dan Neenan 2004 mengemukakan langkah-langkah utama dalam REBT yakni sebagai berikut:
a. Memilih dan menilai masalah Pada tahapan ini terapis harus menyampaikan tiga pesan
penting pada klien yaitu: 1 waktu klien sangat berharga oleh karena itu terapis harus benar-benar dapat mengikutinya dengan
cepat namun efektif, 2 REBT sangat efisien namun singkat oleh karenanya fokus terhadap pemecahan masalah harus ditingkatkan,
3 memberi tanda pada klien bahwa terapis harus aktif selama proses terapi berlangsung dan direktif dalam menjaga proses terapi
agar tidak keluar jalur. Dalam pemilihan masalah, terdapat dua strategi yang dapat digunakan terapis, yang pertama dengan
memberikan pilihan pada klien dalam menentukan masalah yang
Universitas Sumatera Utara
akan diselesaikan terlebih dahulu dan kedua dengan menanyakan pada klien masalah yang paling mengganggunya.
Setelah masalah utama ditentukan maka terapis diharapkan dapat menemukan masalah sekunder yang juga disebut masalah
meta-emosional. Masalah meta-emosional didefinisikan secara literal sebagai masalah emosional yang menjadi penyebab dari
masalah emosional lainnya. Setelah masalah meta-emosional terdeteksi, maka terdapat beberapa kriteria untuk menyeleksi mana
yang akan diselesaikan terlebih dahulu. Kriteria tersebut antara lain: 1 apakah masalah meta-emosional sangat berkaitan secara
signifikan dengan masalah utama klien, 2 apakah masalah meta- emosional dipandang lebih penting dari masalah utama, dan 3
apabila klien lebih nyaman untuk menyelesaikan masalah meta- emosional terlebih dahulu baru kemudian membahas mengenai
masalah utama. Ketika klien masih kesulitan atau gagal dalam menunjuk suatu
masalah dengan cepat, maka terapis juga dapat menerapkan sejumlah cara dalam membantu klien memilih masalah yang ingin
diselesaikan terlebih dahulu. Pertama, yakni dengan memberi tahu klien bahwa ia tidak harus mengungkap secara langsung atau “to
the point ” pada masalah yang paling mengganggunya, terapis dapat
menyarankan klien untuk memilih masalah yang lebih “dangkal” dan meyakinkan klien bahwa semua orang memiliki area
kehidupan yang ada di bawah optimal dengan demikian terapis
Universitas Sumatera Utara
dapat memperoleh kesepakatan untuk membahas mengenai “rasa malu terhadap sesuatu” dalam diri klien terlebih dahulu sebelum
mendorong klien untuk mengungkap masalah sebenarnya. Kedua, terapis dapat menganjurkan klien mengidentifikasi
perasaan dan perilaku yang ingin ditingkatkan atau dikurangi, serta sikap yang ingin dirubah atau diperoleh. Ketiga, terapis dapat
menanyakan pada klien mengenai apa yang ingin mereka peroleh dari terapi serta hal-hal apa saja yang mungkin dapat menghambat
mereka dari hal-hal yang diinginkan tersebut. Keempat, terapis dapat menjadi lebih “friendly” terhadap klien dengan cara
merekonseptualisasikan peran sebagai pelatih atau konsultan, pertanyaan lebih difokuskan p
ada klien seperti “Apakah ada tantangan-
tantangan hidup yang ingin Anda diskusikan?” atau “Persoalan apa yang kiranya ingin Anda jadikan fokus dalam
perbincangan kita?” b. Penetapan tujuan
Waktu terbaik untuk mendiskusikan perihal penetapan tujuan adalah saat klien sudah mampu mengungkapkan situasi atau
masalah yang dirasa mengganggunya. Informasi mengenai hal tersebut menjadi dasar bagi penetapan tujuan khusus yang akan
disepakati. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan tujuan ini antara lain:
1 Membedakan antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang
Universitas Sumatera Utara
Tujuan jangka pendek melibatkan sedikit tugas dan mengurangi ketidaknyamanan namun membawa hasil yang
cepat. Tujuan jangka pendek cenderung akan mengulang permasalahan klien.
2 Mencegah ketenangan dalam menghadapi kesulitan Klien seringkali mengungkapkan tujuan bahwa mereka
ingin lebih tenang atau rileks dalam menghadapi permasalahan terutama yang terkait peristiwa tidak menyenangkan dalam
hidup. Tujuan seperti ini biasanya melibatkan penyangkalan diri didalamnya. Terapis dapat mendorong klien untuk
menerima suatu peristiwa tersebut terlebih dahulu, lalu kemudian membedakan mana bagian dari peristiwa tersebut
yang dapat diubah dan mana yang tidak dapat diubah. 3 Membantu klien menyatakan tujuan dalam istilah yang positif
Tujuan dalam istilah yang positif lebih menggambarkan apa yang ingin klien lakukan dan rasakan, bukan apa yang tidak
ingin klien lakukan atau rasakan. Contohnya: “Saya ingin lebih percaya diri ketika berbicara di depan umum” bukannya “Saya
tidak mau merasa malu dan gugup ketika berbicara di depan umum.
4 Membantu klien untuk mengubah tujuan yang samar menjadi tujuan yang jelas dan spesifik
Tujuan yang samar atau sangat umum seperti “Saya ingin merasa bahagia” sangat tidak membantu dalam sesi terapi
Universitas Sumatera Utara
karena tujuan tersebut tidak mengindikasikan kebahagiaan seperti apa yang ingin dicapai. Hal ini perlu diklarifikasi
dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membuat tujuan tersebut lebih spesifik seperti, ”Hal-hal apa saja yang dapat
membawa kebahag iaan dalam hidupmu?” atau “Apa yang
kamu perlukan agar bisa merasa bahagia?”. 5 Tujuan berfokus pada hasil bukan pada proses
REBT merupakan pendekatan yang berfokus kepada hasil, bukan pada proses. Oleh karena itu apabila klien tidak dapat
mengubah fokus terapi dari eksplorasi diri atau instropeksi menjadi kesepakatan rencana pencapaian tujuan yang jelas
maka disarankan untuk mengganti terapi pada pendekatan yang lain.
6 Menerapkan pedoman penetapan tujuan “SMART”
Pedoman penetapan tujuan SMART terdiri atas: a simple and specific, tujuan diungkapkan dengan sesederhana dan
sekhusus mungkin, b measurable, tujuan harus terukur dengan kata lain klien harus mengetahui apakah mereka dapat
mencapai tujuan tersebut atau tidak, c agreed, harus ada kesepakatan antara terapis dan klien terkait tujuan yang
ditetapkan, d realistic, tujuan harus sesuai dengan kenyataan dan memungkinkan untuk dicapai, dan e timebound, tujuan
harus memiliki batas waktu karena menentukan seberapa panjang proses terapi yang akan ditempuh.
Universitas Sumatera Utara
c. Mengajarkan hubungan antara B dan C serta menilai keyakinan irasional
Mengajarkan hubungan antara B dan C pada klien berarti mengajarkan konsep mengeni tanggung jawab emosional, yakni
bahwa gangguan emosional pada umumnya terbentuk dikarenakan oleh pemikiran irasional, bukan disebabkan oleh suatu kejadian
atau orang lain yang dianggap berkontribusi terhadap masalah yang dihadapi klien. Sementara itu untuk menilai keyakinan irasional,
penggunaan pertanyaan dalam bentuk terbuka open ended dan berdasarkan teori theory driven akan sangat membantu.
d. Memeriksa keyakinan irasional dan keyakinan rasional Pemeriksaan terhadap sistem keyakinan klien bertujuan untuk
mendorong klien mengembangkan sistem keyakinan rasional dalam konteks yang spesifik, antar situasi dan menjadi filosofi
hidup bergantung pada seberapa tinggi tingkat perubahan yang ingin dicapai oleh klien. Pemeriksaan biasanya dimulai pada
konteks yang spesifik sebelum mengarah pada pandangan yang lebih luas mengenai kehidupan dan permasalahan klien.
Pemeriksaan keyakinan ini dapat dilakukan dengan meninjau pada distorsi kognitif yang mungkin saja terjadi pada diri klien.
e. Menegosiasikan dan meninjau ulang tugas rumah Pada akhir setiap sesi terapi, klien harus dipersiapkan untuk
melakukan tugas rumah dalam rangka memperkuat kemunculan keyakinan rasionalnya. Tugas rumah merupakan aktivitas yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan klien pada jeda antar sesi dengan tujuan untuk mempraktikkan hal-hal yang telah dipelajari pada sesi terapi.
Tugas rumah terutama berguna bagi klien untuk mengembangkan kompetensi dan kepercayaan diri dalam proses menjadi terapis bagi
dirinya sendiri. Tugas rumah dibagi menjadi tiga kategori yakni: 1 Tugas rumah berorientasi kognitif. Tugas rumah kognitif
membantu klien untuk lebih memahami teori dan praktik REBT serta membantu klien memperdalam pengetahuan
terhadap permasalahan mereka, metode yang disarankan adalah berupa membaca literature self-helf, atau mendengarkan
rekaman audio sesi terapi. 2 Tugas rumah berorientasi behavioral. Tugas rumah behavioral
merupakan ciri utama REBT dimana klien belajar melawan keyakinan irasional mereka. Tugas rumah behavioral juga
menunjukkan pada klien bahwa pencapaian insight dikarenakan oleh upaya mereka untuk menemukan efikasi dari keyakinan
irasional dengan cara mempraktikkannya. Metode yang disarankan adalah berupa permainan bermain peran, kontrak
kontingensi dan sebagainya. 3 Tugas rumah berorientasi imaginal pencitraan. Tugas rumah
ini meliputi penggunaan gambar atau citra mental sebagai bentuk gladi dimana klien dapat memperoleh kepercayaan diri
dalam melakukan tugas-tugas terapi. Klien juga dapat menggunakan penggambaran atau pencitraan ini untuk
Universitas Sumatera Utara
mencapai perubahan afektif dari perasaan terganggu menjadi tidak terganggu melalui restrukturisasi kognitif ketika
membayangkan dengan jelas situasi yang menekan. 4 Tugas rumah berorientasi emotif. Tugas rumah ini dirancang
untuk melibatkan klien secara penuh dalam upaya menghapus perasaan terganggunya melalui penantangan yang persisten dan
kuat terhadap gagasan-gagasan irasional klien. Dalam menegosiasikan tugas rumah terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh terapis REBT, yaitu antara lain: 1 Memastikan bahwa tugas rumah merupakan kelanjutan dari
sesi terapi atau berhubungan dengan pokok bahasan yang dibahas dalam sesi terapi.
2 Bekerja sama dengan klien, yaitu dengan cara menjamin bahwa klien memahami relevansi antara masalah mereka dengan tugas
rumah yang akan dilakukan, sepakat untuk mengerjakan tugas rumah dalam rangka pencapaian tujuan, memiliki keterampilan
yang dapat diandalkan untuk melakukan tugas rumah dan memiliki kepercayaan diri untuk melakukan tugas rumah yang
diberikan terapis. 3 Memberikan tugas rumah dengan kriteria yang menantang
namun tidak memberatkan atau membebani klien. 4 Membantu klien mengidentifikasi hambatan dalam pengerjaan
tugas rumah dan menganjurkan upaya-upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
5 Merancang tugas rumah untuk beragam tujuan, tidak hanya terkait melawan keyakinan irasional dan memperkuat
keyakinan rasional tetapi juga dapat digunakan untuk mengajarkan klien mengenai teori ABCDE dalam REBT.
Setelah menerima hasil pengerjaan tugas rumah dari klien, terapis harus meninjau ulang tugas-tugas tersebut sebelum
memulai setiap sesi terapi atau di awal setiap sesi terapi. Apabila terapis mengabaikan tugas-tugas yang telah dikerjakan oleh klien
maka akan mengkomunikasikan pada klien bahwa tugas-tugas tersebut tidak penting dan hal semacam itu harus dihindari. Dalam
meninjau ulang tugas rumah terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu antara lain:
1 Memastikan klien benar-benar menghadapi peristiwa pemicu yang mengganggunya.
2 Memastikan klien mengubah sistem keyakinannya B dari yang irasional menjadi rasional.
3 Menerima kegagalan klien dalam mengerjakan tugas rumah dan membantunya mengidentifikasi hambatan-hambatan yang
membuatnnya gagal serta menganjurkan solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
f. Working trough atau penyelesaian Langkah terakhir dalam REBT ini mengacu pada proses
menginternalisasikan keyakinan rasional atau dikenal juga sebagai
Universitas Sumatera Utara
E dalam model ABCDE. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan langkah penyelesaian ini:
1 Menyarankan klien untuk melakukan tugas rumah yang berbeda-beda untuk memeriksa keyakinan irasional yang sama.
2 Menjelaskan tentang model perubahan non-liniar pada klien dengan tujuan untuk mempersiapkan klien dalam menghadapi
beragam kesulitan yang mungkin mereka hadapi saat menantang atau mengubah keyakinan rasional. Perubahan
dalam terapi meliputi upaya klien untuk membuat gangguan emosional dalam dirinya berkurang bukan menjadi individu
yang tidak mungkin terganggu sama sekali ketika menghadapi kejadian yang tidak menyenangkan. Perubahan dapat diukur
secara relatif dengan memperhatikan frekuensi sering atau tidaknya gangguan emotional muncul, intensitas intens atau
tidaknya gangguan emosional yang dialami dan durasi lama atau singkatnya gangguan emosional berlangsung dalam diri
klien. 3 Membantu klien menjadi terapis bagi diri sendiri. Guna dapat
menjadi terapis bagi diri sendiri, klien harus a mengambil tanggungjawab lebih dalam merancang, melakukan dan
meninjau ulang tugas rumah, b menggunakan model ABCDE untuk memahami dan mengatasi masalah emosional dan
behavioral mereka, dan c memilih teknik yang tepat untuk mencapai perubahan terapeutik. Untuk mendorong klien agar
Universitas Sumatera Utara
lebih aktif dalam proses pemecahan masalah maka terapis dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan singkat yang dapat
menggerakkan klien menelusuri model ABCDE. Adapun pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain:
a Apa yang terjadi pada A? b Bagaimana perasaan atau tindakan Anda terhadap C?
c Dapatkah Anda menunjukkan mana A kritis aspek subjektif dari situasi yang mengganggu individu yang
Anda rasakan dalam situasi ini? d Apa yang Anda katakan pada diri Anda B agar dapat
merasa atau bertindak demikian pada C? e Perlawanan apa D yang Anda gunakan untuk menantang
keyakinan irasional Anda? f Apakah Anda dapat memikirkan tugas rumah yang relevan
untuk menantang keyakinan irasional? g Keyakinan rasional seperti apa yang ingin Anda
pertahankan? h Apa yang akan Anda lakukan untuk memperkuat keyakinan
rasional? i Setelah menginternalisasikan sistem keyakinan Anda, efek
apa yang Anda alami terkait pikiran, perasaan dan tindakan Anda?
Universitas Sumatera Utara
6. Proses rational emotive behavior therapy REBT