1. Pembahasan data kelompok
Pada Gambar 8 terlihat bahwa pada saat pretest, kelompok eksperimen memiliki mean skor self esteem sebesar 96,6 sedangkan mean skor self
esteem kelompok kontrol sebesar 95,4. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Mann Whitney, perbedaan skor sebesar 1,2 ini
menunjukkan bahwa skor pretest Skala Self Esteem kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak berbeda secara signifikan p 0,05. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki tingkat self esteem yang sama kategori rendah pada saat
sebelum pemberian REBT.
Gambar 8. Perbandingan Mean Rerata Self Esteem Kelompok
Eksperimen Dengan Kelompok Kontrol
Pada Gambar 9 terlihat bahwa peningkatan skor pada kelompok eksperimen ini tejadi pada ketiga aspek self esteem yaitu perasaan
dihargai, perasaan mampu dan perasaan diterima. Pada saat pretest, terlihat bahwa mean skor ketiga aspek self esteem berada di bawah mean
hipotetik. Sementara pada saat post test dan follow up, terlihat bahwa mean skor ketiga aspek self esteem berada di atas mean hipotetik.
96.6 135.4
136.8
95.4 97
104
70 80
90 100
110 120
130 140
150
Pretest Post test
Follow up
S k
o r
S e
lf Es
te e
m
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Universitas Sumatera Utara
Gambar 9. Perbandingan Mean Skor Pretest, Post Test, dan Follow Up
Ditinjau dari Tiga Aspek Self Esteem Pada Kelompok Eksperimen
Pada Gambar 8 juga terlihat bahwa pada saat pengukuran setelah pemberian terapi REBT post test dan follow up, terlihat kedua kelompok
sama-sama mengalami peningkatan mean skor self esteem. Meskipun peningkatan ini terlihat lebih besar pada kelompok eksperimen
dibandingkan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Mann Whitney terlihat bahwa adanya perbedaan yang
signifikan pada peningkatan skor self esteem antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol sesaat setelah diberikan REBT p 0,05.
Sementara berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Mann Whitney terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada
peningkatan skor self esteem antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dua minggu setelah diberikan REBT p 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa REBT efektif dalam meningkatkan self esteem siswa SMP korban bullying, dan setelah dua minggu
30.6 29.8
45 43.2
49.2 45
36.2 42.6
47.8 44.4
37.5 42.5
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
Berharga Mampu
Diterima
S k
or S
e lf
E s
te e
m
Mean Pretest Mean Post Test
Mean Follow Up Mean Hipotetik
Universitas Sumatera Utara
pemberian REBT, self esteem siswa SMP korban bullying tidak mengalami perubahan bertahan.
Berdasarkan proses yang terjadi selama penelitian ini dan dikaitkan dengan teori yang ada, ditemukan beberapa faktor yang menyebabkan
pemberian REBT pada siswa SMP korban bullying efektif untuk meningkatkan self esteem. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Terapi dilakukan dalam kelompok Pelaksanaan REBT dalam kelompok merupakan faktor yang
mendukung efektivitas REBT dalam meningkatkan self esteem para subjek. Melalui kegiatan pengerjaan lembar tugas 1, seluruh subjek
dapat saling mengetahui bahwa teman-temannya dalam terapi juga mengalami bullying yang bentuknya juga hampir serupa dengan yang
mereka alami. Selain itu pengalaman-pengalaman subjek yang dibagi dengan teman-temannya melalui penerapan metode diskusi kelompok
dan bermain peran role play, membuat subjek saling membantu untuk memahami materi yang diberikan, saling memberi solusi dalam
mengatasi kejadian bullying yang mereka alami dan saling mendorong untuk memperbaiki diri, yakni menerapkan komitmen dan
keterampilan yang mereka dapat dari terapi. Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Elliss dan Bernard 2006 biasanya REBT lebih
efektif disajikan secara kelompok daripada individu. Menurut Corey dan Corey hal ini terjadi karena dalam kelompok, setiap anggota akan
menyadari bahwa mereka tidak hanya sendiri dalam menghadapi masalahnya, tetapi anggota lain juga mengalami permasalahan yang
Universitas Sumatera Utara
sama dengan dirinya. Selain itu setiap anggota juga dapat saling memberikan dukungan dan menjadi sumber inspirasi yang sangat baik
bagi anggota lainnya. Mereka juga dapat saling memberi dan menerima saran, pendapat serta umpan balik dari anggota lainnya,
yang tentunya tidak terdapat pada REBT yang disajikan secara individual dalam Ellis Bernard, 2006.
b. Pemilihan teknik yang sesuai dengan masalah subjek dan adanya keterampilan yang digunakan untuk mengatasi masalah
Menurut Corey 2003, REBT menggunakan berbagai teknik yang bersifat kognitif, afektif, behavioral dan humor. Beberapa teknik dapat
digabungkan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi subjek. Pemilihan teknik yang sesuai dengan permasalahan self esteem subjek
dalam penelitian ini juga merupakan faktor berikutnya yang mendukung tercapainya tujuan intervensi. Dalam penelitian ini adapun
teknik yang digunakan adalah teknik kognitif, afektif dan behavioral. Teknik kognitif diaplikasikan dalam kegiatan home work assigment
atau pemberian tugas rumah. Menurut Corey 2003, home work assigment merupakan teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-
tugas rumah
untuk melatih,
membiasakan diri,
dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah
laku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, subjek diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan
perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek
Universitas Sumatera Utara
kognisinya yang keliru, serta mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan.
Kegiatan home work assigment atau pemberian tugas rumah mengacu pada konsep ABCDE. Melalui konsep ABC, subjek
memperoleh pemahaman tentang hubungan antara pikiran, perasaan dan perilaku, mengidentifikasi apakah pikiran tersebut rasional dalam
terapi disebut dengan fakta atau irasional dalam terapi disebut dengan opini dengan menentang pikiran tersebut dengan pertanyaan-
pertanyaan yang menantang, serta mengubah atau menghilangkan pikiran negatif atau tidak rasional menjadi rasional.
Dalam penelitian ini, teknik afektif diterapkan melalui kegiatan Pbermain peran. Kegiatan bermain peran ini digunakan untuk
mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan perasaan- perasaan yang negatif melalui suasana yang dikondisikan sedemikian
rupa sehingga subjek secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu. Dalam kegiatan bermain peran ini, subjek juga
saling memberikan solusi untuk mengatasi kejadian bullying yang mereka alami dan belajar menerapkan konsep ABCDE untuk
menghilangkan pikiran negatif. Selain itu, terapi ini juga menggunakan teknik behavioristik yang diwujudkan melalui pemberian reward atas
perilaku yang diinginkan dan pemberian punishment atas perilaku yang tidak diinginkan.
Berhasilnya intervensi yang dilakukan juga karena adanya keterampilan yang diajarkan kepada subjek, sehingga subjek tidak
Universitas Sumatera Utara
hanya sekedar mendapatkan berbagai pengetahuan tentang bullying dan self esteem serta memahami konsep ABCDE, tetapi mereka juga
mendapatkan keterampilan skill. Keterampilan yang diajarkan yaitu mengubah negative self-statement menjadi positive self statement
dengan menentang negative self statement dengan pertanyaan- pertanyaan yang menantang. Ellis dalam Froggratt, 2005 menyebut
kegiatan ini sebagai dispute D yaitu melawan pikiran atau keyakinan yang irasional. Dalam positive self statement juga terdapat kelebihan-
kelebihan yang mereka miliki. Dengan demikian, saat mengalami bullying, mereka dapat melakukan positive self talk pada diri mereka
sendiri. Subjek merasa lebih memiliki emosi yang positif karena mereka merasa lebih berharga, memiliki kemampuan dan lebih
diterima oleh teman-teman mereka. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Teaster 2004, yaitu positive self-statement dapat
meningkatkan self esteem.
c. Review materi setiap kali akan memulai sesi yang baru Review atau pengulangan materi setiap kali akan memulai sesi
yang baru dianggap cukup efektif. Pelaksanaan intervensi dapat mengetahui sejauh mana subjek memahami sesi yang telah diberikan,
serta memutuskan apakah akan meneruskan ke tahapan terapi yang selanjutnya atau mengulangi sesi yang telah dilakukan. Dari review
yang selalu dilakukan, terlihat subjek mampu meneruskan tiap sesi tanpa pengulangan sehingga memperlancar proses intervensi. Beck
Universitas Sumatera Utara
2011 menjelaskan bahwa pengulangan atau review sangat membantu dalam proses terapi. Bagi terapis, hal ini berfungsi untuk melihat
sejauh mana subjek telah memahami proses terapi, sedangkan bagi klien, hal ini berfungsi untuk membantu mengingatkan kembali
berbagai informasi yang telah diterima.
d. Inteligensi subjek yang memenuhi syarat pelaksanaan REBT Keberhasilan intervensi ini juga didukung oleh tingkat inteligensi
subjek yang berada pada taraf rata-rata sehingga mereka dapat memahami materi dan keterampilan yang diberikan selama terapi
berlangsung. Hal ini terbukti saat proses diskusi dan pengerjaan tugas selama sesi berlangsung. Seluruh subjek dapat mengerjakan tugas yang
diberikan dan saling memberikan feedback pada sesi diskusi maupun pengerjaan tugas.
Peningkatan skor self esteem yang paling tinggi terlihat pada subjek E yaitu sebesar 45 poin, sedangkan yang terendah terlihat pada
subjek B yaitu sebesar 34 poin. Pemberian REBT lebih efektif diberikan pasa subjek E karena tidak terlepas dari kapasitas intelektual
subjek yang lebih tinggi dari pada subjek lainnya IQ = 104, berdasarkan skala CFIT. Selain itu selama terapi berlangsung subjek
E juga
tampak lebih
aktif dalam
memberikan feedback,
mengemukakan pendapatnya dalam proses diskusi, dan lebih cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dari pada subjek
lainnya. Sementara, subjek B memiliki kapasitas intelektual yang lebih
Universitas Sumatera Utara
rendah IQ = 91, berdasarkan skala CFIT. Disamping itu selama terapi berlangsung, B juga kurang aktif dalam mengemukakan pendapatnya
dan lebih lambat dalam mengerjakan tugas dari pada subjek lainya.
2. Pembahasan data individual