b. Belief B yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua
macam, yaitu keyakinan yang rasional rational belief atau rB dan keyakinan yang tidak rasional irrasional belief atau iB. Keyakinan
yang rasional merupakan cara berpikir atau sistem keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan menjadikan seseorang produktif.
Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan atau sistem berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan
membuat orang tidak produktif. c. Emotional consequence C merupakan konsekuensi emosional
sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event A.
Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variabel antara dalam bentuk keyakinan B
baik yang pikiran rasional rB maupun pikiran irasional iB. Ellis dalam Froggratt, 2005 juga menambahkan D dan E untuk rumus
ABC ini. Seorang terapis harus melawan Dispute; D keyakinan- keyakinan irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak
Effects; E psikologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional.
3. Teknik-teknik rational emotive behavior therapy REBT
REBT menggunakan berbagai teknik yang bersifat kognitif, afektif, behavioral dan humor. Beberapa teknik dapat digabungkan sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
permasalahan yang dihadapi klien. Adapun teknik-teknik tersebut yaitu antara lain Corey, 2003:
a. Teknik kognitif Beberapa terapi kognitif yang cukup dikenal adalah:
1 Home work assigment pemberian tugas rumah, merupakan teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih,
membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan. Dengan tugas
rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional
dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan
latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan. Pelaksanaan home work assigment yang diberikan terapis
dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan terapis.
Teknik ini
dimaksudkan untuk
membina dan
mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan
diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada terapis. 2 Latihan asertif, merupakan teknik untuk melatih keberanian klien
dalam mengekspresikan perilaku-perilaku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan atau meniru model-model sosial.
Tujuan utama teknik latihan asertif adalah:
Universitas Sumatera Utara
a Mendorong kemampuan
klien dalam
mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya.
b Membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang
lain. c Mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan
kemampuan diri. d Meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku yang
cocok untuk dirinya sendiri. b. Teknik afektif
Teknik ini
digunakan untuk
membantu klien
dalam mengidentifikasi emosi dan keyakinan, serta menemukan kesulitan
verbalisasi. Pada saat tertentu ada klien yang mampu mengenal perasaan dan kognitifnya, tapi tidak dapat menggunakannya dalam
kejadian-kejadian tertentu. Dalam hal ini teknik yang dapat digunakan, yaitu:
1 Teknik assertive training, merupakan teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien agar secara terus-
menerus menyesuaikan diri dengan tingkah yang diinginkannya. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri
klien. 2 Teknik sosiodrama atau bermain peran, merupakan teknik yang
digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan perasaan-perasaan yang negatif melalui suasana yang
Universitas Sumatera Utara
dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
3 Teknik self modeling, merupakan teknik yang digunakan untuk meminta klien agar berjanji atau mengadakan komitmen dengan
terapis mengenai perasaan atau perilaku tertentu yang diharapkan. Dalam self modeling ini klien diminta untuk tetap setia pada
janjinya dan secara terus-menerus menghilangkan diri dari sikap negatif.
4 Teknik imitasi, merupakan teknik untuk menirukan secara terus- menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan maksud
menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif.
c. Teknik behavioristik Dalam banyak hal REBT banyak menggunakan teknik
behavioristik terutama dalam hal upaya memodifikasi perilaku- perilaku negatif klien, dengan mengubah akar-akar keyakinan yang
tidak rasional dan tidak logis, beberapa teknik yang tergolong behavioristik adalah:
1 Teknik reinforcement penguatan, digunakan untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan
cara memberikan reward ataupun punishment. 2 Teknik social modeling merupakan teknik untuk membentuk
perilaku-perilaku baru klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara
Universitas Sumatera Utara
mutasi meniru, mengobservasi dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial
dengan masalah tertentu yang telah disiapkan terapis. 3 Teknik live models merupakan teknik yang digunakan untuk
menggambarkan perilaku-perilaku tertentu. Khususnya situasi- situasi interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapan-
percakapan sosial, interaksi dengan memecahkan masalah- masalah.
d. Humor Penggunaan humor dalam proses REBT telah diterapkan dalam
berbagai macam kesempatan, seperti di Sekolah Dasar, terapi karier, terapi kelompok, terapi keluarga dan terapi analitik. Humor juga dapat
digunakan untuk menciptakan rapport dan sebagai teknik untuk membuka diri klien. Humor diharapkan dapat membantu klien agar
tercipta suasana yang tidak menakutkan dan klien juga dapat menikmati proses terapi. Dalam proses terapi ini terapis dapat
mengajak klien untuk menertawakan pikiran irasionalnya dan bertanggung jawab terhadap pikirannya tersebut. Penggunaan humor
dalam terapi sebaiknya memperhatikan latar belakang budaya yang dimiliki oleh klien. Ada budaya-budaya tertentu yang bisa menerima
humor sebagai konsekuensi kegagalan yang dilakukan, namun ada juga budaya atau nilai-nilai masyarakat yang berpikiran bahwa
kegagalan tidak boleh ditertawakan.
Universitas Sumatera Utara
4. Distorsi kognitif yang diperbaiki dalam rational emotive behavior