Perkembangan self esteem remaja

6 Mampu memperoleh kenyamanan hidup di lingkungan sekitarnya b. Self esteem rendah 1 Memiliki pandangan yang negatif dan pesimis terhadap dirinya sendiri 2 Merasa tidak mampu untuk melihat keterbatasan dan masalah yang dihadapi Mruk 2006 menyatakan secara umum self esteem dibedakan dalam 3 tingkat yaitu self esteem tinggi, self esteem sedang, dan self esteem rendah. Setiap tingkat memiliki karakteristik tertentu yang dapat ditampilkan individu. Meskipun demikian, karakterikstik self esteem sedang jarang dibahas dalam berbagai literatur dan penelitian. Oleh sebab itu berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa self esteem dalam penelitian ini membagi self esteem menjadi self esteem tinggi dan self esteem rendah.

3. Perkembangan self esteem remaja

Donnchadha 2000 menyatakan self esteem merupakan sebuah proses dan bukan sebuah produk yang dapat diperoleh secara instan. Self esteem merupakan proses yang terus berjalan sejak individu masih kecil hingga tumbuh menjadi dewasa. Perkembangan self esteem tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan sense of self pada individu karena sebelum munculnya self esteem, individu mengawalinya dengan kesadaran terhadap keberadaan dirinya sendiri. Mcdevitt dan Omrod 2008 membagi perkembangan sense of self pada individu menjadi lima tahapan, yaitu Universitas Sumatera Utara infancy lahir-2 tahun, masa kanak-kanak awal 2-6 tahun, masa kanak- kanak pertengahan dan akhir 6-10 tahun, remaja awal 10-14 tahun, dan remaja akhir 14-18 tahun. Pada saat seorang individu memasuki remaja awal 10-14 tahun dan mengalami transisi dari sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama, akan terjadi penurunan pada self esteem. Salah satu faktor yang paling mempengaruhi penurunan self esteem pada remaja awal adalah popularitas karena hal tersebut merupakan aspek yang penting pada masa remaja awal Cornell dkk.; Hart; Harter dkk. dalam McDevitt Omrod, 2010. Selain itu perubahan lingkungan sekolah yang mencakup perubahan persahabatan, hubungan antara guru dan siswa yang lebih dangkal, dan standar akademik yang lebih ketat semakin memberikan pengaruh negatif terhadap self esteem remaja Eccless Midgley; Harter dalam McDevitt Omrod, 2010. Pada saat yang bersamaan seorang remaja mengalami kemajuan dalam perkembangan kognitif sehingga mereka semakin mampu untuk memahami pandangan orang lain terhadap dirinya Harter dalam McDevitt Omrod, 2010. Kemampuan tersebut akhirnya juga membuat remaja berpikir bahwa perhatian setiap orang tertuju kepadanya sehingga membuat remaja sensitif terhadap penilaian yang diberikan oleh orang lain McDevitt Omrod, 2010. Remaja mengembangkan self esteem lebih luas dan relevan dengan aspek-aspek yang dimilikinya seperti pandangan dirinya terhadap pertemanan, hubungan percintaan serta kompetensinya Harter, dalam Bos dkk., 2006. Self esteem remaja terbentuk dari hasil evaluasi subjektif atas Universitas Sumatera Utara umpan balik yang remaja terima dari orang sekitar serta perbandingan dengan standar atau nilai kelompoknya Santrock, 2007. Berkaitan dengan self esteem pada remaja, DuBois dan Tevendale serta Feldman dan Elliot dalam Boden, dkk., 2008 menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa kritis dalam perkembangan self esteem karena self esteem dapat membantu menghadapi tugas perkembangan remaja. Harter dalam Carranza, dkk., 2009 menyatakan bahwa self esteem memiliki pengaruh yang besar pada perkembangan remaja. Remaja dengan self esteem tinggi cenderung berprestasi di sekolah. Simonds, dkk. dalam Wilburn Smith, 2005 menjelaskan bahwa remaja dengan self esteem tinggi memiliki kemampuan coping yang lebih efektif, sehingga kemampuannya dalam menghadapi tantangan serta kesehatan mentalnya tetap terjaga. Penelitian yang dilakukan oleh Robin dkk. dalam Bos, dkk., 2006 menunjukkan bahwa self esteem menurun drastis ketika masa remaja. Adanya pikiran yang tidak realistis menyebabkan remaja cenderung mengkritik diri sendiri. Guindon 2010 menjelaskan kritik terhadap diri dapat menimbulkan evaluasi negatif sehingga mempengaruhi self esteem individu. Bos, dkk. 2006 mengungkapkan adanya konsekuensi negatif bila seorang remaja memiliki self esteem rendah antara lain memiliki masalah interpersonal, kegagalan akademis, serta masalah psikopatologi seperti kecemasan, depresi, dan gangguan makan. Selain itu adanya masalah self esteem pada seorang remaja dapat mempengaruhi perkembangannya. Self esteem bagi remaja sangat penting Universitas Sumatera Utara karena berpengaruh dalam menentukan kesuksesan dan kegagalan diberbagai tugas kehidupan remaja Andrews; Harter dalam Boden, Ferfusson Horwood, 2008. Remaja membutuhkan self esteem yang positif agar dapat mencapai keberhasilan dalam berbagai aspek. Penelitian yang dilakukan Redden pada tahun 2000 menemukan bahwa self esteem yang cenderung tinggi memiliki hubungan yang erat dengan motivasi instrinsik dan prestasi akademis yang lebih baik dalam Patil, dkk., 2009. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Mann dkk. menemukan bahwa individu dengan self esteem rendah menunjukkan keberhasilan yang rendah di sekolah dalam Bos, Murris, Mulkens Schaalma, 2006. Dari segi hubungan sosial, penelitian yang dilakukan Donders dan Verschueren menemukan bahwa individu dengan self esteem rendah biasanya kurang diterima oleh teman-temannya dalam Bos, Murris, Mulkens Schaalma, 2006. Robson dalam Coetzee, 2009 menyatakan remaja yang memiliki masalah self esteem cenderung memiliki masalah interpersonal, mengalami kegagalan akademis, ketergantungan, perlawanan terselubung, dan merasa depresi. Selain itu mereka juga mengalami kecemasan, merasa terasing, tidak dicintai, menarik diri dari situasi sosial, kurang mampu memecahkan masalah dan sulit mengambil keputusan, cenderung menerima umpan balik negatif sebagai sesuatu yang benar, serta berkurangnya kepuasan terhadap penyelesaian kerja. Universitas Sumatera Utara

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi self esteem

Dokumen yang terkait

Efektivitas Rational Emotive Behavior Therapy Untuk Meningkatkan Harga Diri Pada Anak Enuresis (Effectiveness of Rational Emotive Behavior Therapy To Improve Self-Esteem In Enuresis Children)

0 0 12

Efektivitas Rational Emotive Behavior Therapy Untuk Meningkatkan Harga Diri Pada Anak Enuresis (Effectiveness of Rational Emotive Behavior Therapy To Improve Self-Esteem In Enuresis Children)

0 0 2

Efektivitas Rational Emotive Behavior Therapy Untuk Meningkatkan Harga Diri Pada Anak Enuresis (Effectiveness of Rational Emotive Behavior Therapy To Improve Self-Esteem In Enuresis Children)

0 0 10

Efektivitas Rational Emotive Behavior Therapy Untuk Meningkatkan Harga Diri Pada Anak Enuresis (Effectiveness of Rational Emotive Behavior Therapy To Improve Self-Esteem In Enuresis Children)

0 0 29

RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN KORBAN BULLYING PADA SISWA SMA

2 5 10

Efektivitas Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) untuk Meningkatkan Self Esteem pada Siswa SMP Korban Bullying

0 1 8

Efektivitas Rational Emotive Behavior Therapy untuk Meningkatkan Self Esteem pada Siswa SMP Korban Bullying

0 1 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Bullying 1. Pengertian bullying - Efektivitas Rational Emotive Behavior Therapy untuk Meningkatkan Self Esteem pada Siswa SMP Korban Bullying

0 1 75

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Efektivitas Rational Emotive Behavior Therapy untuk Meningkatkan Self Esteem pada Siswa SMP Korban Bullying

0 0 20

Efektivitas Rational Emotive Behavior Therapy untuk Meningkatkan Self Esteem pada Siswa SMP Korban Bullying

0 0 19