4. Distorsi kognitif yang diperbaiki dalam rational emotive behavior
therapy REBT
Beberapa distorsi kognitif yang terjadi pada anak dan remaja Christner, Stewart Freeman, 2007 antara lain:
a. Dichotomous thinking Pemikiran ini menunjuk pada kecenderungan remaja untuk
mengevaluasi kualitas pribadi diri sendiri dalam kategori hitam atau putih secara ekstrim.
Misalnya “Bila saya tidak berhasil, maka saya bukan apa-apa sama sekali.
b. Overgeneralization Remaja memiliki pemikiran yang terlalu menggeneralisasi
terhadap peristiwa yang dihadapinya. Remaja menyimpulkan bahwa satu hal yang pernah terjadi pada dirinya akan terjadi lagi berulang
kali . Misalnya “Dia tidak mengundangku ke pesta ulang tahunnya, dan
aku tidak akan pernah diundang oleh siapapun ke pesta mereka.” c. Mind reading
Remaja berasumsi bahwa ia mengetahui hal yang dipikirkan orang lain tentang dirinya tanpa mengecek kembali kebenaran atau buktinya.
Misalnya “Saya mengetahui bahwa ibu saya kecewa kepada saya.” d. Emotional reasoning
Remaja menggunakan emosinya sebagai bukti untuk kebenaran yang dikehendakinya. Penalaran emosional akan menyesatkan sebab
perasaan individulah yang menjadi cermin pemikiran serta keyakinannya, bukan kondisi yang sebenarnya.
Misalnya, “Saya
Universitas Sumatera Utara
merasa tidak ada yang menyukai saya, jadi memang tidak ada yang menyukai saya.”
e. Disqualifying the positive Suatu pemikiran yang dilakukan oleh remaja yang tidak hanya
sekedar mengabaikan pengalaman-pengalaman yang positif, tetapi juga mengubah semua pengalaman yang dialaminya menjadi hal yang
negatif. Misalnya, “Saya bisa menyelesaikan kuis tersebut karena guru
saya telah membantu saya dan kebetulan saya berutung.” f. Catastrophizing
Remaja memiliki kecenderungan untuk membesar-besarkan atau mengecilkan hal-hal yang dialaminya di luar proporsinya. Pembesaran
yaitu remaja akan melebih-lebihkan kesalahan, ketakutan, atau ketidaksempurnaan dirinya. Pengecilan yaitu remaja akan mengecilkan
nilai dari kemampuan dirinya sehingga kemampuan yang dimilikinya tampak menjadi kecil dan tidak berarti. Jika remaja membesar-
besarkan ketidaksempurnaan
dirinya serta
memperkecil kemampuannya, maka remaja akan merasa dirinya rendah dan tidak
berarti. Misalnya “Saya akan keluar dari kelompok ini karena tidak ada
teman yang menginginkan saya berada dikelompok mereka. g. Personalization
Remaja merasa bertanggung jawab atas peristiwa negatif yang terjadi, walaupun sebenarnya peristiwa bukan merupakan kesalahan
dirinya. Jadi, individu memandang dirinya sebagai penyebab dari suatu peristiwa yang negatif, yang dalam kenyataan sebenarnya bukan
Universitas Sumatera Utara
individu yang harus bertanggung jawab terhadap peristiwa tersebut. Misalnya, “Dia tidak mau berbicara dengan saya karena mungkin saya
telah melakukan suatu kesalahan kepadanya, saya harus melakukan sesuatu.”
h. Should statements Remaja berpikir dengan menggunakan kata-kata harus atau wajib
untuk menggambarkan bagaimana ia atau orang lain berperilaku Misalnya, Saya harus selalu mengatakan ya ketika teman-teman saya
meminta bantuan saya, karena saya tidak boleh egois. i. Comparing
Remaja membandingkan kinerjanya dengan orang lain, biasanya perbandingan dibuat untuk kinerja yang lebih tinggi dan pada orang
lain yang lebih tua. Misalnya, “ Saya belum bisa membaca, kakak saya juga belum bisa membaca, kakak saya sseharusnya lebih pintar dari
saya dan sudah bisa membaca.” j. Selective abstraction
Remaja memfokuskan perhatian pada satu detail biasanya negatif, tatapi mengabaikan aspek lain yang lebih relevan. Misalnya,
“Guru saya tidak menyayangi saya, dia memberikan saya nilai tugas tambahan yang harus saya kerjakan.” Padahal guru menawarkan
bantuan apabila ia kesulitan dalam mengerjakan tigas tersebut dan memberikan kepadanya kesempatan untuk memilih soal yang mudah
baginya.
Universitas Sumatera Utara
k. Labeling Remaja menciptakan gambaran diri yang negatif yang didasarkan
pada kesalahan yang telah ia buat. Remaja memiliki pemikiran yang lebih berfokus pada kesalahan yang dibuatnya, bukan pada kelebihan
potensi dirinya. Misalnya, “Saya adalah orang yang sangat pecundang,
saya kalah” dari pada, “Wah, saya kurang bermain optimal pada pertandingan itu”
5. Langkah-langkah pelaksanaan rational emotive behavior therapy