Ia dapat memulai percakapan terlebih dahulu dengan teman-temannya dan bahkan dengan pelaku bullying.
Meskipun demikian, subjek A merasa kurang diterima oleh teman- temannya karena saat ia menawarkan diri unuk bergabung dalam
kelompok tugas Matematika, ia ditolak padahal kelompok tersebut masih membutuhkan anggota. Setelah ia bergabung dengan kelompok
lain, kelompok tersebut malah menerima temannya untuk bergabung dalam kelompok tersebut. Kejadian tersebut membuatnya merasa tidak
diterima oleh teman-temannya. Berdasarkan hasil analisis individual dapat dilihat bahwa self
esteem subjek A meningkat. Self esteem subjek A tergolong rendah sebelum terapi, namun setelah diberikan terapi meningkat menjadi
sedang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa REBT dapat membantu meningkatkan self esteem subjek A.
b. Subjek B
Subjek B merupakan salah satu korban bullying di sekolahnya. Berdasarkan Skala Bullying diketahui bahwa subjek B mengalami
bullying beberapa kali dalam seminggu. Ia mengalami bullying baik secara fisik, verbal maupun relasional dari teman-teman sekelasnya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Perbandingan Skor Self Esteem Antara Subjek B
Dengan Mean Kelompok REBT
Dari Gambar 4, terlihat bahwa pada saat pretest skor self esteem subjek B adalah 98 kategori rendah. Pada saat post test, skornya
meningkat menjadi 132 kategori sedang dan pada saat follow up skornya juga naik menjadi 139 kategori sedang. Terlihat juga bahwa
pada saat pretest subjek B memperoleh skor di atas mean rerata kelompoknya, namun pada saat post test skornya berada di bawah
mean rerata kelompok. Pada saat follow up skornya naik kembali yaitu di atas mean rerata kelompoknya.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap skor Skala Self Esteem terlihat bahwa pada saat
post test, peningkatan subjek B terutama terjadi pada aspek self esteem yakni merasa diterima, dan skornya semakin meningkat pada saat
follow up. Rangkuman skor Skala Self Esteem subjek dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Rangkuman Skor Skala Self Esteem Subjek B
Perasaan Berharga Perasaan Mampu
Perasaan Diterima Pretest
Post Test
Follow Up
Pretest Post
Test Follow
Up Pretest
Post Test
Follow Up
31 42
43 38
46 49
29 44
47
98 132
139 97
135 137
20 40
60 80
100 120
140 160
180
Pretest Post test
Follow up
S k
o r
S e
lf E
s te
e m
Skor Subjek B Mean Kelompok Terapi
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil lembar tugas 1 diketahui bahwa subjek B mampu menuliskan kejadian bullying yang ia alami, pikiran-pikiran
yang terlintas saat kejadian bullying tersebut terjadi, bagaimana perasaan serta apa yang ia lakukan saat itu. Adapun kejadian bullying
yang dialami subjek B antara lain secara fisik, subjek B dicubit, rambutnya dijambak, kepalanya dipukul, kakinya dijegal, dan
ditendang jika tidak melakukan hal yang disuruh oleh teman-teman sekelasnya. Selain itu secara verbal, ia diejek sok pintar dan dihina jika
ia mengalami kesulitan oleh teman sekelasnya. Secara umum, subjek B masih memiliki pikiran yang irasional
terhadap kejadian bullying yang dialaminya, seperti menganggap teman-temannya jahat, menganggap dirinya memiliki tubuh yang kecil
sehingga pantas dipukul, dan memandang dirinya sebagai orang yang sok pintar karena ejekan teman-temannya. Selain itu ia juga memiliki
pikiran bahwa ia adalah anak yang lemah karena tidak sanggup dan tidak berani melawanmempertahankan dirinya. Pikiran tersebut
menyebabkan ia merasa sedih, merasa tidak dihargai dan dan sakit hati. Selama ini yang dapat ia lakukan hanya berdiam diri,
menghindari pelaku bullying dan membalas mengejek teman-temannya yang mengejek dirinya. Meskipun demikian, ia sudah mencoba untuk
memberanikan diri untuk menasehati teman-temannya agar tidak melakukan bullying kepada dirinya lagi. Setelah berdiskusi dalam
kelompok, subjek B sudah mampu memahami hubungan antara pikirannya dengan perasaan dan perilakunya yakni pikirannya yang
Universitas Sumatera Utara
menentukan bagaimana perasaan dan perilakunya, bukan kejadian. Selain itu ia juga mampu memahami dampak dari pikiran terhadap
perasaan dan perilaku yaitu pikiran positifnya akan berdampak pada perasaan dan perilaku yang positif. Sebaliknya, pikirannya yang
negatif akan berdampak pada perasaan dan perilakunya yang negatif. Berdasarkan hasil lembar tugas 2 diketahui bahwa subjek B sudah
mampu memahami definisi, aspek-aspek dan ciri-ciri dari self esteem yang tinggi dan rendah. Ia sudah mampu menggolongkan pikiran,
perasaan dan perilakunya ke dalam beberapa aspek-aspek self esteem yaitu perasaan dihargai, mampu, dan diterima. Ia merasa tidak dihargai
karena kepalanya dipukul jika tidak mau melakukan hal yang disuruh kepadanya, kakinya dijegal, ditendang, dan diejek sok pintar oleh
teman-temannya. Ia merasa tidak mampu karena tidak berani atau tidak sanggup untuk melawan pelaku bullying.
Berdasarkan hasil lembar tugas 3 diketahui bahwa subjek B sudah mampu mengidentifikasi pikiran-pikiran negatifnya. Ia menyadari
bahwa pikiran tersebut merupakan opini dan dapat dirubah. Pada lembar tugas 4 diketahui bahwa ia sudah mampu membedakan mana
pikiran yang merupakan fakta dan opini. Berdasarkan hasil lembar tugas 5 diketahui bahwa ia sudah mampu mengubah pikiran negatif
menjadi pernyataan-pernyataan yang positif dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang. Berdasarkan hasil lembar
tugas 6 diketahui bahwa ia sudah mampu menuliskan pikiran-pikiran positif dari dirinya maupun kelebihan dirinya.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil lembar tugas 7 diketahui bahwa subjek B sudah mampu menuliskan komitmennya agar ia memiliki perasaan dan
perilaku yang lebih positif ditengah kejadian bullying yang ia alami yaitu dengan merubah pikiran-pikiran negatifnya menjadi pikiran yang
lebih positif, mulai memberanikan diri untuk mengungkapkan apa yang dirasakan pada pelaku bullying dan meminta mereka untuk tidak
melakukan tindakan bullying lagi kepada dirinya. Kemudian mengumpulkan bukti dan saksi bahwa ia mengalami bullying, serta
berani melaporkan kejadian bullying yang dialami kepada orangtua dan guru. Berdasarkan hasil lembar tugas 8 juga diketahui bahwa ia
sudah mampu menuliskan reward yang akan diterimanya jika ia mampu melaksanakan komitmennya, yaitu ia akan bersepeda dengan
teman baiknya. Berdasarkan hasil buku tugas rumah diketahui bahwa subjek B
sudah mencoba mempraktikkan komitmen atau keterampilan yang ia peroleh selama terapi. Ia mengalami kejadian bullying seperti didorong
saat berdiri, dicubit, rambutnya dijambak, kakinya dijegal, kepalanya dipukul, dilempar dengan botol, wajahnya disemprot dengan air,
diludahi dan ditendang jika tidak melakukan hal yang disuruh oleh teman-teman sekelasnya. Selain itu ia juga diejek pesek, sok pintar,
dihina jika ia mengalami kesulitan oleh teman sekelasnya, nama orangtuanya diejek, dan dituduh menyembunyikan barang-barang
temannya seperti tas dan handphone. Disamping itu, ia juga kurang diterima oleh teman-temannya saat ingin masuk kelompok sepak bola
Universitas Sumatera Utara
teman-temannya di sekolah dan merasa kurang diterima karena teman- temannya mendiami atau tidak mau berbicara dengan dirinya.
Secara umum pikiran yang terlintas saat itu adalah subjek B menganggap teman-temannya jahat, usil, suka memfitnah dirinya,
teman-temannya tidak suka pada dirinya, dirinya diperlakukan seperti pembantubudak, kedelai, tempat sampah, dan seperti tanaman yang
biasanya disiram. Selain itu ia juga memandang dirinya lemahtidak berani melawan, tidak setinggi dan sehebat teman-temannya dalam
bermain bola, memiliki hidung yang pesek, sok pintar, dan kurang pintar. Pikiran tersebut secara umum membuatnya merasa sedih, sakit
hati, merasa tidak diterima, tidak dihargai dan tidak mampu mempertahankan dirinya.
Akan tetapi subjek B mampu merubah pikirannya tersebut dengan pikiran yang lebih positif antara lain berpikir kalau saat itu teman-
temannya memang jahat dan usil, tapi lain kali teman-temannya tidak akan
mengulanginya kembali,
menganggap temannya
wajar memfitnahnya karena mereka belum mengetahui bukti yang
sesungguhnya, jika temannya sudah mengetahui buktinya, temannya tidak akan memfitnahnya lagi. Ia juga berpikir bahwa teman-temannya
bukan tidak suka pada dirinya sehingga mendiami dirinya, tetapi karena memang teman-temannya sedang membicarakan hal lain yang
tidak ada kaitannya dengan dirinya. Selain itu, ia juga merubah pikirannya dari pembantu menjadi menganggap dirinya membantu
teman sekaligus mengulang pelajaran saat disuruh menyalinkan tugas
Universitas Sumatera Utara
temannya. Ia juga merubah pikirannya bahwa ia bukan kedelai, budak, tempat sampah tetapi teman-teman memperlakukannya seperti
demikian karena mereka khilaf, tidak selamanya mereka bersikap demikian dan mereka akan berubahtidak mengulanginya kembali.
Pikiran subjek B yang negatif terhadap dirinya dirubah menjadi pikiran yang lebih positif yaitu meskipun ia tidak setinggi dan sehebat
teman-temannya dalam bermain bola, namun ia masih bisa bermain bola dan tubuhnya tidak sependek Ucok Baba. Selain itu, meskipun
hidungnya pesek, namun hidungnya tidak seperti tengkorak dan ia masih dapat bernafas dengan hidungnya. Disamping itu ia berpikir
bahwa ia bukan siswa yang sok pintar, hanya saja ia ingin lebih berkonsentrasi dalam belajar dan kesalahannya dalam menjawab suatu
soal tidak lantas membuatnya menganggap dirinya kurang pintar, tapi kesalahan yang dibuat seseorang wajar saja terjadi bahkan pada orang
pintar. Oleh sebab itu, ia merubah pikirannya menjadi ia adalah anak yang pintar.
Subjek B merasa lebih tenang, tidak merasa sedih lagi, dan tidak merasa sakit hati dengan merubah pikirannya menjadi lebih positif.
Selain itu ia juga tetap memberanikan diri menasehati temannya agar tidak melakukan bullying kepada dirinya dan tetap mau berteman
dengan pelaku bullying. Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek B pada tahap tindak
lanjut dua minggu setelah pemberian terapi diketahui bahwa ia masih mengalami kejadian bullying. Kepalanya pernah dipukul secara tiba-
Universitas Sumatera Utara
tiba oleh kawannya yang melintasinya saat ia duduk dibangkunya. Selain itu kakinya juga dijegal saat ia berjalan masuk ke kelas hingga
ia hampir terjatuh. Awalnya pikiran negatif langsung timbul di dalam pikirannya, seperti berpikir bahwa teman-temannya selalu jahat dan
lasak. Akan tetapi karena ia menyadari bahwa pikiran tersebut hanya membuatnya bersedih, ia langsung menukar pikiran tersebut dengan
pikiran yang lebih positif yaitu berpikir bahwa temannya tidak selalu jahat, masih ada perilaku mereka yang baik.
Subjek B juga melakukan positive self talk pada dirinya sendiri dengan mengatakan teman-temannya tidak selalu jahat, ia adalah anak
yang baik sehingga ia juga akan diperlakukan dengan baik oleh teman- temannya dan ia tidak perlu bersedih. Dengan menukar pikiran negatif
menjadi pikiran positif serta melakukan positive self talk, ia merasa lebih tenang dan tidak larut dalam kesediahan atas kejadian bullying
yang ia alami. Subjek B merasa dirinya cukup berharga bagi teman-temannya
meskipun ia masih mengalami kejadian bullying karena sebagian teman-temannya memandangnya sebagai siswa yang pintar, rajin,
patuh pada guru, dan tdak suka mengganggu teman. Sejauh ini ia juga merasa dirinya diterima dan diikutsertakan oleh teman-temannya
karena saat ada tugas kelompok Matematika dan Pendidikan Jasmani, ia diterima untuk bergabung dalam kelompok tema-temannya. Saat
mengerjakan tugas
kelompok, teman-temannya
juga mau
mendengarkan dan menerima pendapatnya.
Universitas Sumatera Utara
Subjek B merasa cukup mampu menangani kejadian bullying yang ia alami karena menurutnya ia berani mempertahankan dirinya apabila
mengalami bullying dengan meminta agar teman-temannya tidak melakukan bullying lagi kepadanya. Ia juga merasa mampu menjalin
interaksi dengan teman-teman sekelasnya, bahkan dengan pelaku bullying yaitu dengan berani memulai percakapan terlebih dahulu
tanpa harus menunggu teman yang memulai percakapan. Berdasarkan hasil analisis individual dapat dilihat bahwa self
esteem subjek B meningkat. Self esteem subjek B tergolong rendah sebelum terapi, namun setelah diberikan terapi meningkat menjadi
sedang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa REBT dapat membantu meningkatkan self esteem subjek B.
c. Subjek C