therapy efektif dalam meningkatkan self esteem pada siswa SMP korban bullying diterima. Dengan kata lain, terbukti bahwa terjadi peningkatan
antara sebelum dan setelah diberikan terapi REBT pada kelompok eksperimen. Setelah 2 minggu diberikan perlakuan, kondisi self esteem
subjek sama tidak mengalami perubahan dengan kondisi setelah diberikan perlakuan. Dengan kata lain efek pemberian rational emotive
behavior therapy untuk meningkatkan self esteem siswa SMP korban bullying terbukti bertahan setelah 2 minggu pemberian terapi.
2. Hasil analisis data individual
Analisis individual dilakukan dengan membandingkan skor self esteem setiap subjek dengan rerata skor kelompok pada saat pretest, post test dan
follow up. Hasil analisis ini kemudian disajikan dalam bentuk grafik. Selain itu, hasil analisis individual juga dilengkapi dengan data yang
diperoleh dari lembar tugas subjek maupun dari hasil buku tugas rumah subjek serta dari wawancara pada tahap follow up tindak lanjut. Setiap
subjek diberi inisial huruf abjad secara berurutan. Berikut ini secara berturut-turut disajikan hasil data subjek A, B, C, D, dan E.
a. Subjek A
Subjek A merupakan salah satu korban bullying di sekolahnya. Berdasarkan Skala Bullying diketahui bahwa subjek A mengalami
bullying beberapa kali dalam seminggu. Ia mengalami bullying baik secara fisik, verbal maupun relasional dari teman-teman sekelasnya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Perbandingan Skor Self Esteem Antara Subjek A
Dengan Mean Kelompok REBT
Dari Gambar 3, terlihat bahwa pada saat pretest skor self esteem subjek A adalah 98 kategori rendah. Pada saat post test, skornya
meningkat menjadi 135 kategori sedang, namun pada saat follow up skornya turun menjadi 133, tetapi masih berada dalam kategori sedang.
Terlihat juga bahwa pada saat pretest subjek A memperoleh skor di atas mean rerata kelompoknya. Pada saat post test subjek A
memperoleh skor sama dengan mean rerata kelompoknya, namun pada saat follow up, skornya berada di bawah mean rerata
kelompoknya. Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap skor Skala Self Esteem terlihat bahwa pada saat post test, peningkatan subjek A
terutama terjadi pada aspek self esteem yakni merasa mampu, dan skornya tetap bertahan pada saat follow up. Rangkuman skor Skala Self
Esteem subjek A dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Rangkuman Skor Skala Self Esteem Subjek A
Perasaan Berharga Perasaan Mampu
Perasaan Diterima Pretest
Post Test
Follow Up
Pretest Post
Test Follow
Up Pretest
Post Test
Follow Up
34 43
43 33
50 50
31 42
40
98 135
133 97
135 137
20 40
60 80
100 120
140 160
180
Pretest Post test
Follow up
S k
or S
e lf
E s
te e
m
Skor Subjek A Mean Kelompok Terapi
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil lembar tugas 1 diketahui bahwa subjek A mampu menuliskan kejadian bullying yang ia alami, pikiran-pikiran
yang terlintas saat kejadian bullying tersebut terjadi, bagaimana perasaan serta apa yang ia lakukan saat itu. Adapun kejadian bullying
yang dialami subjek A antara lain secara fisik, uang jajannya dipalak, baju olah raganya disembunyikan, ditendang dan dipukul jika tidak
mau melaksanakan hal yang disuruh kepadanya, dan diancam akan dipukul jika memberitahukan kepada orangtua mengenai kejadian
bullying yang dialaminya oleh teman-temannya. Selain itu secara verbal, ia diejek dengan sebutan gobsu bungkuk dan nama
orangtuanya ditertawakan diejek oleh teman-temannya. Secara relasional, ia merasa kurang diterima karena ia tidak diikutsertakan
bermain bola bersama teman-temannya. Subjek A masih memiliki pikiran yang irasional terhadap kejadian
bullying yang dialaminya, seperti menganggap teman-temannya selalu jahat kepadanya, tidak mau bermain dengannya, dan tidak menghargai
nama orangtuanya, mungkin karena nama orangtuanya jelek. Ia juga menganggap tubuhnya kecil, ia lemah dan tidak berani melawan
mempertahankan dirinya dari kejadian bullying yang menimpanya. Pikiran tersebut menyebabkan ia merasa sangat sedih. Selama ini yang
dapat ia lakukan hanya berdiam diri, menyendiri, menangis dan tidak mau berteman dengan pelaku bullying. Setelah berdiskusi dalam
kelompok, subjek A sudah mampu memahami hubungan antara pikirannya dengan perasaan dan perilakunya yakni pikirannya yang
Universitas Sumatera Utara
menentukan bagaimana perasaan dan perilakunya, bukan kejadian. Selain itu ia juga mampu memahami dampak dari pikiran terhadap
perasaan dan perilaku yaitu pikiran positifnya akan berdampak pada perasaan dan perilaku yang positif. Sebaliknya, pikirannya yang
negatif akan berdampak pada perasaan dan perilakunya yang negatif. Berdasarkan hasil lembar tugas 2 diketahui bahwa subjek A sudah
mampu memahami definisi, aspek-aspek dan ciri-ciri dari self esteem yang tinggi dan rendah. Ia sudah mampu menggolongkan pikiran,
perasaan dan perilakunya ke dalam beberapa aspek-aspek self esteem yaitu perasaan dihargai, mampu, dan diterima. Ia merasa tidak dihargai
karena diejek “gobsubungkuk”, nama orantuanya diejek, uang jajannya sering dipalak, diperlakukan seperti pembantu dan baju olah
raganya disembunyikan oleh teman-temannya. Ia merasa tidak mampu karena tidak berani atau tidak sanggup untuk melawan pelaku bullying
dan merasa tidak diterima oleh teman-temannya karena ia ditolak atau tidak boleh bermain bola bersama teman-temannya.
Berdasarkan hasil lembar tugas 3 diketahui bahwa subjek A sudah mampu mengidentifikasi pikiran-pikiran negatifnya. Ia menyadari
bahwa pikiran tersebut merupakan opini dan dapat dirubah. Pada lembar tugas 4 diketahui bahwa ia sudah mampu membedakan mana
pikiran yang merupakan fakta dan opini. Berdasarkan hasil lembar tugas 5 diketahui bahwa ia sudah mampu mengubah pikiran negatif
menjadi pernyataan-pernyataan yang positif dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang. Berdasarkan hasil lembar
Universitas Sumatera Utara
tugas 6 diketahui bahwa ia sudah mampu menuliskan pikiran-pikiran positif dari dirinya maupun kelebihan dirinya.
Berdasarkan hasil lembar tugas 7 diketahui bahwa subjek A sudah mampu menuliskan komitmennya agar ia memiliki perasaan dan
perilaku yang lebih positif ditengah kejadian bullying yang ia alami yaitu dengan berani melaporkan kejadian bullying yang dialami kepada
orangtua dan guru, merubah pikiran-pikiran negatifnya menjadi pikiran yang lebih positif, memberanikan diri untuk mengungkapkan apa yang
dirasakan pada pelaku bullying dan meminta mereka untuk tidak melakukan tindakan bullying lagi kepada dirinya. Kemudian
mengumpulkan bukti dan saksi bahwa ia mengalami bullying. Berdasarkan hasil lembar tugas 8 diketahui bahwa ia sudah mampu
menuliskan reward yang akan diterimanya jika ia mampu melaksanakan komitmennya, yaitu ia akan berenang, menonton atau
bermain bersama teman-temannya. Berdasarkan hasil buku tugas rumah diketahui bahwa subjek A
sudah mencoba mempraktikkan komitmen atau keterampilan yang ia peroleh selama terapi. Ia mengalami kejadian bullying seperti diejek
dengan sebutan gobsu bungkuk, ditolak untuk bergabung dalam kelompok
sepak bola
teman-temannya, nama
orangtuanya ditertawakan diejek oleh teman-temannya, dipukul saat belajar dan
ditendang saat berjalan oleh teman-teman sekelasnya. Secara umum pikiran yang terlintas saat itu adalah ia memandang
dirinya memang memiliki tubuh yang bungkuk, tidak sehebat teman-
Universitas Sumatera Utara
temannya dalam bermain bola, menganggap teman-temannya nakal, memandang dirinya bertubuh kecil, lemah dan tidak berani melawan.
Pikiran tersebut secara umum membuatnya merasa sedih, merasa tidak diterima, tidak dihargai dan tidak mampu mempertahankan atau
melindungi dirinya. Akan tetapi ia mampu merubah pikirannya tersebut dengan pikiran
yang lebih positif antara lain berpikir bahwa meskipun ia bungkuk, tapi tidak sebungkuk nenek-nenek. Meskipun tidak sehebat teman-
temannya dalam bermain bola, namun ia memiliki keinginan yang besar untuk pandai bermain bola. Teman-temannya tidak selalu jahat
kepadanya dan nama orangtuanya lebih bagus dari pada nama teman- temannya yang suka mengejek nama orangtuanya. Meskipun tubuhnya
kecil, tapi tubuhnya tidak sekecil Ucok Baba, ia harus lebih kuat dan meskipun ia tidak berani melawan, setidaknya ia berusaha
mengungkapkan hal yang ia rasakan. Dengan merubah pikirannya menjadi lebih positif, subjek A merasa tidak sedih lagi, lebih tenang,
dan tetap percaya diri. Selain itu ia juga memberanikan diri menasehati temannya agar tidak melakukan bullying kepada dirinya dan tetap mau
berteman dengan pelaku bullying. Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek A pada tahap tindak
lanjut dua minggu setelah pemberian terapi diketahui bahwa ia masih mengalami kejadian bullying. Ia masih disuruh-suruh oleh teman-
temannya untuk membelikan jajan ke kantin sekolah. Saat ia menolaknya, ia malah diejek gobsu bungkuk. Selain itu ia dipukul
Universitas Sumatera Utara
oleh teman sekelasnya saat ujian karena ia tidak memberikan contekan. Ia juga dilempar dengan es batu saat keluar main-main oleh temannya.
Saat kejadian bullying tersebut terjadi, subjek A mengakui bahwa masih ada pikiran negatif yang terlintas dipikirannya sehingga
membuatnya merasa sedih, seperti berpikir bahwa teman-temannya selalu jahat kepadanya dan ia memang bungkuk. Akan tetapi ia
langsung mengganti pikiran-pikiran negatif tersebut dengan pikiran yang lebih positif, yaitu teman-temannya tidak selalu jahat, mereka
hanya sedang khilaf, dan meskipun ia bungkuk, namun tidak sebungkuk nenek-nenek. Perasaannya jauh lebih tenang dan rasa
sedihnya juga berkurang dengan memiliki pikiran yang lebih positif. Subjek A merasa dirinya cukup berharga bagi teman-temannya
meskipun dengan kejadian bullying yang ia alami. Ia merasa berharga karena menurutnya dan kata teman-temannya bahwa ia adalah anak
yang baik dan suka membantu teman yang sedang kesusahan saat mengerjakan tugas. Awalnya ia merasa tidak berharga karena
temannya selalu jahat kepadanya dan ia selalu diejek gobsu. Akan tetapi dengan mengubah pikiran negatif tersebut menjadi pikiran yang
lebih positif membuatnya merasa lebih berharga bagi teman-temannya. Subjek A merasa cukup mampu menangani kejadian bullying yang
ia alami karena menurutnya ia sudah mulai berani mempertahankan dirinya saat mengalami bullying, misalnya dengan meminta agar
teman-temannya tidak melakukan bullying kepada dirinya lagi. Selain itu ia juga merasa mampu menjalin interaksi dengan teman-temannya.
Universitas Sumatera Utara
Ia dapat memulai percakapan terlebih dahulu dengan teman-temannya dan bahkan dengan pelaku bullying.
Meskipun demikian, subjek A merasa kurang diterima oleh teman- temannya karena saat ia menawarkan diri unuk bergabung dalam
kelompok tugas Matematika, ia ditolak padahal kelompok tersebut masih membutuhkan anggota. Setelah ia bergabung dengan kelompok
lain, kelompok tersebut malah menerima temannya untuk bergabung dalam kelompok tersebut. Kejadian tersebut membuatnya merasa tidak
diterima oleh teman-temannya. Berdasarkan hasil analisis individual dapat dilihat bahwa self
esteem subjek A meningkat. Self esteem subjek A tergolong rendah sebelum terapi, namun setelah diberikan terapi meningkat menjadi
sedang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa REBT dapat membantu meningkatkan self esteem subjek A.
b. Subjek B