bersedih, maka ia langsung mengganti pikiran negatif tersebut dengan pikiran yang lebih positif yaitu dengan mengatakan bahwa temannya
hanya khilaf dan mereka tidak selalu jahat kepadanya. Pikiran tersebut membuatnya tidak begitu bersedih dan tetap mau berteman dengan
pelaku bullying. Subjek C merasa cukup mampu menangani kejadian bullying yang
ia alami karena menurutnya ia sudah mulai berani mempertahankan dirinya saat diejek maupun dipukul, misalnya dengan meminta agar
teman-temannya tidak mengejeknya ataupun memukul kepalanya lagi. Ia juga merasa mampu menjalin interaksi dengan teman-temannya,
tetapi ia sedikit takut untuk memulai percakapan dengan pelaku bullying karena takut mengalami kejadian bullying lagi. Meskipun
demikian, ia merasa dirinya cukup berharga bagi teman-temannya karena sebagian besar teman-temannya mengatakan ia adalah siswa
yang baik dan tidak suka mengganggu teman dan penyabar. Berdasarkan hasil analisis individual dapat dilihat bahwa self
esteem subjek C meningkat. Self esteem subjek E tergolong rendah sebelum terapi, namun setelah terapi meningkat menjadi sedang.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa REBT dapat membantu meningkatkan self esteem subjek C.
d. Subjek D
Subjek D merupakan salah satu korban bullying di sekolahnya. Berdasarkan Skala Bullying diketahui bahwa subjek D mengalami
Universitas Sumatera Utara
bullying beberapa kali dalam seminggu. Ia mengalami bullying baik secara fisik, verbal maupun relasional dari teman-teman sekelasnya.
Gambar 6. Perbandingan Skor Self Esteem Antara Subjek D
Dengan Mean Kelompok REBT
Dari Gambar 6, terlihat bahwa pada saat pretest skor self esteem subjek D adalah 99 kategori rendah. Pada saat post test, skornya
meningkat menjadi 137 kategori sedang, dan pada saat follow up skornya tetap 137 kategori sedang. Terlihat juga bahwa pada saat
pretest dan post test subjek D memperoleh skor di atas mean rerata kelompoknya, sadangkan pada saat follow up, skornya sama dengan
mean rerata kelompoknya. Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap skor Skala Self Esteem terlihat bahwa pada saat post test,
peningkatan subjek D terutama terjadi pada aspek self esteem yakni merasa diterima, dan skornya tetap bertahan saat follow up.
Rangkuman skor Skala Self Esteem subjek dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Rangkuman Skor Skala Self Esteem Subjek D
Perasaan Berharga Perasaan Mampu
Perasaan Diterima Pretest
Post Test
Follow Up
Pretest Post
Test Follow
Up Pretest
Post Test
Follow Up
29 43
45 39
48 46
31 46
46
99 137
137 97
135 137
20 40
60 80
100 120
140 160
180
Pretest Post test
Follow up
S k
or S
e lf
E s
te e
m
Skor Subjek D Mean Kelompok Terapi
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil lembar tugas 1 diketahui bahwa subjek D mampu menuliskan kejadian bullying yang ia alami, pikiran-pikiran
yang terlintas saat kejadian bullying tersebut terjadi, bagaimana perasaan serta apa yang ia lakukan saat itu. Adapun kejadian bullying
yang dialami subjek D antara lain secara fisik, ia sering dipukul, dicubit, kakinya dijegal, disuruh-suruh membelikan jajan dan diancam
akan dipukul jika tidak melakukan hal yang disuruh oleh teman-teman sekelasnya. Selain itu secara verbal, ia diejek pesek dan nama
orangtuanya diejek oleh teman-teman sekelasnya. Secara relasional, ia merasa kurang diterima oleh teman-temannya karena teman-temannya
tidak mengikutsertakan dirinya bergabung dalam kelompok belajar di kelas.
Subjek D masih memiliki pikiran yang irasional terhadap kejadian bullying yang dialaminya, seperti menganggap nama orangtuanya
jelek, memandang dirinya bertubuh kecil jika dibandingkan dengan teman-temannya, lemah dan tidak berani melawan mempertahankan
dirinya dari kejadian bullying yang menimpanya. Selain itu ia juga menganggap teman-temannya selalu jahat kepadanya, memandang
dirinya memiliki hidung yang pesek, teman-temannya tidak mau berteman dengan dirinya karena ia bodoh dan jelek, serta ia
diperlakukan seperti pembantu. Pikiran-pikiran tersebut menyebabkan ia merasa sangat sedih dan ingin marah kepada teman-temannya.
Selama ini yang dapat ia lakukan hanya diam, marah, menangis, pergi menghindar dan tidak mau berbicara dengan pelaku bullying. Setelah
Universitas Sumatera Utara
berdiskusi dalam kelompok, subjek D sudah mampu memahami hubungan antara pikirannya dengan perasaan dan perilakunya yakni
pikirannya yang menentukan bagaimana perasaan dan perilakunya, bukan kejadian. Selain itu ia juga mampu memahami dampak dari
pikiran terhadap perasaan dan perilaku yaitu pikiran positifnya akan berdampak pada perasaan dan perilaku yang positif. Sebaliknya,
pikirannya yang negatif akan berdampak pada perasaan dan perilakunya yang negatif.
Berdasarkan hasil lembar tugas 2 diketahui bahwa subjek D sudah mampu memahami definisi, aspek-aspek dan ciri-ciri dari self esteem
yang tinggi dan rendah. Ia sudah mampu menggolongkan pikiran, perasaan dan perilakunya ke dalam beberapa aspek-aspek self esteem
yaitu perasaan dihargai, mampu, dan diterima. Ia merasa tidak dihargai karena diejek pesek, nama orantuanya diejek, sering disuruh-suruh dan
dipukul saat belajar oleh teman-teman sekelasnya. Ia merasa tidak mampu karena tidak berani atau tidak sanggup untuk melawan pelaku
bullying saat ia dicubit, diancam, dan kakinya dijegal. Selain itu ia merasa tidak diterima oleh teman-temannya karena ia ditolak atau
tidak boleh bermain bola bersama teman-temannya. Berdasarkan hasil lembar tugas 3 diketahui bahwa subjek D sudah
mampu mengidentifikasi pikiran-pikiran negatifnya. Ia menyadari bahwa pikiran tersebut merupakan opini dan dapat dirubah. Pada
lembar tugas 4 diketahui bahwa ia sudah mampu membedakan mana pikiran yang merupakan fakta dan opini. Berdasarkan hasil lembar
Universitas Sumatera Utara
tugas 5 diketahui bahwa ia sudah mampu mengubah pikiran negatif menjadi pernyataan-pernyataan yang positif dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang menantang. Berdasarkan hasil lembar tugas 6 diketahui bahwa ia sudah mampu menuliskan pikiran-pikiran
positif dari dirinya maupun kelebihan dirinya. Berdasarkan hasil lembar tugas 7 diketahui bahwa subjek D sudah
mampu menuliskan komitmennya agar ia memiliki perasaan dan perilaku yang lebih positif ditengah kejadian bullying yang ia alami
yaitu dengan merubah pikiran-pikiran negatifnya menjadi pikiran yang lebih positif, melaporkan kejadian bullying yang dialami kepada
orangtua dan guru, mengumpulkan bukti bahwa ia mengalami bullying dan memberanikan diri untuk menghadapi pelaku bullying.
Berdasarkan hasil lembar tugas 8 diketahui bahwa ia sudah mampu menuliskan reward yang akan diterimanya jika ia mampu
melaksanakan komitmennya, ia akan bermain internet selama satu jam dan akan berenang di hari Minggu.
Berdasarkan hasil buku tugas rumah diketahui bahwa subjek D sudah mencoba mempraktikkan komitmen atau keterampilan yang ia
peroleh selama terapi. Ia mengalami kejadian bullying seperti diejek pesek, nama orangtuanya diejek, dipukul tanpa sebab yang jelas,
disuruh-suruh membelikan jajan saat istirahat, dan tidak diikutsertakan dalam kelompok belajar di kelas. Secara umum pikiran yang terlintas
saat itu adalah ia memandang dirinya memang berhidung pesek, nama orangtuanya jelek, memiliki tubuh yang kecil dibandingkan dengan
Universitas Sumatera Utara
teman-temannya, dan diperlakukan seperti budak. Selain itu ia juga beranggapan bahwa teman-temannya tidak suka pada dirinya karena ia
bodoh dan jelek. Pikiran-pikiran tersebut membuatnya merasa sedih, merasa tidak dihargai, tidak mampu melawan, tidak diterima dan
bodoh. Akan tetapi subjek D mampu merubah pikirannya tersebut dengan
pikiran yang lebih positif antara lain berpikir bahwa meskipun ia berhidung pesek tetapi ia tidak sepesek Sule, nama orangtuanya tidak
jelek dan masih banyak nama lain yang lebih jelek, walaupun ia tidak berani melawan tetapi ia adalah anak yang kuat karena hingga saat ini
ia masih mampu bertahan dan ia akan memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya. Selain itu ia berpikir bahwa dirinya
tidak diperlakukan seperti budak tetapi teman-temannya sedang membutuhkan bantuannya sehingga ia disuruh, dan temannya tidak
akan melakukannya lagi. Disamping itu ia mengganti pikirannya bahwa ia tidak diterima bergabung dalam kelompok tugas temannya,
bukan karena tidak disukai oleh teman-temannya, bodoh dan jelek tetapi karena kelompok mereka sudah penuh sehingga ia tidak bisa
bergabung dalam kelompok mereka lagi. Dengan merubah pikirannya menjadi lebih positif, ia merasa tidak sedih lagi, lebih tenang, dan tetap
percaya diri. Selain itu ia juga memberanikan diri menasehati temannya agar tidak melakukan bullying kepada dirinya dan mau
melakukan hal yang disuruh teman-temannya.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek D pada tahap tindak lanjut dua minggu setelah pemberian terapi diketahui bahwa ia masih
mengalami kejadian bullying. Ia masih diejek pesek oleh teman- temannya dan kakinya dijegal saat gerak jalan hingga ia hampir
terjatuh, namun ia tidak memiliki pengalaman yang membuatnya merasa tidak diterima. Saat ia diejek dan kakinya dijegal, masih ada
pikiran negatif yang terlintas dipikirannya sehingga membuatnya merasa sedih, seperti berpikir bahwa teman-temannya selalu jahat
kepadanya dan ia memang pesek. Akan tetapi ia langsung mengganti pikiran-pikiran negatif tersebut dengan pikiran yang lebih positif, yaitu
teman-temannya tidak selalu jahat, dan meskipun ia pesek, namun tidak sepesek Sule dan ia bersyukur masih memiliki hidung yang sehat
serta tidak memiliki penyakit. Perasaannya jauh lebih tenang dan rasa sedihnya juga berkurang dengan memiliki pikiran yang lebih positif.
Subjek D merasa dirinya cukup berharga bagi teman-temannya meskipun dengan kejadian bullying yang ia alami. Ia merasa berharga
karena menurutnya ia adalah teman yang baik bagi teman-temannya dan tidak semua temannya jahat dan melakukan bullying kepadanya.
Awalnya ia merasa tidak berharga karena merasa temannya selalu jahat kepadanya dan ia selalu diejek gobsu. Akan tetapi dengan
mengganti pikiran negatif menjadi pikiran yang lebih positif dan melakukan positive self talk bahwa meskipun hidungnya pesek, tetapi
ia bersyukur memiliki hidung yang sehat membuatnya merasa lebih berharga bagi teman-temannya.
Universitas Sumatera Utara
Subjek D merasa mampu menjalin interaksi dengan teman- temannya. Ia dapat memulai percakapan terlebih dahulu dengan
teman-temannya dan tetap mau berteman dengan pelaku bullying. Ia juga merasa cukup mampu mengatasi kejadian bullying yang
dialaminya yaitu dengan meminta agar teman-temannya tidak melakukan bullying kepada dirinya lagi. Jika ia mengalami bullying, ia
menentang pikiran negatif dan menukarnya dengan pikiran yang positif serta melakukan positive self talk.
Berdasarkan hasil analisis individual terlihat bahwa self esteem subjek D meningkat. Self esteem subjek D tergolong rendah sebelum
terapi, namun setelah diberikan terapi meningkat menjadi sedang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa REBT dapat membantu
meningkatkan self esteem subjek D.
e. Subjek E