Subjek B merasa cukup mampu menangani kejadian bullying yang ia alami karena menurutnya ia berani mempertahankan dirinya apabila
mengalami bullying dengan meminta agar teman-temannya tidak melakukan bullying lagi kepadanya. Ia juga merasa mampu menjalin
interaksi dengan teman-teman sekelasnya, bahkan dengan pelaku bullying yaitu dengan berani memulai percakapan terlebih dahulu
tanpa harus menunggu teman yang memulai percakapan. Berdasarkan hasil analisis individual dapat dilihat bahwa self
esteem subjek B meningkat. Self esteem subjek B tergolong rendah sebelum terapi, namun setelah diberikan terapi meningkat menjadi
sedang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa REBT dapat membantu meningkatkan self esteem subjek B.
c. Subjek C
Subjek C merupakan salah satu korban bullying di sekolahnya. Berdasarkan Skala Bullying diketahui bahwa subjek C mengalami
bullying beberapa kali dalam seminggu. Ia mengalami bullying baik secara fisik, verbal maupun relasional dari teman-teman sekelasnya.
Gambar 5. Perbandingan Skor Self Esteem Antara Subjek C
Dengan Mean Kelompok REBT
91 131
130 97
135 137
20 40
60 80
100 120
140 160
180
Pretest Post test
Follow up
S k
o r
S e
lf Es
te e
m
Skor Subjek C Mean Kelompok Terapi
Universitas Sumatera Utara
Dari Gambar 5, terlihat bahwa pada saat pretest skor self esteem subjek C adalah 91 kategori rendah. Pada saat post test, skornya
meningkat menjadi 131 kategori sedang, namun pada saat follow up skornya turun menjadi 130, namun masih berda pada kategori sedang.
Terlihat juga bahwa secara keseluruhan baik saat pretest, post test dan follow up skor subjek C berada di bawah mean rerata kelompoknya.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap skor Skala Self Esteem terlihat bahwa pada saat post test, peningkatan subjek C terutama
terjadi pada aspek self esteem yakni merasa diterima, namun skor ini menurun lagi saat follow up. Rangkuman skor Skala Self Esteem
subjek dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Rangkuman Skor Skala Self Esteem Subjek C
Perasaan Berharga Perasaan Mampu
Perasaan Diterima Pretest
Post Test
Follow Up
Pretest Post
Test Follow
Up Pretest
Post Test
Follow Up
29 41
41 33
44 47
29 46
42 Berdasarkan hasil lembar tugas 1 diketahui bahwa subjek C
mampu menuliskan kejadian bullying yang ia alami, pikiran-pikiran yang terlintas saat kejadian bullying tersebut terjadi, bagaimana
perasaan serta apa yang ia lakukan saat itu. Adapun kejadian bullying yang dialami subjek C antara lain secara fisik, kepala subjek C dipukul
saat belajar di kelas, disuruh-suruh membelikan jajan, diancam tasnya akan dirusak jika tidak melakukan hal yang disuruh, uangnya dipalak
dan diancam akan dipukul oleh teman-teman sekelasnya jika ia tidak memberikan uangnya. Selain itu secara verbal, ia diejek panuan dan
nama orangtuanya diejek oleh teman-teman sekelasnya. Secara
Universitas Sumatera Utara
relasional, ia merasa kurang diterima oleh teman-temannya karena teman-temannya tidak mengikutsertakan dirinya bergabung dalam
kelompok sepak bola di sekolah. Secara umum, subjek C masih memiliki pikiran yang irasional
terhadap kejadian bullying yang dialaminya, seperti menganggap teman-temannya jahat, menganggap dirinya adalah anak yang lemah
karena tidak sanggup dan tidak berani melawanmempertahankan dirinya saat diancam akan dipukul. Selain itu ia juga memandang
dirinya memang panuan, teman-temannya tidak suka berteman dengan dirinya, dan ia tidak sehebat temannya dalam bermain bola.
Pikiran tersebut menyebabkan subjek C merasa sedih, takut, malu, dan sakit hati. Selama ini yang dapat ia lakukan hanya berdiam diri,
tidak berteman dengan pelaku bullying dan membalas mengejek teman-temannya yang mengejek dirinya. Setelah berdiskusi dalam
kelompok, subjek C sudah mampu memahami hubungan antara pikirannya dengan perasaan dan perilakunya yakni pikirannya yang
menentukan bagaimana perasaan dan perilakunya, bukan kejadian. Selain itu ia juga mampu memahami dampak dari pikiran terhadap
perasaan dan perilaku yaitu pikiran positifnya akan berdampak pada perasaan dan perilaku yang positif. Sebaliknya, pikirannya yang
negatif akan berdampak pada perasaan dan perilakunya yang negatif. Berdasarkan hasil lembar tugas 2 diketahui bahwa subjek B sudah
mampu memahami definisi, aspek-aspek dan ciri-ciri dari self esteem yang tinggi dan rendah. Ia sudah mampu menggolongkan pikiran,
Universitas Sumatera Utara
perasaan dan perilakunya ke dalam beberapa aspek-aspek self esteem yaitu perasaan dihargai, mampu, dan diterima. Ia merasa tidak dihargai
oleh teman-temannya karena diejek panuan, nama orangtuanya diejek dan dipukul. Ia merasa tidak mampu karena tidak berani atau tidak
sanggup untuk melawan pelaku bullying saat ia dipukul, diancam, dan dipalak. Selain itu ia merasa tidak diterima karena teman-temannya
tidak mengikutsertakan dirinya bermain bola bersama mereka. Berdasarkan hasil lembar tugas 3 diketahui bahwa subjek C sudah
mampu mengidentifikasi pikiran-pikiran negatifnya. Ia menyadari bahwa pikiran tersebut merupakan opini dan dapat dirubah. Pada
lembar tugas 4 diketahui bahwa ia sudah mampu membedakan mana pikiran yang merupakan fakta dan opini. Berdasarkan hasil lembar
tugas 5 diketahui bahwa ia sudah mampu mengubah pikiran negatif menjadi pernyataan-pernyataan yang positif dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang menantang. Berdasarkan hasil lembar tugas 6 diketahui bahwa ia sudah mampu menuliskan pikiran-pikiran
positif dari dirinya maupun kelebihan dirinya. Berdasarkan hasil lembar tugas 7 diketahui bahwa subjek C sudah
mampu menuliskan komitmennya agar ia memiliki perasaan dan perilaku yang lebih positif ditengah kejadian bullying yang ia alami
yaitu dengan merubah pikiran-pikiran negatifnya menjadi pikiran yang lebih positif dengan menentang pikiran negatif dengan pertanyaan-
ertanyaan yang menantang. Selain itu juga dengan mengumpulkan bukti dan saksi bahwa ia mengalami bullying, serta berani melaporkan
Universitas Sumatera Utara
kejadian bullying yang dialami kepada orangtua dan guru. Berdasarkan hasil lembar tugas 8 juga diketahui bahwa ia sudah mampu menuliskan
reward yang akan diterimanya jika ia mampu melaksanakan komitmennya, yaitu ia akan bersepeda dengan temannya mengelilingi
Delitua. Berdasarkan hasil buku tugas rumah diketahui bahwa subjek C
sudah mencoba mempraktikkan komitmen atau keterampilan yang ia peroleh selama terapi. Kejadian bullying yang ia alami seperti diejek
panuan, tidak dikutsertakan dalam kelompok sepak bola oleh teman- teman sekelasnya, nama orangtuanya diejek, kepalanya dipukul, dan
disuruh-suruh membelikan jajan oleh teman sekelasnya. Secara umum pikiran yang terlintas saat itu adalah ia memandang dirinya memang
panuan, tidak sehebat teman-temannya dalam bermain bola, dan berpikir kalau teman-temannya tidak menghargai nama orangtuanya,
mungkin karena nama orangtuanya jelek. Selain itu ia juga memandang teman-temannya selalu jahat kepadanya, ia merasa tidak
mampu untuk melawanmempertahan dirinya dan memandang dirinya diperlakukan seperti budak. Pikiran-pikiran tersebut secara umum
membuatnya merasa sedih, malu, merasa tidak dihargai, tidak diterima, dan merasa tidak pandai bermain bola.
Akan tetapi subjek C mampu merubah pikiran-pikiran tersebut tersebut dengan pikiran-pikiran yang lebih positif antara lain berpikir
kalau meskipun ia panuan, tetapi panunya tersebut akan sembuh. Walaupun ia tidak sehabat teman-temannya dalam bermain bola,
Universitas Sumatera Utara
namun ia tidak terlalu bodoh dan ia masih bisa bermain bola. Meskipun nama orangtuanya diejek, namun ia memandang nama
orangtuanya tidak sejelek seperti yang teman-temannya ejek selama ini. Selain itu ia juga merubah pikirannya yaitu memandang bahwa
teman-temannya tidak selalu jahat, mereka sedang khilaf dan meski ia tidak berani melawan secara langsung, namun ia akan memberanikan
diri untuk melaporkan kejadian bullying yang ia alami kepada gurunya. Disamping itu juga berpikir bahwa ia bukan budak meski disuruh-
suruh teman untuk membelikan jajan, tetapi mungkin karena teman- temannya memang sangat membutuhkan bantuan dari dirinya untuk
membelikan jajan. Ia merasa lebih tenang, lebih optimis panunya akan sembuh dan tetap percaya diri. Selain itu ia juga mulai memberanikan
diri untuk melaporkan kejadian bullying yang ia alami pada gurunya dan tetap mau berteman dengan pelaku bullying.
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek C pada tahap tindak lanjut dua minggu setelah pemberian terapi diketahui bahwa ia masih
mengalami kejadian bullying, namun tidak ada hal yang membuatnya merasa tidak diterima oleh teman-temannya. Ia masih diejek panuan
oleh teman-temannya dan kepalanya ditokok saat kegiatan gerak jalan. Saat ia diejek, ia langsung melakukan positive self talk pada dirinya
sendiri dengan mengatakan meskipun ia panuan, tetapi panunya akan sembuh. Sedangkan saat kepalanya dipukul, pikiran negatif masih
terlintas dipikirannya bahwa temannya selalu jahat kepadanya. Akan tetapi karena ia menyadari bahwa pikiran tersebut hanya membuatnya
Universitas Sumatera Utara
bersedih, maka ia langsung mengganti pikiran negatif tersebut dengan pikiran yang lebih positif yaitu dengan mengatakan bahwa temannya
hanya khilaf dan mereka tidak selalu jahat kepadanya. Pikiran tersebut membuatnya tidak begitu bersedih dan tetap mau berteman dengan
pelaku bullying. Subjek C merasa cukup mampu menangani kejadian bullying yang
ia alami karena menurutnya ia sudah mulai berani mempertahankan dirinya saat diejek maupun dipukul, misalnya dengan meminta agar
teman-temannya tidak mengejeknya ataupun memukul kepalanya lagi. Ia juga merasa mampu menjalin interaksi dengan teman-temannya,
tetapi ia sedikit takut untuk memulai percakapan dengan pelaku bullying karena takut mengalami kejadian bullying lagi. Meskipun
demikian, ia merasa dirinya cukup berharga bagi teman-temannya karena sebagian besar teman-temannya mengatakan ia adalah siswa
yang baik dan tidak suka mengganggu teman dan penyabar. Berdasarkan hasil analisis individual dapat dilihat bahwa self
esteem subjek C meningkat. Self esteem subjek E tergolong rendah sebelum terapi, namun setelah terapi meningkat menjadi sedang.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa REBT dapat membantu meningkatkan self esteem subjek C.
d. Subjek D