Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan Pustaka

8 Disini peneliti ingin lebih mengkaji apakah lokasi ercibal yang ada di Desa Doulu dapat menjaga kelestarian lingkungan di Desa Doulu.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk memahami bagaimana konsep masyarakat Karo tentang ercibal dan keramat, apa akibat jika ercibal tidak dilakukan dan apakah lokasi ercibal dapat menjaga kelestarian lingkungan yang ada di Desa Doulu. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan wawasan terkait dengan ercibal. Secara praktis, manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi masyarakat Karo mengenai ercibal terutama kaitannya terhadap kelestarian lingkungan.

1.5 Tinjauan Pustaka

Penelitian ini akan mengkaji mengenai konsep orang Karo mengenai ercibal dan kaitannya terhadap kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, konsep kebudayaan yang diacu adalah konsep kebudayaan oleh Spradley. Spradley 1997:xx 11 menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebagai suatu sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar yang kemudian digunakan untuk menginterpretasikan dunia sekeliling mereka. Jadi budaya itu ada di dalam pikiran mind manusia. 11. James P Spradley, Metode Etnografi terjemahan ed. Amri Marzali, Yogyakarta, PT Tiara Wacana Yogya, 1997. Universitas Sumatera Utara 9 Spradley berpendapat bahwa setiap masyarakat mempunyai sutau sistem yang unik dalam mempresepsikan dan mengorganisasikan fenomena material, seperti benda-benda, kejadian, perilaku dan emosi. Spradley menjelaskan bahwa untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam pikiran manusia, maka digunakan folk taxonomy. Folk taxonomy yang digunakan dalam penelitian ini ialah untuk menjelaskan pikiran konsep tentang ercibal serta kaitannya terhadap kelestarian lingkungan. Folk taxonomy akan difokuskan kepada bagaimana orang Karo khususnya warga Desa Doulu dan pelaku ercibal mengklasifikasikan tempat keramat dan tidak keramat, jenis-jenis ercibal dan cibal-cibalen nya serta macam- macam kekuatan gaib yang dipercayai orang Karo. Penelitian ini akan mengungkapkan isi pikiran orang Karo mengenai konsep ercibal. Dalam hal ini, akan dijelaskan bagaimana konsep orang Karo mengenai ercibal, manfaat dan tujuan dilakukannya ercibal, apa akibat jika tidak dilakukannya ercibal dan bagaimana lokasi ercibal dapat menjaga kelestarian lingkungan. Ercibal adalah suatu upacara pemberian sesajian yang ditujukan kepada kekuatan gaib yang ada di tempat-tempat keramat. Isi dari sesajian ialah berupa makanan, minuman dan bunga-bungaan.. Ercibal juga sangat berkaitan dengan suatu peristiwa alam, keinginan yang ingin dicapai diberi jodoh, diberi rejeki, diberi kesehatan dan agar cita-cita tercapai dan juga dapat berkaitan terhadap kelestarian lingkungan. Menurut Septaria Elidalni 1996:68 12 mengatakan bahwa ercibal merupakan 12. Septaria Elidalni, Erpangir Deskriptif tentang Erpangir Salah Satu Upacara Penyembuhan Pada Suku Bangsa Batak Karo, 1996. skripsi S1 FISIP USU, tidak diterbitkan. Universitas Sumatera Utara 10 salah satu ritual bersaji atau memberikan persembahan dengan menggunakan cibal-cibalen sesajian berupa makanan dan minuman yang dipersembahkan bagi kekuatan gaib tertentu. Sedangkan menurut Suyono 1985:358 13 menjelaskan bahwa sesajian merupakan suatu rangkaian makanan kecil, benda-benda kecil, bunga-bunga serta barang-barang hiasan yang disusun menurut konsepsi keagamaan sehingga merupakan lambang simbol yang mengandung arti. Dengan arti mempersembahkan sesajian itu kepada Tuhan, dewa atau makhluk-makhluk halus penghuni alam gaib lainnya manusia dan bermaksud berkomunikasi dengan makhluk halus itu. Hal ini juga didukung pendapat oleh Ahmad 14 yang menjelaskan sesajen berarti sesajian atau hidangan yang memiliki nilai sakral pada masyrakat yang dimana tujuan dari upacara sakral ini ialah untuk ngadap berkah mencari berkah di tempat-tempat tetentu yang diyakini keramat. Adapun bentuk sajiannya bervariasi tergantung permintaan atau sesuai dengan ‘bisikan gaib’ yang diterima oleh orang pintar, paranormal, dukun dan sebagainya. Jika tidak diberikan sesajian maka orang tersebut akan celaka dan terkena kutukan. Menurut orang Karo, ercibal merupakan suatu cibal-cibalen sesajian yang dipandang sebagai sesuatu materi makanan, rokok, sirih, pakaian, cimpa, buah- buahan yang dikhususkan kepada kekuatan gaib yang ada di tempat-tempat keramat. Hal senada juga dikemukakan oleh Van Baal dalam Koentjaraningrat, 1993:42 menyatakan bahwa sesajian ialah pemberian kepada dewa dan kepada 13. Drs. Suyono Ariyono, Kamus Antropologi. Jakarta, Akademia Pressindo, 1985. 14. Ahmad, Sesajen Kaili dan Kearifan Tradisional. Situs http:ghuroba.blogsome.com. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2008. Universitas Sumatera Utara 11 para makhluk halus dalam dunia gaib yang dimana pada umumnya mempunyai fungsi sebagai suatu ‘pemberian’. Berhubungan dengan pemberian, tulisan ini juga menggunakan apa yang dikemukakan oleh Marcell Mauss mengenai suatu fungsi dari pemberian dalam masyarakat. Mauss 15 berpendapat bahwa fungsi pemberian dalam suatu interaksi sosial ialah sebagai lambang untuk mengukuhkan suatu hubungan antara si pemberi dan penerima yang mantap dan kemudian lebih dikukuhkan lagi dengan pemberian balasan dan pemberian ini melibatkan kelompok-kelompok dan masyarakat-masyarakat yang bersangkutan secara menyeluruh. Pemberian hadiah kepada dewa-dewa mempunyai tujuan yang lebih jauh untuk membeli perdamaian Mauss, 1992 : xviii. Dalam tulisan ini peneliti akan mencermati bahwa apakah ercibal itu sebagai lambang untuk mengukuhkan hubungan antara si pemberi dan yang menerima. Terkait dengan hal itu, Koentjaraningrat 1987:42 16 menyatakan bahwa upacara bersaji dan upacara-upacara lainnya juga merupakan sebuah tindakan yang penuh symbol of communication lambang untuk berkomunikasi. Koentjaraningrat lebih jauh menjelaskan bahwasannya semua unsur-unsur kecil yang tersusun dalam sajian itu, masing-masing merupakan lambang yang mengandung arti yang baik dalam bentuknya, maupun dalam tempat asal bahan mentahnya, jumlahnya, ataupun dalam warnanya. Ini adalah bagian komunikasi antara manusia kepada para dewa atas makhluk halus yang menghuni alam gaib. 15. Marcell Mauss, Pemberian terjemahan ed. Parsudi Suparlan, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1992. 16. Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi I, Jakarta, Penerbit UI-Press Universitas Sumatera Utara 12 Dalam hal ini pemberian sesajian ercibal dapat diartikan sebagai ‘pemberian’ sesajian kepada kekuatan gaib yang berada pada tempat-tempat keramat dimana fungsi pemberian ini mengandung arti untuk mengukuhkan hubungan antara pemberi dan penerima. Mengenai pemberian sesajian pada tempat-tempat keramat, Konsep keramat yang diacu dalam penelitian mengikuti konsep yang dikemukakan oleh Keesing. Keesing 17 berpendapat bahwa keramat sacred berhubungan dengan kekuatan- kekuatan tertinggi atau yang melebihi kekuatan manusia yang terdapat di dalam alam semesta memiliki arti atau suasana keagamaan yang khas. Keesing juga menyatakan ritual dan upacara merupakan perilaku penuh hiasan dan diulang- ulang pada umat manusia. Kebanyakan perilaku kolektif yang dipolakan oleh budaya sering hanya diartikan sebagai upacara keagamaan, yaitu perilaku penuh hiasan yang dipandang sebagai keramat. Sedangkan menurut Ahmad, keramat merupakan tempat yang dipercayai sebagai hunian makhluk halus, seperti di tepi sungai, tepi pantai dan di pohon-pohon besar. Menurut Pasaribu 1988:99 18 orang Karo meyakini adanya kekuatan gaib pada tempat-tempat keramat sehingga mereka melakukan sesajian untuk menghormati kekuatan gaib yang ada di alam. Dalam kepercayaan orang Karo, ada terdapat beberapa kekuatan gaib, yaitu : 1 Tenaga-tenaga gaib, yaitu semangat yang berkedudukan pada batu-batu besar, kayu-kayu besar, gunung dan sebagainya. Bagi orang Karo kekuatan gaib ini dianggap keramat dan dapat memberi berkat atau rejeki serta nasib yang baik bagi manusia. 17. Roger M Keesing, Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer. Jakarta, Penerbit Erlangga, 1992. 18. Rudolf Pasaribu, S.Th, Agama Suku dan Bataklogi, Medan, Penerbit Pieter, 1988. Universitas Sumatera Utara 13 Disamping itu ada juga yang sangat ditakuti karena dapat mendatangkan marabahaya, kecelakaan, kerugian, malapetaka, serta bermacam-macam kerusakan pada sawah ladang atau pertanian. Itu sebabnya pada suku tradisional Karo selalu mengadakan upacara-upacara persembahan korban atau pemberian sesajen pada kekuatan-kekuatan itu supaya kehidupannya mendapat keselamatan, 2 Adanya kuasa-kuasa begu dimana manusia memiliki ’tendi’ dalam dirinya. Tendi dapat pergi sewaktu-waktu. Begu adalah tendi atau roh manusia yang telah meninggalkan dunia. Begu juga kadang-kadang mengganggu manusia hidup bila ia marah. Oleh karena itu perlu membuat sesajen-sesajen persembahan demi menghormati para begu. Menurut orang Karo, tempat keramat merupakan sesuatu yang diyakini mempunyai kekuatan gaib yang bersifat luar biasa yang ada diluar jangkauan manusia yang dianggap berada di tempat-tempat tertentu, benda-benda, tumbuh- tumbuhan dan binatang. Sedangkan menurut Nd. Desi 19 guru sibaso keramat silan dimana adanya kekuatan gaib yang dapat membentu manusia dalam segala hal, terutama untuk mendapatkan rejeki dan menyembuhkan penyakit. Jika ingin meminta kepada kekuatan gaib dalam hal ini disebut nini harus menyediakan sesajian cibal-cibalen dan ini merupakan wajib untuk membawakan sesajian. Dalam hal ini keramat dapat diartikan sebagai sesuatu tempat yang diyakini adanya kekuatan gaib yang berada pada pohon-pohon besar, sungai besar, batu besar dan gua-gua alam. Tempat-tempat keramat juga berperan aktif dalam pelestarian lingkungan. 19. Pertanyaan ini diajukan pada bulan Agustus 2009. Universitas Sumatera Utara 14 Biasanya kawasan ini dapat bertahan karena sudah menyatu dengan kepercayaan dan budaya setempat. Ini juga dapat diketahui bahwa pengkeramatan suatu tempat yang dilakukan oleh masyarakat terbukti efektif dalam menjaga alam tetap lestari, walaupun diambil manfaatnya terus menerus. Tidak hanya itu juga, pelestarian suatu kawasan dengan melalui pengkeramatan oleh beberapa pihak dinilai lebih dapat bertahan dari gangguan karena ia menyatu dan menjadi bagian dari tradisi masyarakat setempat. Tempat keramat juga bisa mendatangkan keuntungan bagi masyarakat, misalnya kelestarian lingkungan suatu daerah tetap terjaga dengan baik. Pelestarian lingkungan melalui pengeramatan merupakan langkah yang paling efektif dalam menjaga keutuhan keanekaragaman hayati dan dapat juga menjaga keutuhan kelestarian lingkungan. Tradisi pengkeramatan suatu tempat umumnya mengatur warga dalam hubungannya dengan desa adat, seperti hidup bermasyarakat, memelihara tempat-tempat suci dan menjaga alam sekitarnya. Dalam hal ini masyarakat harus melindungi alam dan memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana. Hal ini juga yang menarik perhatian penulis untuk mengakaji apakah pemberian sesajian ercibal pada tempat keramat dapat menjaga kelestarian lingkungan yang ada di Desa Doulu.

1.6 Metode Penelitian