83 kulcapi atau belobat yang diputar melalui tape recorder. Sampai akhirnya kembali
normal dan nini meninggalkan tubuhnya.
4.5.2 Upacara Buah Huta-huta atau Nini Galuh Kuta
Buah Huta-huta adalah nama pohon kayu nabar atau pohon beringin sala bulan atau bisa juga menggunakan pohon pisang yang dijadikan tempat sembah-
sembahan cibal-cibalen kampung yang letaknya di tengah kampung dan Buah Huta-huta merupakan roh pelindung kampung. Pemujaan Buah Huta-huta
dilaksanakan sekali dalam setahun, akan tetapi apabila penduduk merasakan hal- hal yang tidak baik, seperti datangnya penyakit terhadap penduduk kampung,
hasil panen kurang bagus, maka dapat juga diadakan pemujaan kepada Buah Huta-huta. Upacara Buah Huta-huta yang dilaksanakan di Desa Doulu diadakan
pada setiap bulan April pada setiap tahunnya. Berdasarkan keterangan yang diperoleh penulis dari warga setempat yang juga ikut dalam upacara tersebut,
upacara tersebut dilakukan untuk melindungi kampung dari segala malapetaka. Sebelum upacara pemujaan terhadap Nini Galuh Kuta dilaksanakan maka
terlebih dahulu tempat tersebut dibersihkan dan di bawah pohon pisang tersebut didirikan sebuah anjab telu suki sejenis tempat persembahan berbentuk segitiga,
tiangnya terbuat dari bambu yang dihiasi dengan lambe daun muda enau dan anjab ini digunakan sebagai tempat persembahan atau sesajian cibal-cibalen. Di
atas anjab tersebut diletakkan sesajian berupa cimpa rambe-rambe, cimpa unung- unung, cimpa lepat, cimpa pustaka, belo rangke-rangke daun sirih beserta
batangnya, jeruk, pisang, mayang rangke-rangke pinang beserta pelapahnya dan kelapa muda.
Universitas Sumatera Utara
84 Maka mulailah dipanggil Nini Galuh Kuta melalui guru yang diakui di
kampung tersebut. Guru tersebut memanggil Nini Galuh Kuta dengan menggunakan belo cawir daun sirih, dan setelah nini tersebut datang memasuki
tubuh sang guru maka guru tersebut menari-nari dengan alunan musik yang dialunkan oleh pemusik, layaknya seorang yang sedang kesurupan. Sang guru
menari-nari sampbil mengelilingi anjab dan dengan gerakan tubuhnya seolah- olah dia mengatakan sesuatu, bahkan dia juga sempat memanjat pohon yang ada
di sekitar pohon pisang tersebut. Melihat hal tersebut, banyak komentar dan pertanyaan yang keluar dari warga yang mengikuti upacara. Ada yang berkata nini
tersebut meminta baju karena sang guru memegang-megang bajunya sambil menari, ada juga yang berkata dia marah karena ada yang kurang dan lain
sebagainya. Pengikutnya juga ikut menari-nari sambil mengawasi guru tersebut dan membantunya agar turun dari pohon tersebut. Setelah itu maka pengikutnya
membawa sang guru ke sebuah tikar putih amak cur yang telah disediakan dan mulai melakukan dialog.
Dengan alunan musik, nini memberikan nasehat-nasehat kepada orang kampung khususnya pengikutnya. Nini berkata kepada mereka agar hidup ukun
antar sesama. Nini juga memberi nasehat kepada kepala desa, agar memimpin penduduk dengan bijaksana dan memberikan yang terbaik kepada desa terse but.
Pada saat itu juga mereka yang merasa memiliki beban yang tidak bisa dipecahkan sendiri maka mereka meminta bantuan kepada nini tersebut. Ada yang
diantara mereka meminta agar diberikan anak karena setelah sekian lama menikah belum mempunyai anak, ada yang meminta rejeki dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
85 Setelah nini tersebut selesai memberikan nasehat-nasehat dan kepada
penduduk desa tersebut, maka mulailah mereka menari-nari lagi, pada saat itu nini yang ada pada guru tersebut meninggalkan tubuhnya dan berpindah kepada guru
yang lain. Maka melalui tingkahnya maka tahulah para pengikutnya bahwa nini tersebut telah berpindah kepada tubuh guru yang lain tersebut. Guru yang telah
dimasuki oleh nini tersebut menari-nari sambil melambai-lambaikan tangannya keatas. Sambil menari-nari dia memanggil-manggil marga Tarigan , maka para
pengikutnya langsung tahu bahwa nini tersebut mencari orang yang bermarga Tarigan. Merekapun segera mencari yang bermarga Tarigan, guru tersebut
memberikan isyarat bahwa marga Tarigan tersebut seorang anak kecil, akhirnya mereka menemukan orang yang dicari oleh nini tersebut. Mereka membawa
seorang anak kecil yang bermarga Tarigan kepada guru tersebut. Dia mengatakan bahwa tendi anak tersebut pergi dari tubuhnya sehingga dia sering sakit. Nini pun
meletakkan beras di atas kepala anak tersebut sembari mengucapkan mantra- mantra untuk memanggil tendi anak tersebut kembali ke tubuhnya. Maka ibu
dari anak tersebut berterima kasih kepada nini tersebut dan menjabat tangannya dan menangis gembira karena tendi anaknya telah kembali ke tubuhnya. Setelah
itu nini menghambur-hamburkan beras kepada semua orang yang ada di tempat tersebut sambil berkata mejuah-juah berkali-kali.
Setelah semua acara selesai maka penduduk desa berterima kasih kepada nini yang diwakili oleh kepala desa, karena nini telah memberi nasehat-nasehat
kepada mereka dan melindungi kehidupan mereka. Sang guru dan pengikut- pengikutnya menari-nari dan pada saat itu juga sang guru mengangkat tangannya
Universitas Sumatera Utara
86 melepaskan nini dari tubuhnya sampai pada akhirnya tubuh sang guru kembali
normal lagi.
4.5.3 Upacara Releng Tendi