Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tulisan ini mengkaji mengenai kegiatan ercibal yang masih dilakukan orang- orang Karo hingga saat ini. Ercibal yang dikaji dalam tulisan ini adalah salah satu kegiatan orang Karo yang melakukan ercibal pemberian sesajian di tempat- tempat yang dianggap keramat berupa pohon-pohon besar, batu besar, sungai, gua-gua alam dan gunung. Ercibal ini bertujuan untuk mendapatkan rejeki, mengubah nasib, diberi jodoh, menyembuhkan penyakit, menjauhkan tanaman dari hama dan menghindari malapetaka atau bahaya terhadap penduduk. Bagi para pelaku ercibal lokasi-lokasi tersebut dipercayai memiliki kekuatan-kekuatan yang disebut ‘mehak’ memiliki kuasa dan ‘mejin’ memiliki kekuatan gaib. Tempat- tempat tersebut dianggap keramat, sehingga kebersihan ataupun lingkungan disekitar tempat keramat tersebut dijaga dengan baik. Salah satu wilayah di daerah Karo yang masih sering warganya atau penduduk dari luar desa yang melakukan ercibal adalah di Desa Doulu. Ini dikarenakan Desa Doulu masih memiliki beberapa lokasi yang dianggap keramat dan lokasi-lokasi tersebut masih diberi sesajian cibal-cibalen. Lokasi-lokasi yang dianggap keramat di desa Doulu ada enam tempat, yaitu : 1 Lau Sidebuk- debuk, 2 Mata Lau Nini Penawar, 3 Deleng Singkut, 4 Deleng Pertektekken, 5 Buah Huta-huta atau Nini Galuh Kuta dan 6 Deleng Sibayak 1 . 1. Ada juga beberapa pelaku ercibal yang berasal dari luar Desa Doulu setelah melakukan ercibal di salah satu tempat keramat tersebut, mereka melakukan ercibal di rumah mereka. Universitas Sumatera Utara 2 Dengan adanya tempat-tempat keramat dan pemberian sesajian ercibal di Desa Doulu, maka peneliti merasa tertarik melakukan penelitian di desa ini. Bagi beberapa pelaku ercibal , alasan mereka melakukan ercibal pemberian sesajian pada lokasi-lokasi yang dianggap keramat tersebut dikarenakan nini nenek yang berada pada lokasi tersebut dapat mengabulkan permintaan si pemohon, bahkan ada juga yang hanya mengikuti tradisi keluarga atau saudara mereka yang melakukan ercibal di tempat keramat tersebut 2 . Lokasi-lokasi keramat ini jika dikaji berada pada wilayah-wilayah desa yang mengelilingi Desa Doulu. Lokasi-lokasi keramat tersebut ialah: 1 Lau Sidebuk- debuk berada 1 Km di bagian barat desa, 2 Mata Lau Nini Penawar berada 1,5 Km disebelah barat desa, 3 Deleng Singkut berada disebelah selatan desa, 4 Deleng Pertektekken berada ±1,5 Km kearah barat daya desa, 5 Buah Huta-huta atau Nini Galuh Kuta berada 100 meter disebelah barat desa, dan 6 Deleng Sibayak berada ± 5 Km kearah barat Desa Doulu. Lokasi-lokasi ercibal ini memiliki bentuk yang berbeda-beda, ada yang berupa mata air panas, pohon, bukit, gunung dan beberapa bentuk lainnya. Bentuk mata air ditemukan pada Lau Debuk-debuk dan Mata Lau Nini Penawar. Ada juga yang berbentuk bukit atau warga setempat menamakannya deleng 3 terlihat seperti gunung yaitu Deleng Singkut 4 dan Deleng Pertektekken. Sedangkan yang berbentuk pohon yaitu Buah Huta-huta yang ditanam di tengah-tengah desa dan yang berbentuk gunung deleng yaitu Deleng Sibayak. 2. Alasan beberapa informan melakukan ercibal di salah satu tempat keramat tersebut dikarenakan nini tersebut sangat baik. Menurut beberapa informan biasanya permintaan mereka akan dikabulkan oleh nini. 3. Warga desa menamakan deleng sebagai bukit atau gunung. 4. Deleng Singkut berada disepanjang sebelah kiri jalan masuk Desa Doulu atau disebelah selatan desa. Universitas Sumatera Utara 3 Dari jenis-jenis cibal-cibalen nya, pada setiap tempat keramat diatas memiliki sesajian yang berbeda-beda. Misalnya pada 1 Lau Debuk-debuk , cibal-cibalen berupa pisang, segala jenis cimpa 5 , buah-buahan jeruk, pisang emas, pisang ambon dan buah pir, mayang rangke-rangke pinang beserta pelepahnya, lopung uras 6 , air putih dan bunga rampe. Ercibal ini diadakan satu kali dalam sebulan yaitu pada hari cukera dudu cukera lau, 2 cibal-cibalen yang terdapat di Mata Lau Nini Penawar berupa rokok GP satu bungkus dan daun sirih beserta kelengkapannya. Ercibal ini diadakan 1-3 kali dalam sebulan yaitu pada hari cukera enam berngi, cukera dudu dan belah purnama raya, 3 pada Deleng Singkut sesajian berupa segala jenis cimpa, rokok gudang garam dan pisang emas. Ercibal ini diadakan 1-2 kali dalam sebulan yaitu pada hari cukera dudu dan cukera enam berngi, 4 Pada Deleng Pertektekken jenis cibal-cibalen berupa cimpa rambe-rambe, cimpa unung-unung, cimpa lepat, daun sirih beserta kelengkapannya dan rokok GP 1 bungkus. Diadakan 1 kali dalam sebulan yaitu pada hari baik untuk melakukan sesajian dalam kelender Karo, 5 Pada Nini Galuh Kuta sesajian berupa segala jenis cimpa, belo rangke-rangke daun sirih beserta kelengkapannya, kelapa muda, pisang dan jeruk. Diadakan 1 kali dalam setahun yaitu pada bulan April, 6 Sedangkan pada puncak Deleng Sibayak, cibal-cibalen berupa rokok gudang garam, pisang emas, sirih cawir, ayam jantan putih dan daun sirih beserta kelengkapannya. 5. Cimpa terbuat dari tepung terigu, tepung beras dan gula merah. Cimpa juga merupakan makanan khas Suku Karo. 6. Lau Penguras merupakan air perasan dari kunyit yang digiling, air jeruk purut yang diperas dan air putih. Semuanya dicampur. Universitas Sumatera Utara 4 Sedangkan perlengkapan yang dipakai ada anjab altar, bertuk paula batang pohon nira yang masih muda, kain putih dan kemenyan. Diadakan 1 kali dalam setahun yaitu pada bulan Tipaka Binurung XII. Pemberian sesajian tergantung pada guru sibaso yang menentukan bulannya. Lokasi ini dipilih sebagai tempat ercibal dikarenakan lokasi tersebut dipercayai mempunyai kekuatan gaib mehak dan mejin. Biasanya para pelaku ercibal memilih salah satu lokasi tempat keramat sebagai tempat ercibal dikarenakan nini yang berada di tempat keramat tersebut baik. Menurut beberapa informan nini yang di masing-masing tempat keramat ada yang jahat dan ada yang baik. Mereka lebih memilih lokasi ercibal yang memilih nini yang baik. Menurut beberapa informan, mereka lebih memilih melakukan ercibal di Deleng Sibayak dari pada di Lau Debuk-debuk. Ini dikarenakan menurut mereka setiap nini berbeda-beda 7 . Mengenai kegiatan ercibal yang masih dilakukan oleh orang Karo di Desa Doulu, peneliti juga merasa tertarik mengkaji lebih dalam mengapa lokasi-lokasi tersebut dipilih sebagai tempat ercibal. Menurut beberapa informan, pemberian sesajian ercibal sudah dilakukan sejak tahun 1952 di Desa Doulu 8 . Menurut beberapa informasi, orang-orang yang menganut aliran pemena , sejak dahulu sudah ada yang melakukan erpangir ku lau di Lau Debuk-debuk. Namun ada juga beberapa lokasi yang dimulai sejak tahun 1970 yaitu di Deleng Singkut. Biasanya upacara-upacara sesajian ini dipimpin oleh guru sibaso. 7. Pertanyaan ini ditanyakan pada studi pendahuluan pada bulan Juni. Pertanyaan ini ditujukan pada beberapa informan yang melakukan ercibal di Desa Doulu. 8. Pertanyaan ini ditanyakan kepada guru sibaso yaitu Nd. Desi Br. Karo-karo pada bulan September Universitas Sumatera Utara 5 Peneliti juga merasa tertarik untuk mengkaji dan meneliti pada lokasi-lokasi yang dianggap keramat tersebut. Peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengapa orang-orang Karo yang masih melakukan ercibal masih tertarik untuk melakukan ercibal. Peneliti juga merasa tertarik untuk mengkaji apakah ada akibat atau bahaya jika tidak dilakukannya ercibal pemberian sesajian di Desa Doulu. Terkait dengan kegiatan warga, peneliti juga tertarik untuk meneliti apakah ada bahaya jika lingkungan disekitar lokasi keramat tidak diperhatikan. Selain beberapa hal di atas, yang juga menarik untuk diteliti dalam penelitian ini adalah apakah warga Desa Doulu mengetahui keberadaan kelestarian lingkungan di sekitar tempat keramat tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi Desa Doulu. Beberapa studi yang mengkaji kaitan antara ritual dan kelesetarian lingkungan yaitu pendapat Soetjito 2007 9 yang mengatakan bahwa daerah keramat sering mendekati ekosistem asli bukan lingkungan yang rusak, sehingga situs keramat memainkan peranan penting dalam menjaga kelestarian konservasi keaneragaman hayati maupun budaya. Dalam berbagai kebudayaan tradisional hubungan manusia dengan lingkungan cenderung menunjukkan pola-pola yang harmonis dan selaras, dimana pemanfaatan sumber daya lingkungan sangat terkontrol melalui kearifan-kearifan ekologi. Kearifan tersebut berfungsi sebagai mekanisme kontrol terhadap pengelolaan sumber daya alam dan kearifan tersebut tersembunyi 9. Herwasono Soetjito, Situs Keramat Asli: Peran Budaya dalam Konservasi Keanekaragaman Hayati, 2007, http:geocities.com diakses pada tanggal 1 September 2009, pukul 16.00 wib. Universitas Sumatera Utara 6 dibalik konsepsi keyakinan dalam bentuk mitos-mitos dan ritual yang berkaitan dengan hal-hal yang dianggap suci dan keramat. Dibalik mitos dan praktek- praktek ritual tersebut tersembunyi fungsi ekologis yang besar yakni mengontrol perilaku manusia mengeksploitasi lingkungan sekehendak hati. Dalam hal kaitan antara budaya dengan lingkungan juga didukung pendapat oleh Rossle M. And Cleere dalam I Nyoman Wardi 10 yang manyatakan bahwa : “ The combine works of nature and mindkinds, they express a long and intimate relationship between people and their environment. Certain sites reflect specipic techniques of land use that protect and enhence biological diversity. Other are associated with powerful beliefs andartistic and traditional customs, and enbody an exceptional spiritual relationship of people with nature. Pernyataan ini menunjukkan bahwa alam dan budaya saling mempengaruhi dan keterkaitan hubungan budaya dengan lingkungan alam lazim dikenal dengan cultural landscape. Studi-studi diatas menunjukkan bahwa kegiatan ercibal juga secara tidak langsung memberi sumbangan terhadap kelestarian lingkungan. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut konsep ercibal pada orang Karo di Desa Doulu.

1.2 Rumusan Masalah