Mata Air Nini Penawar Deleng Pertektekken

46 juga yang berprofesi sebagai seseorang yang dianggap memiliki kemampuan untuk melihat roh dan juga mengobati penyakit. Kebanyakan dari para pelaku ercibal tersebut hanya melakukan ercibal bersama keluarag mereka keluarga inti. Tujuan dari mereka melakukan ecibal berbeda-beda yakni ada yang bertujuan mengambil belerang di Deleng Sibayak, memohon kepada nini agar diberi rejeki dan juga agar hasil pertanian mereka lebih bagus. Sedangkan pelaku ercibal yang berasal dari luar Desa Doulu, ada yang berasal dari Medan Padang Bulan, Aceh dan dari tanah Karo sendiri yaitu Berastagi dan Kabanjahe. Bagi para pelaku yang berasal dari Desa Doulu sendiri, melakukan ercibal di Lau Debuk-debuk, Mata Air Nini Pneawar, dan Deleng Sibayak. pelaku ercibal yang berasal dari luar daerah Desa Doulu biasanya sebulan sekali melakukan ercibal di Desa Doulu yaitu pada hari baik menurut kelender suku Karo yaitru pada hari cukra dudu cukra lau. Jika mereka melakukan ercibal di rumah biasanya mereka melakukan ercibal di ruang tamu di sudut ruang tamu, di meja, di atas lemari dan aja juga dibelakang rumah. Sesajian cibal-cibalen yang pada umumnya dipersiapkan adalah daun sirih beserta kelengkapannya yaitu gambir, kapur, tembakau, korek api dan rokok gudang garam merah.

3.2 Kondisi Lingkungan Sekitar Lokasi Ercibal

3.2.1 Mata Air Nini Penawar

Mata Air Nini Penawar merupakan mata air panas belerang yang berasal dari Deleng Sibayak Gunung Sibayak. Mata Air Nini Penawar terletak 1,5 Km sebelah barat dari kantor kepala Desa Doulu dan 500 meter dari pintu gerbang PT. Pertamina Geothermal Desa Semangat Gunung Desa Raja Berneh. Jika Universitas Sumatera Utara 47 memasuki kawasan Mata Air Nini Penawar, terdapat kurang lebih 3 mata air panas kecil dan batu-batu belerang yang sudah mengeras. Sesajian yang disajikan diletakkan di atas batu belerang yang berbentuk segitiga dan di tanah. Jenis-jenis sesajian yang ditemui di lokasi adalah terdapat delapan rokok yang sudah dinyalakan dan dipancakkan di atas tanah. Jenis flora yang terdapat di sekitar Mata Air Nini Penawar yaitu pohon beringin, lumut dan rumput-rumput kecil. Sedangkan jenis fauna yang ada adalah ayam, anjing, cacing tanah dan rayap-rayap kecil.

3.2.2 Deleng Pertektekken

Deleng Pertektekken merupakan sebuah hutan kerangen yang terletak di kawasan PT. Pertamina Geothermal Sibayak. Deleng Pertektekken terletak 700 meter di sebelah barat laut dari kantor Kepala Desa Doulu dan 700 meter dari pintu gerbang PT. Pertamina Geothermal Sibayak. Setelah memasuki kawasan Deleng Pertektekken, pada bagian kiri jalan terdapat kawasan hutan dan bagian kanan jalan terdapat perladangan dan beberapa rumah penduduk. Sekitar Deleng Pertektekken terdapat sumur gas yang tidak berfungsi lagi yang dimiliki oleh PT. Pertamina dan terdapat larangan masuk bagi masyarakat umum. Namun pada hari minggu banyak para pelaku ercibal yang masuk ke dalam kawasan ini untuk melakukan ercibal pemberian sesajian. Terdapat beberapa jenis tempat sesajian yang dapat dijumpai di lokasi, yaitu ada yang berbentuk persegi dengan tinggi 1 meter dan sudah disemen berada di sebelah barat, ada juga yang berbentuk anjab altar yang berbentuk segitiga dengan memakai 3 tiang bambu dan berada di sebelah barat laut sedangkan untuk tempat meletakkan sesajian cibal-cibalen di letakkan di atas batu belerang di Universitas Sumatera Utara 48 bawah anjab dan ada juga berbentuk kuburan yang di sekelilingnya di buat batu belerang yang berada di sebelah utara. Lokasi ini merupakan lokasi pertama yang paling banyak dikunjungi oleh para pelaku ercibal dan yang kedua adalah Lau Debuk-debuk. Di sekitar tempat pemberian sesajian, dikelilingi oleh batu belerang besar dan juga di kelilingi oleh hutan dan juga terdapat satu pancuran air kecil . Namun disekitar tempat pemberian sesajian tidak banyak terdapat pohon. Menurut penuturan Bp. M T Tarigan 52 tahun tidak banyaknya tumbuhan yang tumbuh disekitar tempat pemberian sesajian dikarenakan dahulu terdapat Guru Penawar yaitu Guru Kandibata Guru Pertawar Reme yang terkenal mampu mengobati segala jenis penyakit di tanah Karo. Dan di Alas-Gayo Aceh. Pada suatu waktu guru bersama istrinya merantau ke Alas dan meninggalkan anaknya yaitu Tandang Kumerlang dan Tandang Suasa. Telah berkali-kali utusan dikirim ke Alas untuk menjemput kedua orang tua anak tersebut, berhubung di Tanah Karo telah berjangkit suatu penyakit yaitu cacar air dan kedua anak guru tersebut sakit dan akhirnya meninggal. Namun sang dukun belum juga pulang dengan suatu pesan dan janji walau nanti kedua anaknya meninggal asal masih ada tulang- tulangnya, sang dukun dapat menghidupkan kembali anak-anaknya. Akhirnya sang dukun dengan istrinya kembali dan melihat kuburan anak- anaknya. Tetapi tidak ada lagi dijumpai tulang-tulang anaknya. Maka sang guru dan istrinya datang ke Deleng Pertektekken memohon kepada Nini Karo Kertah Ernala dengan janji menyerahkan segala harta dan keahliannya kepada nini asal kedua anaknya dapat dihidupkan kembali. Tetapi permohonan sang dukun tidak dapat dikabulkan karena semua tulang-tulang anaknya sudah leyap di kawah Universitas Sumatera Utara 49 sibayak. akhirnya sang dukun menyesal dan membuang semua keahliannya dan memamcangkan pisau saktinya ke suatu pohon dan mengatakan “adi anakku pe labo lanai banci ku mpegeluh, maka guri-guri ku enda ku empetken”. Tempat tersebut dinamai “pertektekken” atau pemancungan, dimana tak ada lagi tanaman yang tumbuh dan apabila ada binatang yang lewat di atasnya akan mati lemas, sedangkan di sekitar tempat tersebut pepohonan, rumput-rumput tumbuh subur. Jenis flora yang tumbuh di kawasan ini hanya pohon kayu-kayu besar dan pohon beringin sedangkan jenis fauna yang ada di sekitar Deleng Pertektekken yaitu burung.

3.2.3 Deleng Singkut