Pengertian Pembelajaran Aktif Strategi Pembelajaran Aktif

e. Langkah kelima, siswa diminta untuk belajar lagi untuk babak kedua, kemudian guru mengajukan pertanyaan tes lagi sebagai bagian dari babak kedua, siswa diminta untuk menjumlahkan skor mereka untuk mendapatkan skor tim dst. Dalam turnamen belajar guru dapat melakukan turnamen dengan berbagai ronde sesuai dengan keinginannya. Jika dalam turnamen belajar siswa menjawab pertanyaan salah maka skor mereka akan dikurangi 2 atau 3. Sedangkan bagi siswa yang tidak menjawab sama sekali dianggap 0.

3. Pembelajaran Konvensional

Metode ceramah merupakan suatu metode penyampaian informasi, dimana guru berbicara memberi materi ajar secara aktif dan peserta didik mendengarkan atau menerimanya. “Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah ”, 32 karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara pembimbing belajar dengan pembelajar dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. “Hudoyo menyatakan bahwa ciri metode ceramah adalah guru berbicara terus-menerus didepan kelas, sedang para siswa sebagai pendengar ”. 33 Pembelajaran konvensional tradisional pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru. Metode ceramah memberikan siswa konsep yang telah disiapkan dengan rapi, matematis, lengkap sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur. 32 Rahayu Noveandini, Pemanfaatan Media Pembelajaran Secara Online e-learning bagi Wanita Karir dalam Upaya Meningkatkan Efektivitas dan Fleksibilitas Pemantauan Kegiatan Belajar Siswai SD Jur, STMIK Jakarta, 19 Juni 2010 h. A-73 33 Baso Intang, Pengaruh Metode Mengajar dan Ragam Tes Terhadap Hasil Belajar Matematika Dengan Mengontrol Sikap Siswa, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2006, h. 6 Dalam sistem ini guru telah menyajikan dalam bentuk yang telah disiapkan secara rapi, sistematis, dan lengkap sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara teratur. Secara garis besar prosedur itu adalah: 34 Preparasi, guru mempersiapkan bahan perlengkapan secara sistematis dan rapi. 2 Apersepsi, guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian anak didik kepada materi yang akan diajarkan. 3 Presentasi, guru menyajikan bahan dengan cara memberikan ceramah atau menyusruh siswa membaca bahan yang telah disiapkan dari buku teks tertentu atau yang ditulis guru sendiri. 4 Resitasi, guru bertanya dan anak didik menjawab sesuai dengan bahan yang dipelajari atau anak didik disuruh menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri resitasi tentang pokok-pokok masalah. Yang telah dipelajari, baik yang dipelajari secara lisan maupun tulisan. Ceramah sebagai metode pengajaran mempunyai beberapa kelebihan yaitu: 1. Hemat dalam penggunaan waktu dan alat, 2. Mampu membangkitkan minat dan antusias siswa, 3. Membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan mendengarnya, 4. Merangsang kemampuan siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber, 5. Mampu menyampaikan pengetahuan yang belum pernah diketahui siswa Disamping beberapa kelebihan ceramah juga memiliki kelemahan diantaranya: a Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru. b Ceramah yang tidak disertai peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme. c Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap metode yang membosankan. Melalui ceramah sangat sulit mengetahui apakah siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Walaupun ketika siswa diberikan kesempatan untuk bertanya, semua itu tidak menjamin siswa seluruhnya salah paham. Untuk meningkatkan kefektifan metode ceramah, maka disamping memanfaatkan 34 Saiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, hal. 21