Pembelajaran Matematika Hasil Belajar Matematika

secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif ”. 4 Dalam dokumen Standar Kompetensi mata pelajaran matematika untuk satuan SD dan MI pada kurikulum 2004 disebutkan “Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas”. “Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, dan diagram dalam menjelaskan gagasan ”. 5 Adapun tujuan pembelajaran matematika adalah “melatih dan menumbuhkan cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten. Serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri sesuai dalam menyelesaikan masalah ”. 6 Dalam adanya tujuan pembelajaran matematika ini diharapkan siswa dapat memahami konsep matematika, dapat menjelaskan keterkaitan antar konsep serta mengaplikasikan konsep secara akurat dalam memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, dengan pembelajaran matematika diharapkan siswa memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dalam mempelajari matematika serta percaya diri dalam memecahkan suatu masalah. Pada hakikatnya belajar matematika adalah berfikir dan berbuat atau mengerjakan matematika. 7 Hudoyo menyatakan seseorang dikatakan belajar matematika apabila pada diri seorang tersebut terjadi suatu kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika. 4 Ibid, h. 4. 5 Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SD dan MI. Jakarta: DEPDIKNAS. 2003, h. 5 6 Ibid, h. 6 7 Al krismanto Dkk, Beberapa Teknik, model dan strategi dalam pembelajaran matematika, Departemen Pendidikan Nasional 2003. h 1

b. Pengertian Belajar

“Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa disekolah dan lingkungan sekitarnya ”. 8 “Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar, salah satu tahapannya adalah yang dikemukakan oleh Witting yaitu: a tahap acquisition, yaitu tahap perolehan informasi, b tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informas,i c tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi ”. 9 Selanjutnya ada, yang mendefinisikan: “belajar adalah berubah”. 10 Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, dan tingkah laku pribadi seseorang. Ernes ER. Hilgard, mendefinisikan sebagai berikut: leraning is the process by which an activity originates or is charged throught training procedures wether in the laboratory or in the natural environments as disitinguished from changes by factor not attributable to training. Artinya, seseorang dapat dikatakan belajar kalau dapat melakukan sesuatu dengan cara latihan-latihan sehingga yang bersangkutan bisa berubah. 11 Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perbuatan belajar terjadi karena interaksi seseorang dengan lingkungannya yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada berbagai aspek, diantaranya 8 Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008. Cet 1 h. 1 9 Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008. Cet 1 h. 1 10 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta : Rajawali Press : 2011. Cet 19 h. 21 11 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi GuruPendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas, Jakarta: kencana, 2010. Cet.2 h. 4 pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan-perubahan yang terjadi disadari oleh individu yang belajar, berkesinambungan dan akan berdampak pada fungsi kehidupan lainnya. Selain itu perubahan bersifat positif, terjadi karena peran aktif dari pembelajar, tidak bersifat sementara, bertujuan dan perubahan yang terjadi meliputi keseluruhan tingkah laku pada sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. Sejalan dengan perubahan paradigma dalam belajar, belajar tidak efektif jika anak duduk dengan manis dikelas sementara guru menjejali anak dengan berbagai hal, namun belajar saat ini memiliki kecenderungan dengan istilah belajar aktif merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri. Kemampuan belajar mandiri merupakan tujuan akhir dari belajar aktif. Untuk mencapai hal tersebut, kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar bermakna bagi siswa. Belajar bermakna terjadi apabila siswa berperan secara aktif dalam proses belajar dan akhirnya mampu merumuskan apa yang akan dipelajarinya. Keberhasilan belajar seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri sendiri, seperti fisik yang sehat, memiliki motivasi atau minat yang kuat untuk belajar, kesehatan fisik dan motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, karena keadaan fisik yang kurang sehat akan mengganggu konsentrasi siswa dalam mengikuti pelajaran dan motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran berkurang. 12 Faktor eksternal adalah lingkungan keluarga yang harmonis, perhatian orang tua, fasilitas belajar yang memadai, apabila keadaan keluarga yang harmonis dan adanya perhatian orang tua akan sangat mempengaruhi psikologis anak yang positif begitu juga dengan adanya fasilitas belajar yang memadai akan membantu kegiatan belajar siswa. 13 12 Zikri Neni Iska, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Kizi Brothers, 2008. Cet 1 h. 91 13 Ibid, h. 91 Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan kondisi belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan mengajar. Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Mengenai tujuan belajar itu sebenarnya banyak dan bervariasi. Tujuan-tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan dengan instructional effect, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan tujuan-tujuan yang lebih merupakan hasil sampingan yaitu: tercapai karena siswa “menghidupi to live in suatu sistem lingkungan belajar tertentu seperti contohnya, kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima pendapat orang lain. Semua itu lazim diberi istilah nurturant effect. Jadi guru dalam mengajar, harus sudah memiliki rencana dan menetapkan strategi belajar-mengajar untuk mencapai instructional effect, maupun kedua-duanya. Dari uraian diatas, kalau dirangkum dan ditinjau secara umum, maka tujuan belajar itu ada tiga jenis yaitu: untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, pembentukan sikap. 1. Untuk mendapatkan pengetahuan seseorang tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan dan sebaliknya kemampuan berfiki seseorang dapat memperkaya pengetahuan. 2. Penanaman konsep dan keterampilan Penanaman konsep memerlukan keterampilan. Keterampilan dibagi menjadi dua macam yaitu: keterampilan jasmaniah dan rohani. Keterampilan jasmaniah adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat dan diamati, seperti penampilan anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat, karena bersifat lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan berfikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep. 3. Pembentukan sikap Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai. Guru sebagai pendidik tidak hanya mengajar, namun harus mampu menanamkan nilai-nilai tersebut kepada anak didiknya. 14 Jadi pada intinya, tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mentalnilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar. Prinsip belajar menurut Slameto, berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar: 1 Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional, 2 Belajar harus dapat menimbulkan “reinforcement” dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional, 3 Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif, 4 Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. 15

c. Hasil Belajar Matematika

Suatu proses belajar akan menghasilkan hasil belajar, terlihat dari apa yang dilakukan oleh siswa yang sebelumnya tidak dapat dibuktikan dengan perbuatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana yang menyatakan: “suatu perbuatan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai pengetahuan tetapi juga pengetahuan untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap dan cita- cita.” “Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup 14 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: Rajawali Press : 2011. Cet 19 h. 26-29 15 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi GuruPendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas, Jakarta: kencana, 2010. Cet.2 h. 62