Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap penyelenggaraan dan jenjang pendidikan.
3
Ini berarti berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses
belajar yang dialami siswa. Oleh karena itu pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh
para pendidik khususnya para guru. Guru sebagai pengelola proses belajar dan salah satu sumber belajar
memang memberi pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa. Sehingga guru harus menciptakan suasana belajar baru dalam proses pembelajaran dengan
berbagai cara agar siswa antusias dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya, dengan memperkenalkan kepada anak berbagai macam kegiatan belajar
seperti bermain sambil belajar, menggunakan berbagai metode pembelajaran pada saat mengajar matematika, mengaitkan kembali matematika dengan dunia anak.
Pemerintah telah melakukan pembaharuan dan usaha untuk melakukan perbaikan pada sistem pendidikan, seperti penyempurnaan kurikulum, dengan
meningkatkan kemampuan guru melalui penataran. Meskipun pemerintah sudah melakukan pembaharuan dalam penyempurnaan kurikulum dengan meningkatkan
kemampuan guru melalui penataran, namun pada faktanya, mutu pendidikan di Indonesia masih jauh dari sempurna. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia
dapat dilihat dari rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran tertentu khususnya matematika.
Berdasarkan data dari PISA Programme for International Student Assessment tahun 2009, menyebutkan bahwa peringkat matematika Indonesia
menduduki urutan ke 61 dari 65 negara.
4
Pada PISA 2012, Indonesia kembali lagi pada peringkat bawah, seperti yang diberitakan oleh BBC “At the lowest end are
mexico, brazil and Indonesia”.
5
Dengan predikat ini bisa mencerminkan bagaimana sistem pendidikan Indonesia yang sedang berjalan saat ini.
3
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Jakarta: Rosdakarya, 2010 cet 15 h. 87
4
http:www.oecd.orgpisa46643496.pdf, diakses tanggal 1 September 2013
5
http:www.bbc.co.uknewseducation-20498356
Keadaan seperti itu tidak jauh berbeda dengan realita yang ada pada tingkat MISD khususnya. Berdasarkan hasil observasi di
sekolah, data hasil belajar matematika MIN Parung kelas IV, pada materi bilangan bulat ternyata hanya 41
siswa yang nilai matematikanya mencapai KKM Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan oleh sekolah tersebut dan selebihnya 59 siswa kelas IV belum
memenuhi KKM yang ditentukan. Ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa tergolong masih rendah.
Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab semua itu, salah satu faktornya yaitu dari faktor guru.
Masalah yang terjadi dilapangan adalah tidak sedikit guru dalam proses pembelajaran hanya melakukan komunikasi satu arah dimana guru
masih menggunakan metode konvensional ceramah dalam pembelajaran matematika, guru menjelaskan materi pelajaran dengan ceramah, memberikan
contoh, dan latihan soal yang dikerjakan oleh siswa. Berbagai macam materi pelajaran matematika diberikan dan cenderung hanya memberikan rumus jalan
pintas agar siswa kelihatan menguasai matematika. Akan tetapi, sebenarnya siswa tidak mengerti apa yang sedang mereka kerjakan karena siswa dapat
menggunakan rumus tetapi tidak tahu dari mana asalnya rumus itu dan mengapa rumus itu digunakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas IV MIN
parung, dalam proses pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah dan latihan LKS dan belum pernah menerapkan strategi pembelajaran aktif.
Hal tersebut dapat berdampak pada hasil belajar siswa karena keberhasilan suatu pembelajaran dilihat dari keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran yaitu dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi, serta prestasi belajar siswa. Semakin tinggi tingkat pemahaman, penguasan materi,
serta prestasi belajar siswa maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran siswa namun sebaliknya jika semakin rendah tingkat pemahaman,
penguasan materi, serta prestasi belajar siswa maka semakin rendah pula tingkat keberhasilan pembelajaran siswa.
Maka dapat disimpulkan rendahnya hasil belajar matematika dapat disebabkan karena peran guru sebagai pembimbing dan fasilitator tidak berusaha
untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif namun cenderung
mentransfer pengetahuan yang dimiliki tanpa melibatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran dan pemilihan metode pembelajaran yang tidak tepat menjadi
penghalang kelancaran proses belajar mengajar sehingga banyak tenaga dan waktu yang terbuang sia-sia.
Untuk dapat meningkatkan prestasi anak dalam pembelajaran matematika, salah satu faktor penunjang adalah adanya proses belajar yang efektif.
Kedewasaan manusia yang hidup dan berkembang adalah manusia yang selalu berubah dan perubahan itu merupkan hasil belajar. Perubhan yang dialami
seseorang karena hasil belajar dalam matematika menunjukan pada suatu proses kedewasaan yang dialami anak tersebut. Belajar matematika adalah proses yang
aktif,
6
semakin bertambah aktif anak dalam belajar matematika semakin ingat anak akan pelajaran matematika itu.
Peran guru sebagai pembimbing dan fasilitator, harus berusaha menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan kondisi dan situasi dalam proses pembelajaran menentukan berhasil atau tidaknya suatu
pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut peranan guru sebagai salah satu komponen pembelajaran memegang peranan sangat penting dalam menentukan
keberhasilan pembelajaran, untuk itu guru harus menentukan bentuk kegiatan pembelajaran yang tepat disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran yang
akan diajarkan melibatkan keahlian siswa. Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa aktifitas siswa sangat diperlukan
dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa dituntut aktif dalam membuat suatu perencanaan pembelajaran dan melaksanakannya. Kondisi tersebut
menunjukkan perlu adanya perubahan dan perbaikan dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan meningkatkan kualitas pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa tersebut maka diperlukan pembelajaran aktif.
6
Erna Suwangsih, Model Pembelajaran Matematika, Bandung: UPI PRESS, 2006 cet. 1 h. 18
“Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswanya untuk belajar aktif
”.
7
Strategi pembelajaran aktif ini merupakan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses
pembelajaran. Ada berbagai macam teknik dalam pembelajaran aktif diantaranya adalah metode turnamen belajar. Turnamen Belajar merupakan salah satu strategi
pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar matematika siswa dalam proses belajar,
“metode turnamen belajar ini menggabungkan kelompok belajar dan kompetisi tim untuk meningkatkan
pembelajaran beragam fakta, konsep dan keterampilan. ”
8
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian tentang
“Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif
Metode Turnamen Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDMI
”