23
b. Faktor Eksternal
1 Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan prestasi belajar siswa. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat
berupa lingkungan sosial.
32
Lingkungan alam, misalnya keadaan suhu, kelembaban, dan sebagainya. Belajar pada tengah hari di ruang yang
memiliki ventilasi udara kurang tentunya akan berbeda belajar di pagi hari yang udaranya masih segar dengan ruangan yang cukup mendukung.
Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar siswa.
Hirik pikuk lingkungan sosial seperti, suara mesin pabrik, lalu lintas, gemuruhnya pasar dan lain-lain juga akan berpengaruh terhadap proses
dan prestasi belajar siswa.
2 Faktor Instrumental
Faktor instrumental
adalah faktor
yang keberadaan
dan penggunaannya dirancang sesuai dengan prestasi belajar yang
diharapkan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana dan prasarana dan guru, yang jelas sangat besar pengaruhya dalam
proses dan prestasi belajar siswa karena faktor instrumental inilah yang menentukan bagaimana proses belajar mengajar itu akar terjadi di dalam
diri si pelajar.
33
Salah satu faktor yang berpengaruh besar terhadap prestasi belajar siswa adalah guru. Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Guru
juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya
32
Zikri Neni Iska, Psikologiā¦, h. 89
33
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, h. 107
24
agar mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah SWT.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi
peserta didik. Oleh sebab itu guru diharuskan memiliki beberapa kompetensi, diantaranya kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
kompetensi profesional agar siswa memperoleh hasil belajar terbaik sesuai harapan. Selain itu dalam rangka mengoptimalkan prestasi siswa,
guru dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuan belajar pendidikan agama Islam dengan jalan mengefektifkan proses pembelajaran.
Tindakan guru dalam mengatasi masalah ini adalah sebagai berikut:
34
1. Guru harus mampu menyusun perencanaan pembelajaran yang bijak.
Setiap guru
harus mengetahui
unsur-unsur perencanaan
pembelajaran yang baik, antara lain, kebutuhan-kebutuhan siswa, tujuan-tujuan yang hendak dicapai, berbagai strategi yang relevan
digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, dan kriteria evaluasi. 2.
Guru harus mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa- siswanya. Seorang guru harus mengetahui teori-teori komunikasi
yang efektif, karena tidak akan terlalu bermanfaat ilmu yang dikuasai guru kalau dia tidak mampu mengkomunikasikannya pada
siswa secara baik. 3.
Guru harus mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang membelajarkan. Guru tidak bisa mengontrol intensitas siswa dalam
menyerap bahan-bahan pelajaran, untuk itulah guru sebaiknya terus mengubah dan mengembangkan strategi agar mampu membuat
siswa-siswanya belajar. 4.
Guru harus mampu menguasai kelas. Dalam hai ini, guru harus mengenali benar siswa-siswanya sesuai dengan kemampuan siswa
dengan menggunakan berbagai pendekatan pedagogis yang mampu
34
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta: Kencana, 2004, Cet. 1, h. 122
25
menciptakan suasana tenang, penuh keceriaan dan motivasi untuk belajar.
5. Guru harus mampu melakukan evaluasi secara benar. Seorang guru
yang baik, tidak cukup hanya didukung oleh perencanaan pembelajaran, kemampuan mengembangkan proses pembelajaran,
penguasaannya terhadap bahan ajar, serta kemampuan peguasaan kelas, tanpa diimbangi dengan kemampuan melakukan evaluasi
terhadap pencapaian kompetensi siswa, yang sangat menentukan dalam konteks perencanaan berikutnya.
C. Kerangka Berpikir
Pendidikan agama Islam merupakan pengetahuan yang penting untuk membentuk moral siswa menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Oleh sebab itu, pendidikan agama Islam wajib dimasukkan dalam kurikulum sekolah pada setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan
Pendidikan agama Islam di setiap sekolah, memiliki susunan kurikulum yang berbeda sesuai dengan jenis, jalur dan jenjang
pendidikannya. Pendidikan agama Islam di MTs berbeda dengan pendidikan agama Islam di, SMP misalnya, siswa MTs memperoleh pelajaran agama
lebih banyak dibandingkan siswa SMP. Hal ini disebabkan karena pelajaran agama Islam yang dipelajari di SMP hanya dalam satu modul saja, sedang di
MTs mata pelajaran agama Islam dibagi dalam beberapa sub bidang studi, seperti Al Quran Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, Tarikh, dan Bahasa Arab.
Terlihat ada perbedaan antara MTs dengan SMP dalam beban dan pengalaman belajar agama Islam.
Perbedaan kurikulum mata pelajaran Pendidikan Agama Islam antara MTs dengan SMP tersebut membawa pengaruh terhadap prestasi belajar
siswa, ditinjau dari penguasaan sejumlah pengetahuan atau materi pendidikan Agama Islam, kemampuan membaca Al Quran, dan sikap keberagamaan