25
menciptakan suasana tenang, penuh keceriaan dan motivasi untuk belajar.
5. Guru harus mampu melakukan evaluasi secara benar. Seorang guru
yang baik, tidak cukup hanya didukung oleh perencanaan pembelajaran, kemampuan mengembangkan proses pembelajaran,
penguasaannya terhadap bahan ajar, serta kemampuan peguasaan kelas, tanpa diimbangi dengan kemampuan melakukan evaluasi
terhadap pencapaian kompetensi siswa, yang sangat menentukan dalam konteks perencanaan berikutnya.
C. Kerangka Berpikir
Pendidikan agama Islam merupakan pengetahuan yang penting untuk membentuk moral siswa menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Oleh sebab itu, pendidikan agama Islam wajib dimasukkan dalam kurikulum sekolah pada setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan
Pendidikan agama Islam di setiap sekolah, memiliki susunan kurikulum yang berbeda sesuai dengan jenis, jalur dan jenjang
pendidikannya. Pendidikan agama Islam di MTs berbeda dengan pendidikan agama Islam di, SMP misalnya, siswa MTs memperoleh pelajaran agama
lebih banyak dibandingkan siswa SMP. Hal ini disebabkan karena pelajaran agama Islam yang dipelajari di SMP hanya dalam satu modul saja, sedang di
MTs mata pelajaran agama Islam dibagi dalam beberapa sub bidang studi, seperti Al Quran Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, Tarikh, dan Bahasa Arab.
Terlihat ada perbedaan antara MTs dengan SMP dalam beban dan pengalaman belajar agama Islam.
Perbedaan kurikulum mata pelajaran Pendidikan Agama Islam antara MTs dengan SMP tersebut membawa pengaruh terhadap prestasi belajar
siswa, ditinjau dari penguasaan sejumlah pengetahuan atau materi pendidikan Agama Islam, kemampuan membaca Al Quran, dan sikap keberagamaan
26
siswa yang meliputi: ketaatan dalam menjalankan ibadah, gaya hidup dan moral.
Dalam hal ini persoalan yang dihadapi guru sangat realistis, bahwa siswa dalam kelasnya memiliki keragaman dalam kemampuan belajar, baik
dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan belajar maupun pengalaman belajar sebelumnya. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah yang jelas untuk
mengupayakan optimalisasi
kemampuan siswa
dalam mengikuti
pembelajaran pendidikan agama Islam sehingga siswa mendapat prestasi belajar sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
ditetapkan.
D. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan yang bersifat sementara yang mungkin benar atau mungkin juga salah terhadap permasalahan yang diajukan dalam
penelitian.
35
Hipotesis akan ditolak jika salah satu palsu dan akan diterima jika fakta membenarkannya
.
Terdapat dua hipotesis yang hendak diujikan kebenarannya pada penelitian ini, yakni:
a. Hipotesis Alternatif
Terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan
siswa yang berasal dari SMP b.
Hipotesis Nihil Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar
Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP
35
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007, Cet. 2, h. 162
27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan Field Research dengan pendekatan kuantitatif.
Penelitian ini menggunakan analisis komparasional, yaitu membandingkan prestasi belajar siswa berdasarkan perbedaan latar belakang pendidikan
formalnya.
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan dijadikan objek pengamatan penelitian.
1
Sesuai dengan permasalahan yang sudah dirumuskan, maka variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel Bebas Independent Variabel adalah variabel yang menentukan
arah atau perubahan tertentu pada variabel terikat.
2
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas X adalah: Prestasi belajar Pendidikan
Agama Islam siswa SMA yang berasal dari MTs.
1
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007, Cet. 2, h. 144
2
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, 2005, Ed. 1, Cet. 4, h. 62