Relevansi Pemikiran Pendidikan Islam Ahmad Dahlan

Sesudah Indonesi merdeka, Muhamamdiyah juga mendirikan dan mengembangkan Perguruan Tinggi Muhammadiyah PTM dalam bentuk universitas, institut, sekolah tinggi atau akademi. 114 Hal ini sebagai bukti bahwa selain sebagai tokoh pemikir pendidikan Islam Ahmad Dahlan adalah tokoh yang memiliki aksi nyata yang kiprahnya telah terbukti dengan berdirinya berbagai lembaga pedidikan Islam di indonesia dengan nuansa Muhammadiyah. Tabel Jumlah PTM sampai Oktober 1990 115 No Jenis PTM Jumlah 1 Universitas 23 2 Institut IKIP 4 IAIM 6 3 Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi 1 Ilmu Ekonomi 4 Ilmu Hukum 2 Ilmu SIP 2 Ilmu Teknik 1 KIP 16 Ilmu Dakwah 2 Ilmu Tarbiyah 6 Ilmu Ushuluddin 1 4 Akademi Akuntansi 1 Analisis Kesehatan 1 Gizi 1 KUBANK 1 Perawatan 2 Pertanian 1 SMI 1 Teknologi 1 Jumlah 78 Sumber : Suara Muhammadiyah No : 04761991. 114 Ibid, h. 211 115 Ibid, h. 212 Data perkembangan Muhammadiyah 116 Amal Usaha 1912 1922 1932 1942 1952 1962 1972 1982 1990 Ket Anggota 9 988 7968 150 59 169 543 685 Mubaligh 232 3808 5399 7988 Cab gr 1 25 463 1100 1835 2740 1130 Daerah Wilayah 16 22 68 94 25 237 25 237 26 Sekolahan 7 1003 1700 2004 5828 14.461 TK-SMTA RSRB 1 7 57 75 215 Keterengan : Kolom yang kosong menunjukkan belum adanya data. Sejak tahun 1965, tidak terdapat catatan data tentang ranting atau group gr. Tahun 1962, masjid mushola ; 2604 dan 1990 ; 4792, PTM sebanyak 73 buah. Dalam hal memajukan pendidikan, Ahmad Dahlan langsung memberi contoh yang sebenar-benarnya. Beliau sendiri yang langsung turun tangan dengan mengumpulkan dana, tanah dan bahan bangunannya. Dahulu beliau pernah mengundang para hartawan di Yogyakarta yang bersimpati terhadap usaha dan cita-citanya. Kepada mereka Ahmad Dahlan meminjam uang. Semula dikira mereka uang itu untuk kepentingannya sendiri. Tetapi rupanya uang itu digunakan untuk mendirikan rumah sekolah yang terdiri mula-mula dari tiga ruangan. Sesudah selesai, orang-orang yang meminjami uang itu diberi tahu bahwa uang itu dipergunakan untuk mendirikan madrasah. Sedangkan Ahmad Dahlan telah mendermakan tanah miliknya sendiri agar para hartawan itu tidak terburu-buru meminta kembali uangnya. Akhirnya, mereka mendermakan uang yang dipinjamkannya, bahkan ada pula yang menambahnya. 117 116 Sutrisno Kutoyo, Op. Cit, h. 198 117 Ibid, h.201 Sekolah-sekolah di Jawa dan Madura Tahun 1932 118 Tipe sekolah Jabar Jateng Jatim Madura Jumlah Volksschool 8 88 2 98 Standardschool 1 23 2 2 28 Schakel 17 5 1 23 HIS 7 32 10 1 50 MULO Normal HIK 1 2 1 4 Kweekschool 1 3 4 Jumlah 18 165 20 4 207 Sekolah Agama - Diniah - Wustha 2 1 59 9 12 1 4 77 11 Jumlah 3 68 13 4 88 Lain-lain - Aisyiyah Sekolah Wanita 2 6 8 - Sekolah Yatim 7 7 - Bustanul Athfal 1 1 2 - Lain-lain 4 4 Jumlah 3 18 21 118 Syarifudin Jurdi, dkk ed, 1 Abad Muhammadiyah Gagasan Pembaruan Sosial Keagamaan, Jakarta : Kompas, 2010, h. 102 76

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan mengenai “Studi Komparasi Pemikiran Hasan Al-Banna dan Ahmad Dahlan tentang Konsep Pendidikan Islam ”, maka penulis menyimpulkan bahwa :

1. Pemikiran pendidikan Islam

a. Hasan al-Banna Asas pondasi pendidikan Islam adalah Qur’an, Sunnah Rasul SAW dan Amaliyat Sahabat. Tujuan pendidikan Islam adalah menjadikan Individu muslim, rumah tangga muslim, warga negara muslim dan pemerintahan muslim. Materi dalam pendidikan Islam harus mengandung 5 aspek yaitu aspek Akidah, aspek ibadah, aspek akhlak, aspek jasmani dan aspek jihad. Metode yang digunakan dalam pendidikan Islam adalah keteladanan, cerita, praktik dan mendidik dengan hati. Antara pendidik dan peserta didik harus terjalin hubungan yang harmonis, mendo’akan kesuksesan peserta didik, menganggap peserta didik sebagai anak kandung. Dan bentuk evaluasi dalam pendidikan Islam adalah dengan al- Muhasabah, evaluasi proses dilakukan pendidik guru, evaluasi hasil boleh dilakukan orang lain dan materi ujian relevan dengan yang diajarkan. b. Ahmad Dahlan Asas pondasi pendidikan Islam adalah Qur’an dan Sunnah Rasul SAW. Tujuan pendidikan Islam adalah Mampu membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama serta luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan. Materi dalam pendidikan Islam mencakup pengetahuan agama meliputi al- Qur’an dan al-Hadis, pengetahuan umum meliputi ilmu sejarah, ilmu hitung, menggambar, bahasa Melayu, bahasa Belanda dan bahasa Inggris. Dan Kurikulumnya secara umum berisi : Pendidikan moral, Pendidikan individu, dan Pendidikan kemasyarakatan. Metode yang digunakan dalam pendidikan Islam disesuaikan dengan kemampuan siswa dan tidak menggunakan pendekatan yang tekstual tetapi kontekstual. Hubungan antara pendidik dengan peserta didik dalam pendidikan Islam adalah murid harus berlaku hormat pada guru sebagai wujud dari budi akhlak Islam.

2. Persamaan dan perbedaan pemikiran pendidikan Islam

Persamaan pemikiran antara Hasan al-Banna dalam pendidikan Islam adalah, menjadikan al- Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW sebagai asaspondasi dalam pendidikan Islam, tauhid sebagai materi utama dalam pendidikan Islam, perlunya pendidikan keterampilan dan guru haruslah mampu menjadi panutan dan memiliki kompetensi. Sedangkan perbedaannya terletak pada Ahmad Dahlan tidak menjadikan amaliyat sahabat sebagai asas dalam pendidikan Islam, dan Hasan al-Banna bersikap lebih tertutup dengan peradaban Barat sedangkan kalau Ahmad Dahlan dia mau mengambil segala sesuatu yang baik dan patut di contoh dari Belanda, seperti sistem pendidikan klasikal.

3. Relevansi pemikiran pendidikan Islam

a. Hasan al-Banna Pemikiran pendidikan Islamnnya relevan dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa materi pendidikan harus bersifat komprehensif, metode yang digunakan guru harus disesuaikan dengan materi dan tujuan yang akan dicapai serta bagaimana hubungan guru dengan murid dalam pendidikan Islam. b. Ahmad Dahlan Buah dari hasil pemikirannya, beliau mampu menciptakan sekolah Muhammadiyah yang mengintegrasikan antara pengetahuan umum dengan pengetahuan agama serta sistem pendidikan keagamaan dari Ahmad Dahlan berkembang dan menjadi acuan utama dalam pendidikan keagamaan di sekolah- sekolah Indonesia dewasa ini.

B. Implikasi

Setelah penulis mengadakan penelitian dan kajian pustaka terhadap pemikiran pendidikan Islam Hasan al-Banna dan Ahmad Dahlan. Implikasinya adalah bahwa sesebenarnya dalam kitab yang menjadi pedoman umat Islam yakni al- Qur’an dan Hadist dan apabila kita mau menelaah secara lebih mendalam pemikiran pendidikan Islam dari tokoh muslim ternyata akan kita temukan konsep pendidikan yang ideal itu sudah mereka gagas sebelumnya, sesuai dengan nilai- nilai pendidikan yang ada dalam al- Qur’an dan hadist. Ini menunjukkan bahwa Islam sejatinya sudah memiliki sistem pendidikan yang sangat luar biasa dan masih relevan apabila kita terapkan dalam sistem pendidikan saat ini.

C. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah: 1. Kepada pendidik, untuk senantiasa memperbaiki sikap dan tingkah laku karena apa yang kita lakukan akan dilihat dan ditiru oleh anak didik kita, menjadi pendidik yang lebih profesional dan berkompetensi dalam bidangnya dan menguasai bidang-bidang yang lain, harus mampu menggunakan metode yang sesuai dengan gaya belajar dan materi yang akan diajarkan serta senantiasa mendalami dan mengikuti arus perkembangan ilmu pengetahuan agar pengetahuan kita selalu terupdate dan tidak tertinggal. 2. Kepada lembaga pendidikan, hendaknya mampu mengaplikasikan dan mendukung penerapan sistem pendidikan yang sesuai dengan al- Qur’an dan hadist, mampu menyediakan berbagai media yang dapat mendukung jalannya proses pembelajaran dan tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang proses belajar siswa tercapainya tujuan pembelajaran disekolah. 3. Kepada masyarakat, pendidikan seyogyayanya bukan hanya urusan sekolah namun masyarakat juga memiliki andil yang cukup besar dalam proses pembelajaran. 4. Kepada pemerintah, untuk senantiasa mampu menyesuaikan sistem pendidikan serta kurikulum yang dipakai dengan apa yang ada dalam al- Qur’an dan hadist sehingga tujuan pedidikan Islam dapat tercapai secara menyeluruh.