Materi Pendidikan Islam Pemikiran Pendidikan Islam Ahmad Dahlan

Pembaharuan sistem pendidikan Islam yang dilakukan Ahmad Dahlan terlihat dari “pengembangan bentuk pendidikan dari model pondok pesantren dengan menggunakan metode sorogan, bandongan dan wetonan menjadi bentuk madrasah atau sekolah dengan menerapkan metode belajar secara klasikal ”. 94 Dengan sistem pendidikan seperti itu Muhammadiyah telah mengenal rencana pelajaran yang teratur dan integral, sehingga hasil belajar lebih dapat di evaluasi. Hubungan guru dan murid didalam lembaga pendidikan Muhammadiyah kiranya lebih akrab, bebas dan demokratis, yang berbeda dengan lembaga pendidikan tradisional yang mengesankan guru bersifat otoriter dengan keilmuannya. Pendirian lembaga Muhammadiyah dengan model pendidikan seperti itu merupakan kepedulian utama Ahmad Dahlan mengimbangi dan menandingi sekolah pemerintah Belanda. Dia merasa terkesan dengan kerja para misionaris Kristen yang mendirikan sekolah dengan fasilitas yang lengkap. 95

e. Pendidik dan Peserta Didik

Pendidik dan peserta didik adalah dua hal yang tidak mungkin dipisahkan apabila kita berbicara mengenai pendidikan, dalam hal ini pendidikan Islam tentunya. Menurut Ahmad Dahlan etos kerja dan nalar pendidikan bisa dikaji dari doktrin pendidikan yang dikembangkannya dalam kalimat pendek “jadilah guru sekaligus murid ” yang merupakan konsep dasar pembelajaran yang bersumber dari pemahaman terhadap Islam. 96 Menjadi guru bagi Ahmad Dahlan berarti memiliki semangat atau etos penyebaran ilmu dan nilai kepada orang lain, sedang menjadi murid berarti memiliki semangat dan etos belajar kepada siapa saja dan kapan saja. Doktrin demikian sekaligus merupakan prinsip belajar sepanjang hayat selain prinsip “ballighuhu ‘anni walau aayat”. Namun etos belajar tersebut memerlukan sistem 94 Hery Sucipto, Loc. Cit, h.119 95 Toto Suharto, Loc. Cit, h. 309 96 Mukhaer Pakkana Nur Achmad Eds, Op. Cit, h. 11, lihat pula di Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan, Jakarta : Bumi Aksara, 1990, h. 225-235. nilai epistomologis tentang ketaktuntasan ilmu dan keterbukaan belajar bahkan kepada musuh sekalipun seperti berkali-kali diwasiatkan Ahmad Dahlan. 97 Guru merupakan salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan yang menjadi penentu keberhasilan proses pendidikan, termasuk dilingkungan perguruan Muhammadiyah. Namun, agak berbeda dengan posisi guru atau kyai dalam sistem pendidikan Islam tradisional dilingkungan Nahdhatul Ulama’ yang memiliki posisi dan peran kunci di lembaga pendidikan pesantren, posisi guru dilingkungan perguruan Muhammadiyah sama seperti halnya posisi guru di sekolah-sekolah swasta umum lainnya. Di lingkungan perguruan Muhammadiyah penentu kebijakan pendidikan adalah keputusan Majelis Pendidikan dan Pengajaran atau ketentuan organisasi lainnya. Karena itu, kedudukan dan peran guru di sekolah Muhammadiyah lebih sebagai pelaksana kebijakan pendidikan yang ditetapkan oleh Majelis Pendidikan dan Pengajaran. Hubungan guru-murid di perguruan Muhammadiyah berdasarkan norma bahwa murid harus berlaku hormat pada guru sebagai wujud dari budi akhlak Islam. 98 Implementasi doktrin pendidikan dan belajar “jadi guru dan murid” dalam praktik pendidikan lebih mudah dipahami dari gagasan dasar Paulo Preire yang lahir bersamaan dengan gerakan Muhammadiyah resmi berdiri pada tahun 1912. Doktrin ini mewarnai hampir seluruh kegiatan Muhammadiyah pada awal kelahirannya, terutama ketika gerakan ini berada dalam kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan hingga beliau wafat. 99 Beberapa persyaratan kompetensi guru dalam Muhammadiyah mengacu pada kriteria seorang pendidik, seperti: 1 Menguasai materi, 2 Program pengajaran 3 Pengelolaan kelas 97 Ibid, h. 12 98 Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2009, h. 100-101 99 Ibid, h.13