gambaran kompetensi kepribadian adalah mendidik dengan hati dan selalu mendoakan anak didik.
36
f. Evaluasi Pendidikan Islam
Evaluasi sebagai salah satu komponen pendidikan yang sasarannya adalah proses belajar mengajar, merupaka alat ukur untuk mengetahui tentang prestasi
dan pencapaian hasil setelah pelaksanaan proses belajar mengajar. Namun bukan berarti evaluasi itu hanya tertuju kepada hasil belajar murid, ia juga bisa
meramalkan tentang keuntungan yang diperoleh melalui penyelenggaraan yang tepat dalam merumuskan teknik-teknik.
Hasan al-Banna ingin memberikan informasi tentang sebuah prinsip evaluasi pendidikan Islam yaitu, materi evaluasi harus sesuai dengan bahan ajar yang
disampaikan. Allah dalam pandangan Hasan al-Banna pertama kali mengajarkan nama-nama benda kepada Adam, lalu Adam diperintahkan mempresentasikannya
kepada para malaikat bukan kepada Allah. Dengan demikian, evaluasi pendidikan itu bisa saja dilakukan oleh orang lain. Namun suatu hal yang lahir dari pemikiran
itu, mengujikan apa yang diajarkan dan mengajarkan apa yang akan diujikan. Jangan sampai terjadi yang sebaliknya.
37
Dalam pelaksanaan evaluasi, ada beberapa hal yang muncul dari pemikiran Hasan al-Banna diantaranya yang paling urgen sekali adalah kejujuran. Untuk
membentuk sifat jujur didalam diri peserta didik, ia menerapkan sebuah model evaluasi “al-muhasabah” sebagai sebuah metode untuk membentuk sikap percaya
pada diri sendiri, yaitu membuat pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan oleh seseorang kepda dirinya sendiri dan ia sendiri yang menjawabnya dengan “ya”
atau “tidak”. Instropeksi hanya dilakukan sendiri tidak memerlukan pengawasan
orang lain. Tujuannya adalah menanamkan kepercayaan pada diri sendiri.
38
36
Ibid, h. 208
37
Ibid, h. 210
38
Ibid, h. 211
B. Ahmad Dahlan
1. Riwayat Hidup Ahmad Dahlan
K.H. Ahmad Dahlan secara biologis bukan keturunan kraton bangsawan yang ningrat dengan status kasta dan memiliki hierarki sosial politik yang
berbeda.
39
K.H. Ahmad Dahlan yang pada waktu kecilnya bernama Muhammad Darwis, lahir pada tahun 1868 di Yogyakarta K.H. Abu Bakar dengan Siti
Aminah. K.H. Abu Bakar adalah khatib di masjid Agung Kesulthanan Yogyakarta, sedangkan ayah Siti Aminah adalah Penghulu Besar di Yogyakarta.
40
Namun ada juga yang mengatakan bahwa Ahmad Dahlan lahir pada tahun 1869 dengan nama Darwisy.
41
Mengenai tahun kelahiran Ahmad Dahlan secara pasti banyak perbedaan pendapat, Junus Salam dalam bukunya Riwayat Hidup K.H. Ahmad Dahlan :
Amal dan Perjuangannya, hanya menyebut tahun 1868 M atau 1285 H. Haji Soedja’ dalam Riwayat Hidup K.H. Ahmad Dahlan Pembina Muhammadiyah
hanya menyebut tahun 1869 M berbeda satu tahun dengan pendapat pertama. Sedangkan dalam buku yang berjudul Pembangun Indonesia yang dihimpun oleh
Sinar Kaum Muhammadiyah menyebutkan bahwa Ahmad Dahlan lahir pada hari sabtu 24 Sya’ban tahun 1827 H. Sedangkan menurut Drs. Oman Fathurrahman
ahli falak dari Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menyatakan bahwa Ahmad Dahlan lahir pada hari sabtu tanggal 24 Sya’ban tahun
1827 H bertepatan dengan tanggal 19 November 1870 M. Dan wafat pada tanggal 23 Februari tahun 1923, dalam usia yang relatif muda yakni 55 tahun atau 54
tahun.
42
39
Mukhaer Pakkana Nur Achmad Eds, Muhammadiyah Menjemput Perubahan, Tafsir Baru Gerakan Sosiak-Ekonomi-Politik, Jakarta : kerja sama P3SE STIE Ahmad Dahlan Jakarta
dan Penerbit Buku Kompas, 2005, h. 43
40
Weinata Sairin, Gerakan Pembaruan Muhammadiyah, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2008, h. 39
41
Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005, h. 98
42
Haedar Nashir,
Muhammadiyah Gerakan
Pembaruan, Yogyakarta
: Suara
Muhammadiyah, h. 110-111.