Pendidik dan Peserta Didik

Silsilah keturunannya adalah sebagai berikut : “Muhammad Darwis putra H. Abu Bakar, putra K.H.M. Sulaiman, Putra Kiai Murtadla, putra Kiai Ilyas, putra Demang Jurang Juru Kapindo, putra Demang Jurang Juru Sapisan, putra Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig, putra Maulana Muhammad Fadlullah Prapen, putra M aulana Ainul Yaqin, putra Maulana Ishaq dan Maulana Ibrahim”. 43 Garis keturunan Ahmad Dahlan dari pihak ibu menurut buku Eyang Abdurakhman, Plasakuning, Yogyakarta adalah berasal dari Kyai Muhammad Ali-Kyai Haji Hasan-Haji Ibrahim. Seorang putri anak perempuan Haji Ibrahim menikah dengan Kyai Haji Abu Bakar, dan menjadi ibunya Ahmad Dahlan. Kemudian, seorang putra anak laki-laki Haji Ibrahim, yaitu Kyai Ahmad Fadhil Kyai Penghulu, yang berarti saudara dari ibunda Ahmad Dahlan, mempunyai anak perempuan yaitu Siti Walidah yang lalu menikah dengan Ahmad Dahlan. Jadi, Siti Walidah dengan Ahmad Dahlan adalah saudara sepupu. 44 Ahmad Dahlan mempunyai 6 orang saudara, beliau merupakan anak ke-4 dari 7 bersaudara tersebut. Secara berurutan nama 7 bersaudara Ahmad Dahlan adalah sebagai berikut : a. Nyai Khatib Harun b. Nyai Muchsin, yang juga dikenal dengan Nyai Lurah Achmad Nur c. Nyai Haji Muhammad Shaleh d. Kyai Haji Ahmad Dahlan e. Nyai Haji Abdurrahman f. Nyai Haji Muhammad Faqih, dan g. Muhammad Basir, yang merupakan satu-satunya saudara laki-laki. 45 Dari perkawinan dengan Siti Walidah tahun 1889 Ahmad Dahlan dikaruniai enam anak yaitu Djohanah, Siradj, Siti Busyro, Siti Aisyah, Irfan dan Siti Zuharah. Siradj Dahlan pernah menjadi Direktur Madrasah Mu’allimin 43 weinata Sairin, Loc. Cit, h. 39 44 Sutrisno Kutoyo, Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah, Jakarta : Balai Pustaka, 1998, h. 41 45 Abdul Munir Mulkhan, Warisan Intelektual KH. Ahmad Dahlan dan Amal Muhammadiyah, Yogyakarta : PT. Percetakan Persatuan, 1990, h. 62 Muhammadiyah Yogyakarta, sedangkan Irfan Dahlan bermukim di Bangkok Thailand. 46 Selain Nyai Walidah, Ahmad Dahlan juga pernah memperistri beberapa wanita, yang semuanya janda dan tidak dikawini dalam waktu yang bersamaan, yaitu : a. Janda Haji Abdullah dan memperoleh seorang anak yang bernama R. Duri. b. Janda Nyai Rum, memperoleh seorang anak yang meninggal semasa bayi. c. Dengan janda Nyai Aisyah memperoleh seorang anak yang diberi nama Dandanah. d. Terakhir beliau menikah dengan janda Nyai Sholihah, namun tanpa dikarunia seorang anakpun. 47 Sewaktu kecil, Ahmad Dahlan tidak sempat menikmati pendidikan Barat untuk anak-anak kaum ningrat yang lulusannya biasanya disebut kapir landa. Malahan ia mendapatkan pendidikan tradisional di Kauman, Yogyakarta, dimana ayahnya sendiri K.H. Abu Bakar menjadi guru utamanya yang mengajarakan pelajaran-pelajaran dasar mengenai agama Islam. Seperti juga anak-anak kecil lain ketika itu, Ahmad Dahlan dikirim ke pesantren di Yogyakarta dan pesantren- pesantren lain dibeberapa tempat di Jawa. Dilembaga-lembaga pendidikan inilah, ia belajar pelajaran qira’ah, tafsir, fiqih, dan bahasa Arab. 48 Ahmad dahlan dilahirkan disebuah kampung yang bernama Kauman. Kampung Kauman merupakan lingkungan keagamaan yang sangat kuat, yang berpengaruh besar dalam perjalanan hidup Ahmad Dahlan dikemudian hari. Kauman kemudian secara populer menjadi nama dari setiap daerah yang berdekatan letaknya dengan masjid. 49 Bahkan dalam catatan sejarah, setelah Masjid Agung Kraton Yogyakarta Hadiningrat selesai dibangun, beberapa kerabat keraton yang ahli dalam maslah 46 Haidar Nashir, Op. Cit, h. 113 47 Abdul Munir Mulkhan, Loc. Cit, h. 62 48 Abuddin Nata, Op. Cit, h. 99 49 Weinata Sairin, Op. Cit, h. 40