Waktu Penelitian Analisis data

2 Hadits Tsulatsi al-Imam Hasan al-Banna, Penerbit Maktab al-Qur’an. Karya ini berintikan interpretasi Hasan al-Banna terhadap ayat-ayat al- Qur’an yang berkaitan dengan manusia, alam semesta dan alam metafisika yang meruapakan cuplikan ceramah-ceramah beliau setiap hari selasa. 3 Memoar Hasan al-Banna, terj, Penerbit Intermedia 1999. Merupakan agenda perjalanan hidupnya dan rintangan yang dihadapi seputar pelaksanaan dakwah. 4 4 Risalah Aqidatuna, risalah ini ditulis oleh Imam Hasan al-Banna pada tahun 1350 1931 M. Risalah ini menetapkan berbagai dimensi dakwah Islamiyah serta menegaskan kembali target dari gerakan al-Ikhwan al Muslimun adalah untuk mewujudkan kebaikan duniawi dan ukhrawi. 5 Risalah Da’watuna, ditulis pada tahun 1936 mengenai program dan tujuan jamaah al Ikhwan al Muslimun, risalah ini menjelaskan tentang prinsip-prinsip dakwahnya, dimana salah satu bahasannya menjelaskan ajaran jihad yang menjadi tujuannya. 6 Risalah al-Ta’lim, ditulis tahun 1359 H 1940 M. Risalah ini banyak membicarakan tentang sistem pendidikan Hasan al-Banna dalam organisasinya. 5 b. Data Sekunder Data sekunder adalah data-data yang mendukung data primer, yaitu buku- buku atau sumber-sumber lain yang relevan dengan penelitian ini. Data sekunder yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah buku-buku karangan tokoh- tokoh lain yang relevan dan berhubungan dengan pemikiran pendidikan islam kedua tokoh tersebut, ataupun data dari internet yang bisa mendukung penelitian ini. 4 Saidan, Op. Cit, h. 1007 5 Erwin Prayogi, Nilai- nilai Pendidikan Islam “Studi terhadap buku Majmu’atur-rasail” Karya Hasan al-Banna, Jakarta : FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, h. 29

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan mempelajari literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti dengan mengumpulkan data-data melalui bahan bacaan dengan bersumber pada buku-buku primer dan buku-buku sekunder yang berkaitan dengan masalah yang sedang di bahas.

2. Pengolahan Data

Setelah data-data terku,mpul lengkap selanjutnya yang penulis lakukan adalah membaca, mempelajari, meneliti, menyeleksi dan mengklasifikasi data-data yang relevan dan yang mendukung pokok bahasan, untuk selanjutnya penulis analisis, dan kemudian menyimpulkan dalam satu pembahasan yang utuh.

D. Analisis data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu memaparkan masalah-masalah sebagaimana adanya, disertai argumen- argumen. Kemudian menguraikan susunan pembahasan kepada bagian yang signifikan. Setelah di analisis, kemudian dipadukan kembali unsur-unsur tersebut untuk mencapai suatu kesimpulan. 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasan Al-Banna

1. Riwayat Hidup Hasan al-Banna

Hasan Al-Banna dilahirkan pada tanggal 17 Oktober 1906 M, di sebuah desa yang bernama Al-Mahmudiyyah mudiriah, Al-Bauhairah Mesir. 1 Mengenai tanggal kelahiran dari Hasan al Banna ada beberapa referensi yang berbeda, ada yang mengatakan beliau lahir diperkirakan pada 25 Sya’ban 1324 H14 Oktober 1906 M, dan wafat pada tanggal 13 Februari 1949 M. 2 Nama lengkapnya adalah Hasan bin Ahmad bin Abdurrahman Al-Banna. Ayahnya seorang ulama Hambali yang cukup terkenal dan memiliki sejumlah peninggalan ilmiah seperti Al- Fathurrabbani fi Tartib Musnad Al-Imam Ahmad Al-Syaibani. Beliau adalah Ahmad bin Abdurrahman Al-Banna yang lebih dikenal dengan Al- Sa’ati. Ahmad bin Abdurrahman Al-Banna juga adalah seorang ahli dalam ilmu hadist, akidah, dan fiqih yang sangat menghargai waktu dan kedisiplinan. Al-Banna dididik sang ayah dengan kedisiplinan waktu ketat yang mempengaruhi jalan hidupnya. 3 Selain dikenal memiliki daya ingatan dan kecerdasan yang kuat Hasan al- Banna jua dikenal sebagai orator yang mampu menggugah pendengar dengan kata-kata yang indah, jelas dan langsung dimengerti. Bila ia berbicara, tua dan muda selalu terpesona padanya. Pembicaraannya langsung dapat dipahami baik 1 Khalimi, Ormas-ormas Islam Sejarah, Akar Teologi dan Politik, Jakarta : Gaung Persada Press, 2010 , h. 140 2 A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta : Amzah, 2010, h. 62 3 Khalimi, Loc. Cit, h. 140 oleh orang yang berpendidikan tinggi maupun oleh kalangan buta huruf. Selain ahli pidato, ia juga dikenal sebagai seorang penulis yang berbakat. Disamping beberapa keterampilan yang ia miliki, ia pun memiliki tubuh yang kuat, sanggup mengadakan perjalanan jauh, bekerja hampir siang dan malam, berpidato dan menulis. Ia sering mengadakan pertemuan-pertemuan, memimpin rapat dan mengontrol kegiatan markas besar dan cabang-cabang organisasi yang dipimpinnya. 4 Melalui organisasi al-Ikhwan al-Muslimun yang bergerak di bidang dakwah dan pendidikan itu menjadikan Hasan al-Banna semakin hari semakin populer. Pengikutnya semakin bertambah dan akhirnya melahirkan sebuah organisasi yang cukup tangguh bagaikan negara dalam negara. Perjuangannya berakhir sampai dengan tanggal 12 februari 1949 tatkala ia ditembak mati oleh Kolonel Mahmud Abd al-Majid atas perintah Raja faraoq disebuah jalan kairo. 5 Penembakan itu terjadi ketika Hasan al-Banna sedang giat- giatnya berdakwah dan menggalang kesatuan umat serta dielu-elukan oleh simpatisannya, tepatnya setelah dua bulan dia keluar dari penjara. Penembakan ini konon kabarnya sebagai “kado” ulang tahun Raja Faruq. Hanya saja beliau tidak langsung meninggal ditempat kejadian peristiwa TKP, akan tetapi ia menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit al-Qashr al- ‘Aini. 6

2. Riwayat Pendidikan Hasan al-Banna

Hasan al-Banna pada masa kecilnya mendapatkan pengajaran langsung dari orangtuanya, Syaikh Ahmad bin Abdurrahman bin Muhammad al-Banna As- Sadati yang mengajarkan al- Qur’an, hadis, fiqih, bahasa dan tasawuf. Pendidikan formalnya dimulai dari sekolah agama Madrasah Ar-Rasyid Ad-Diniyyat, lalu ia 4 Ris’an Rusli, Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2013, h. 187-188, lihat pula di Ishak Mussa al-Husaini, Al-Ikhwan al-Muslimun, Terj. Jakarta : Grafiti Press, 1983, h. 39-40 5 Ris’an Rusli, Loc. Cit, h. 188, lihat pula Muhammad Abd al-Halim Hamid, Ma’an ‘Ala Thariq al- Da’wah Syaikh Hasan al-Banna, Kairo : Dar al-Tauzi’wa al-Nasyr al-Islamiyyah, 1988, h. 14 6 Saidan, Perbandingan Pemikiran Pendidikan islam antara Hasan al-Banna dan Mohammad Natsir, Jakarta : Kementrian Agama RI, 2011, h.127 melanjutkan belajar kesekolah menengah pertama di Al-Mahmudiyat. Tahun 1920 ia melanjutkan belajar ke Madrasah Al- Mu’allimin Al-Awwaliyat, sekolah guru tingkat pertama di Damanhur. 7 Disekolah inilah ia menyelsaikan hafalan al- Qur’an yang telah dimulai sejak bersama ayahnya. Pada waktu itu ia belum genap berusia 14 tahun. 8 Lalu tahun 1923, ia pindah ke Kairo dan belajar di Dar Al-Ulum sampai selesai pada tahun 1927. Disini ia mempelajari ilmu-ilmu pendidikan, filsafat, psikologi dan logika serta ia juga tertarik pada masalah-masalah politik, industri dan olahraga. 9 Perguruan Tinggi Dar al- ‘Ulum ini didirikan tahun 1873 sebagai lembaga pertama Mesir yang menyediakan pendidikan tinggi Modern sains di samping ilmu-ilmu agama tradisional yang menjadi spesialisasi lembaga pendidikan tradisional dan kalsik al-Azhar saat itu. Selama menjadi mahasiswa di kairo, Hasan al-Banna selalu menghabiskan hari-harinya diperpustakaan dan sangat antusias membaca dan mempelajari karya- karya Rasyid Ridha seperti halnya al-Manar. Dapat diasumsikan, itulah sebabnya pandanagn rasyid Ridha sangat banyak mempengaruhi pemikirannya terutama dalam hal keuniversalan ajaran Islam. Hasan al-Banna sendiri berkeyakinan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang memuat segala sistem yang dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya dan satu-satunya ajaran yang selaras dengan fitrah manusia. Oleh karena itulah Hasan al-Banna begitu giat dalam mempelajari disiplin ilmu-ilmu modern seperti ilmu-ilmu pendidikan, filsafat, psikologi dan ilmu mantik logika. Dalam pandangan Hasan al-Banna, tidak mengenal istilah ilmu modern produk Barat, akan tetapi adalah merupakan intrepretasi dari ayat-ayat al- Qur’an yang dijabarkan sesuai dengan kemampuan akal manusia. Ia benar- benar yakin bahwa al- Qur’an adalah sumber dari segala sumber pengetahuan. Di samping itu ia juga memperhatiakn masalah-masalah politik, industri, perdagangan serta olahraga. 10 7 A. Susanto, Loc. Cit, h.62 8 Muhammad Iqbal Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam dari Masa Klasik hingga Indonesia Kontemporer, Jakarta : Kencana, 2010, h. 191 9 A. Susanto, Loc. Cit, h.62 10 Saidan, Op. Cit. h.120 Hasan al-Banna sangat banyak menyerap bacaan dari luar kurikulum sekolah. Ia memiliki ingatan kuat yang mampu menghimpun sangat banyak catatan tertulis, baik berupa prosa maupun puisi. Ia hampir tidak pernah berhenti membaca baik dari perpustakaan ayahnya maupun perpustakaan gurunya yang pertama, Syaikh Muhammad Zahran. Ketika itu ia memusatkan diri untuk mendalami tiga hal yaitu : a. Al-Qur’an, Hadis dan ilmu agama keseluruhan, b. Sufisme dan riwayat hidup Nabi Muhammad SAW, c. Karya sastra dan cerita rakyat. Selain itu ia juga banyak sekali membaca buku tentang politik, sejarah dan berbagai buku teori yang paling modern di bidang hukum, pendidikan, etika dan bidang-bidang lain. Aspek lain yang menonjol dalam kepribadian tokoh ini ialah kecerdasannya yang kuat. Hal ini mulai terlihat ketika ia sejak berada dibangku sekolah. Ia selalu mengalahkan teman-teman sekelasnya dalam menempuh pelajaran. 11 Hasan al-Banna pernah menyampaikan sebuah pidato yang sangat menarik dan kata-katanya sangat menggugah dan mampu membakar semangat anak negeri, tentang westernisasi yang membakar akal umat Islam. 12

3. Karya-karya Hasan al-Banna

Untuk mengarahkan masyarakat kepada tujuan yang diinginkannya, Hasan al- Banna menerbitkan serial risalah-risalah pendek dengan uslub-uslub yang mudah dan sederhana yang dapat dipahami dan dapat dikonsumsi oleh seluruh lapisan dan kalangan masyarakat. Dalam risalah-risalah itu Hasan al-Banna memaparkan ajaran Islam secara menyeluruh dengan memperhatikan realitas dan kondisi umat Islam saat itu. Risalah-risalah itu antara lain : a. Risalat Da’watuna. Risalah ini menjelaskan garis besar dakwah dan sikap Hasan al-Banna terhadap dakwah-dakwah lain. 11 Ris’an Rusli, Op. Cit, h. 187, lihat pula di Ishak Mussa al-Husaini, Al-Ikhwan al-Muslimun, Terj. Jakarta : Grafiti Press, 1983, h. 39-40 12 Muhammad Imarah, 45 Tokoh Pengukir Sejarah, Surakarta : Era Intermedia, 2009, h. 247- 248