diajarkan setelah anak mengetahui prinsip-prinsip agama Islam, menghafal al- Qur’an dan mempelajari al-Hadits.
2 Ibnu Sina mengemukakan, bahwa pendidikan anak hendaknya dimulai dengan
pelajaran al- Qur’an. Kemudian diajarkan syair-syair pendek yang berisi
tentang kesopanan setelah anak selesai menghafal al- Qur’an dan mengerti tata
bahasa Arab disamping diberi petunjuk dan bbimbingan agar mereka dapat mengamalkan ilmunya sesuai dengan bakat dan kesediaannya.
3 Abu Thawam berpendapat, setelah anak hafal al-Qur’an hendaknya anak
tersebut diajarkan menulis, berhitung dan berenang. 4
Al-Ghazali mengemukakan, bahwa sebaiknya anak-anak diajarkan al-Qur’an, sejarah kehidupan orang-orang besar, hukum-hukum agama dan sajak-sajak
yang tidak menyebut soal cinta serta pelaku-pelakunya. 5
Al-Jahiz, dalam bukunya “Risalat al-Mu’allimin” mengatakan bahwa sebaiknya anak-anak kecil tidak disibukkan dengan ilmu nahwu semata. Cukup
sampai mereka dapat membaca, menulis dan bicara dengan benar. Anak-anak seharusnya
diberikan pelajaran
berhitung, karang-mengarang
serta keterampilan membaca buah pikiran dari bacaannya.
18
Dari pendapat beberapa ulama diatas, dapat dipahami bahwa materi pendidikan Islam yang paling utama adalah al-
Qur’an; baik keterampilan membaca, menghafal, menganalisa dan sekaligus mengamalkan ajaran-ajarannya
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dimaksudkan agar ajaran yang terkandung dalam al-
Qur’an tertanam dalam jiwa anak didik sejak dini.
e. Metode Pendidikan Islam
Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan pendidikannya ke arah tujuan yang di cita-citakan.
Bagaimanapun baik dan sempurnanya suatu kurikulum pendidikan Islam, ia tidak akan berarti apa-apa, manakal tidak memiliki metode atau cara yang tepat dalam
mentransformasikannya kepada peserta didik. Ketidaktepatan dalam penerapan
18
Ibid, h.31
metode secara praktis akan menghambat proses belajar mengajar yang akan berakibat membuang waktu dan tenaga secara percuma. Karenanya, metode
adalah syarat untuk efesiensinya aktivitas kependidikan Islam. Hal ini berarti bahwa metode termasuk persoalan yang esensial, karena tujuan pendidikan Islam
itu akan tercapai secara tepat guna manakal jalan yang ditenpuh menuju cita-cita tersebut benar-benar tepat.
19
Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer
ilmu pengetahuan materi kepada peserta didik dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi itu sendir
i. Sebuah adigum mengatakan bahwa “al- Thariqat Ahamm Min al-Maddah
” metode jauh lebih penting dibanding materi, adalah sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi
oleh peserta didik walaupun sebenarnya materi yang disampaikan tidak terlalu menarik, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, penerapan metode yang tepat
sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
20
An-Nahlawi mengemukakan beberapa metode yang paling penting dalam pendidikan Islam, yaitu :
1 Metode hiwar percakapan Qur’ani dan Nabawi.
2 Mendidik dengan kisah-kisah Qur’ani dan Nabawi.
3 Mendidik dengan amtsal perumpamaan Qur’ani dan Nabawi.
4 Mendidik dengan memberi teladan.
5 Mendidik dengan pembiasaan diri dan pengalaman.
6 Mendidik dengan mengambil ibrah pelajaran dan mauidhah peringatan.
7 Mendidik dengan targhib membuat senang dan tarhib membuat takut.
21
Hal yang terpenting dari penerapan metode tersebut dalam aktivitas kependidikan Islam adalah prinsip bahwa tidak ada satu metode yang paling ideal
untuk semua tujuan pendidikan, semua ilmu dan mata pelajaran, semua tahap
19
Samsul Nizar, Op. Cit, h. 65
20
Armai Arief, Op. Cit, h. 39
21
Ibid, h. 73
pertumbuhan dan perkembangan, semua taraf kematangan dan kecerdasan, semua guru dan pendidik, dan semua keadaan dan suasana yang meliputi proses
kependidikan itu. Oleh karenanya, tidak dapat dihindari bahwa seorang pendidik hendaknya melakukan penggabungan terhadap lebih dari satu metode pendidikan
dalam prakteknya di lapangan. Untuk itu sangat di tuntut sikap arif dan bijaksana dari para pendidik dalam memilih dan menerapkan metode pendidikan yang
relevan dengan semua situasi dan suasana yang meliputi proses kependidikan Islam sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai secara maksimal.
f. Pendidik dan Peserta Didik Pendidikan Islam
1 Pendidik
Secara umum pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik. Sementara secara khusus, “pendidik dalam perspektif pendidikan Islam
adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi
afektif, kognitif maupun psikomotorik sesuai dengan nilai- nilai ajaran Islam”.
22
Dari pengertian diatas, maka dapat dipahami bahwa pendidik dalam perspektif Islam ialah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia mampu melaksanakan tugas-tugas kemanusiaannya. Oleh
karena itu pendidik dalam konteks ini bukan hanya terbatas pada orang-orang yang bertugas disekolah, tetapi semua orang yang terlibat dalam proses
pendidikan anak mulai sejak alam kandungan hingga ia dewasa, bahkan sampai meninggal dunia. Islam mengajarkan bahwa pendidik pertama dan utama yang
paling bertanggung jawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik adalah kedua orang tua.
23
Kedua orang tua harus mencari nafkah untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga, terutama kebutuhan material, maka orang tua kemudian menyerahkan
22
Samsul Nizar, Op. Cit h. 42
23
Ibid, h. 42