Sumber Data Penelitian Metode Penelitian

28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasan Al-Banna

1. Riwayat Hidup Hasan al-Banna

Hasan Al-Banna dilahirkan pada tanggal 17 Oktober 1906 M, di sebuah desa yang bernama Al-Mahmudiyyah mudiriah, Al-Bauhairah Mesir. 1 Mengenai tanggal kelahiran dari Hasan al Banna ada beberapa referensi yang berbeda, ada yang mengatakan beliau lahir diperkirakan pada 25 Sya’ban 1324 H14 Oktober 1906 M, dan wafat pada tanggal 13 Februari 1949 M. 2 Nama lengkapnya adalah Hasan bin Ahmad bin Abdurrahman Al-Banna. Ayahnya seorang ulama Hambali yang cukup terkenal dan memiliki sejumlah peninggalan ilmiah seperti Al- Fathurrabbani fi Tartib Musnad Al-Imam Ahmad Al-Syaibani. Beliau adalah Ahmad bin Abdurrahman Al-Banna yang lebih dikenal dengan Al- Sa’ati. Ahmad bin Abdurrahman Al-Banna juga adalah seorang ahli dalam ilmu hadist, akidah, dan fiqih yang sangat menghargai waktu dan kedisiplinan. Al-Banna dididik sang ayah dengan kedisiplinan waktu ketat yang mempengaruhi jalan hidupnya. 3 Selain dikenal memiliki daya ingatan dan kecerdasan yang kuat Hasan al- Banna jua dikenal sebagai orator yang mampu menggugah pendengar dengan kata-kata yang indah, jelas dan langsung dimengerti. Bila ia berbicara, tua dan muda selalu terpesona padanya. Pembicaraannya langsung dapat dipahami baik 1 Khalimi, Ormas-ormas Islam Sejarah, Akar Teologi dan Politik, Jakarta : Gaung Persada Press, 2010 , h. 140 2 A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta : Amzah, 2010, h. 62 3 Khalimi, Loc. Cit, h. 140 oleh orang yang berpendidikan tinggi maupun oleh kalangan buta huruf. Selain ahli pidato, ia juga dikenal sebagai seorang penulis yang berbakat. Disamping beberapa keterampilan yang ia miliki, ia pun memiliki tubuh yang kuat, sanggup mengadakan perjalanan jauh, bekerja hampir siang dan malam, berpidato dan menulis. Ia sering mengadakan pertemuan-pertemuan, memimpin rapat dan mengontrol kegiatan markas besar dan cabang-cabang organisasi yang dipimpinnya. 4 Melalui organisasi al-Ikhwan al-Muslimun yang bergerak di bidang dakwah dan pendidikan itu menjadikan Hasan al-Banna semakin hari semakin populer. Pengikutnya semakin bertambah dan akhirnya melahirkan sebuah organisasi yang cukup tangguh bagaikan negara dalam negara. Perjuangannya berakhir sampai dengan tanggal 12 februari 1949 tatkala ia ditembak mati oleh Kolonel Mahmud Abd al-Majid atas perintah Raja faraoq disebuah jalan kairo. 5 Penembakan itu terjadi ketika Hasan al-Banna sedang giat- giatnya berdakwah dan menggalang kesatuan umat serta dielu-elukan oleh simpatisannya, tepatnya setelah dua bulan dia keluar dari penjara. Penembakan ini konon kabarnya sebagai “kado” ulang tahun Raja Faruq. Hanya saja beliau tidak langsung meninggal ditempat kejadian peristiwa TKP, akan tetapi ia menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit al-Qashr al- ‘Aini. 6

2. Riwayat Pendidikan Hasan al-Banna

Hasan al-Banna pada masa kecilnya mendapatkan pengajaran langsung dari orangtuanya, Syaikh Ahmad bin Abdurrahman bin Muhammad al-Banna As- Sadati yang mengajarkan al- Qur’an, hadis, fiqih, bahasa dan tasawuf. Pendidikan formalnya dimulai dari sekolah agama Madrasah Ar-Rasyid Ad-Diniyyat, lalu ia 4 Ris’an Rusli, Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2013, h. 187-188, lihat pula di Ishak Mussa al-Husaini, Al-Ikhwan al-Muslimun, Terj. Jakarta : Grafiti Press, 1983, h. 39-40 5 Ris’an Rusli, Loc. Cit, h. 188, lihat pula Muhammad Abd al-Halim Hamid, Ma’an ‘Ala Thariq al- Da’wah Syaikh Hasan al-Banna, Kairo : Dar al-Tauzi’wa al-Nasyr al-Islamiyyah, 1988, h. 14 6 Saidan, Perbandingan Pemikiran Pendidikan islam antara Hasan al-Banna dan Mohammad Natsir, Jakarta : Kementrian Agama RI, 2011, h.127 melanjutkan belajar kesekolah menengah pertama di Al-Mahmudiyat. Tahun 1920 ia melanjutkan belajar ke Madrasah Al- Mu’allimin Al-Awwaliyat, sekolah guru tingkat pertama di Damanhur. 7 Disekolah inilah ia menyelsaikan hafalan al- Qur’an yang telah dimulai sejak bersama ayahnya. Pada waktu itu ia belum genap berusia 14 tahun. 8 Lalu tahun 1923, ia pindah ke Kairo dan belajar di Dar Al-Ulum sampai selesai pada tahun 1927. Disini ia mempelajari ilmu-ilmu pendidikan, filsafat, psikologi dan logika serta ia juga tertarik pada masalah-masalah politik, industri dan olahraga. 9 Perguruan Tinggi Dar al- ‘Ulum ini didirikan tahun 1873 sebagai lembaga pertama Mesir yang menyediakan pendidikan tinggi Modern sains di samping ilmu-ilmu agama tradisional yang menjadi spesialisasi lembaga pendidikan tradisional dan kalsik al-Azhar saat itu. Selama menjadi mahasiswa di kairo, Hasan al-Banna selalu menghabiskan hari-harinya diperpustakaan dan sangat antusias membaca dan mempelajari karya- karya Rasyid Ridha seperti halnya al-Manar. Dapat diasumsikan, itulah sebabnya pandanagn rasyid Ridha sangat banyak mempengaruhi pemikirannya terutama dalam hal keuniversalan ajaran Islam. Hasan al-Banna sendiri berkeyakinan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang memuat segala sistem yang dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya dan satu-satunya ajaran yang selaras dengan fitrah manusia. Oleh karena itulah Hasan al-Banna begitu giat dalam mempelajari disiplin ilmu-ilmu modern seperti ilmu-ilmu pendidikan, filsafat, psikologi dan ilmu mantik logika. Dalam pandangan Hasan al-Banna, tidak mengenal istilah ilmu modern produk Barat, akan tetapi adalah merupakan intrepretasi dari ayat-ayat al- Qur’an yang dijabarkan sesuai dengan kemampuan akal manusia. Ia benar- benar yakin bahwa al- Qur’an adalah sumber dari segala sumber pengetahuan. Di samping itu ia juga memperhatiakn masalah-masalah politik, industri, perdagangan serta olahraga. 10 7 A. Susanto, Loc. Cit, h.62 8 Muhammad Iqbal Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam dari Masa Klasik hingga Indonesia Kontemporer, Jakarta : Kencana, 2010, h. 191 9 A. Susanto, Loc. Cit, h.62 10 Saidan, Op. Cit. h.120