Hubungan kelimpahan ikan Chaetodontidae dengan persentase tutupan terumbu karang hidup

mengkonsumsi genus Pocillipora. Tricas 1985 menyatakan bahwa berdasarkan analisa kalorimetrik diindikasikan jaringan Porites spp mengandung energi yang relatif rendah, sedangkan Pocillopora mempunyai nilai kalori yang lebih tinggi.

6.6. Analisis Kerusakan Terumbu Karang

Secara alamiah seluruh ekosistem yang ada di darat maupun yang di laut akan mengalami kerusakan secara alamiah, tidak terkecuali ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang dapat mengalami degradasi atau kerusakan oleh aktifitas manusia. Aktifitas tersebut seperti penambangan karang dengan atau tanpa bahan peledak, penangkapan ikan dengan alat tangkap yang merusak dan eksploitasi yang berlebihan, pembuangan limbah panas, penggundulan hutan di lahan atas, pengerukan di sekitar terumbu karang, kepariwisataan, pencemaran oleh limbah manusia dari hotel tanpa pengolahan, kerusakan fisik terumbu karang oleh jangkar kapal, kegiatan penyelaman yang tidak peduli terhadap nilai kelestarian terumbu karang, serta penangkapan ikan hias dengan menggunakan kalsium sianida KCN. Sedangkan dari faktor alam misalnya akibat badai dan pemangsaan predator Acanthaster plancii juga akibat perubahan suhu air laut yang menyebabkan karang mati dan menjadi putih bleaching Berwick 1983 in Dahuri et al. 1996. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan wawancara terhadap masyarakat bahwa kerusakan terumbu karang di perairan Sidodadi dan Pulau Tegal disebabkan oleh :

6.6.1. Pengeboman ikan karang

Penangkapan ikan karang dengan menggunakan bom merupakan penyebab utama atau faktor yang mempunyai berpengaruh besar terhadap kerusakan terumbu karang di perairan Sidodadi dan Pulau Tegal. Hasil wawancara secara mendalam dengan nelayan dan masyarakat sekitar di daerah penelitian serta dinas terkait aktifitas pengeboman ikan karang terjadi sejak tahun 1990-an. Penggunaan bom masih tetap berlangsung meskipun telah berkurang intensitasnya sampai sekarang, terbukti pada saat penelitian terjadinya beberapa kali terdengar suara ledakan dan banyaknya patahan karang akibat bom yang ditemukan. Menurut masyarakat, pengeboman ikan tersebut banyak di lakukan oleh nelayan-nelayan dari luar seperti nelayan-nelayan dari Teluk Betung dan Lempasing. Aktifitas pengeboman tersebut menyebabkan timbul keresahan oleh masyarakat dan nelayan-nelayan didaerah penelitian lokal karena hasil tangkapan berkurang dan semakin merusak ekosistem terumbu karang didaerah tersebut. Para tokoh masyarakat dan nelayan lokal mengatakan hal ini sulit untuk diatasi, hal ini dikarenakan sulitnya tertangkap para pelaku oleh pihak yang berwajib dan ketakutan masyarakat untuk melaporkan kegiatan tersebut walaupun pelakunya sudah dikenal. Selain itu menurut nelayan lemahnya penegakan hukum juga menjadi pemicu masih berlangsungnya kegiatan pengeboman, walaupun ada yang tertangkap hukumannya sangat ringan. Kerusakan terumbu karang yang disebabkan aktifitas pengeboman pada stasiun 1, stasiun 3, stasiun 6. Gambar 22 Dampak kerusakan ekosistem terumbu karang akibat kegiatan destructive fishing

6.6.2. Wisata dan budidaya laut

Kegiatan wisata baik wisata pantai maupun wisata renang atau selam telah berlangsung di daerah penelitian, namun belum dikelola dengan baik oleh pemerintah melainkan masih oleh masyarakat secara sendiri-sendiri. Kegiatan wisata jika dilakukan dengan tidak memperhatikan kelestarian lingkungan terutama terumbu karang maka akan dapat merusak terumbu karang seperti karang patah akibat terinjak-injak oleh wisatawan. Kegiatan budidaya kerapu yaitu keramba jaring apung KJA telah di mulai pada tahun 2001 terutama di perairan Ringgung. Pada awalnya hanya 6 keramba dan selalu bertambah jumlahnya. Kegiatan KJA tentu memberikan dampak negatif ke perairan jika melebihi daya dukung perairan dari sisa-sisa pakan sehingga dapat mencemari perairan yang mengganggu keberlangsungan hidup terumbu karang. Selain sisa pakan pemakaian derum-derum berisi semen untuk menambatkan KJA jika diletakkan pada daerah karang dapat merusak terumbu karang. KJA pada awalnya hanya di perairan ringgung berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan nelayan di lapangan telah meluas ke daerah Pulau Tegal. Kerusakan terumbu karang yang disebabkan kegiatan wisata dan budidaya laut pada stasiun 2, stasiun 4 dan stasiun 5. Gambar 23 Kegiatan wisata dan budidaya laut

6.6.3. Akibat jangkar kapal.

Kerusakan ekosistem terumbu karang patah atau pecah banyak dijumpai diseluruh lokasi penelitian dan dalam ukuran yang besar. Hal ini dimungkinkan sebagai akibat dari aktifitas transportasi yang berlabuh dengan pelemparan jangkar kapal di kawasan terumbu karang. Selain itu juga dapat disebabkan karena pendaratan kapal yang tidak sengaja pada kawasan terumbu karang. Gambar 24 Aktifitas sandar kapal nelayan Hal ini disebabkan karena tidak memiliki dermaga khusus untuk singgahnya kapal-kapal nelayan dan wisata, akibatnya kapal-kapal tersebut mendarat atau labuh jangkar di sembarang tempat, tanpa terkecuali di kawasan terumbu karang, termasuk lokasi yang sering dikunjungi oleh masyarakat untuk berwisata. Kerusakan karang akibar jangkar kapal seperti patahnya karang bercabang, tercabutnya karang meja dan hancurnya karang lunak. Kerusakan terumbu karang yang disebabkan jangkar kapal berada pada stasiun 4 dan stasiun 5.

6.6.4. Pengambilan karang untuk bahan bangunan dan souvenir.

Dampak penambangan karang adalah kestabilan pantai berkurang dan bertambahnya erosi atau abrasi pantai sehingga menimbulkan masalah sosial seperti kerusakan bangunan pantai, pantai, rumah dan infrastruktur penting lainya. Berdasarkan informasi dari wawancara dengan nelayan dan masyarakat local penambangan karang masih berlangsung dan banyak dilakukan masyarakat luar. Kegiatan belangsung pada saat pagi hari atau sore hari saat tidak adanya pengawasan dari aparat terkait. Menurut masyarakat karang banyak ditambang untuk kegiatan pondasi bangunan, reklamasi dan hiasan seperti kegiatan reklamasi Pantai Mutun dan Pulau Pasaran dan daerah-daerah teluk lainnya. Penambangan karang ini juga menurut masyarakat banyak ditambang untuk kerajinan seperti hiasan dan souvenir yang diperjualbelikan didaerah Pasir Putih dan Kalianda. Kerusakan terumbu karang yang disebabkan aktifitas penambangan pada stasiun 1, stasiun 3, dan stasiun 6. Gambar 25 a Penjualan karang untuk souvenir b Penambangan karang untuk break water