5. HASIL
5.1. Kualitas Perairan
Berdasarkan hasil pengukuran tiga 3 kali ulangan pada lokasi secara insitu pada masing-masing stasiun diperoleh data lingkungan yang meliputi;
kecerahan, suhu, salinitas dan arus lampiran 3. Suhu perairan Sidodadi dan
Pulau Tegal cenderung berfluktusi pada kisaran yang normal seiring dengan lamanya penyinaran matahari dan kedalaman perairan. Secara umum daerah ini
beriklim tropis dengan suhu rata-rata 30.47 C, suhu maksimum berkisar pada
30.8 C dan suhu minimum 30.00
C. Kecerahan memperlihatkan distribusi horizontal, yang menunjukkan tingkat kecerahan sebesar 100. Salinitas
terdistribusi normal pada semua stasiun pengamatan yaitu 30
00
. Kecepatan arus berkisar antara 0.7-0.25, kecepatan arus tertinggi terjadi pada stasiun 4 dan
terendah pada stasiun 5.
5.2. Kondisi Terumbu Karang di Perairan Sidodadi dan Pulau Tegal
5.2.1. Penutupan substrat dasar
Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu potensi yang ada di daerah tersebut. Tipe terumbu karang di perairan Sidodadi dan Pulau Tegal adalah
tipe terumbu tepi fringing reef. Dari arah pantai menuju tubiran membentuk paparan terumbu. Terumbu karang tumbuh dengan baik hingga kedalaman 1
sampai 17 meter, selanjutnya merupakan hamparan teras pasir halus yang dihuni oleh organisme penggali pasir infauna. Substrat dasar pada masing-masing
lokasi penelitian di perairan Sidodadi dan Pulau Tegal terdiri atas karang keras hard corals, karang mati dead coral, algae, biota lain dan abiotik. Kondisi
terumbu karang pada masing-masing lokasi penelitian dianalisis berdasarkan persentase tutupan karang keras hard coral. Kondisi terumbu karang di lokasi
penelitian masih dalam keadan baik, dengan rata-rata penutupan karang hidup 61.04 . Dari hasil pengamatan di lapangan dan diskusi dengan masyarakat
setempat, stasiun satu merupakan lokasi pengeboman oleh nelayan-nelayan di luar Pulau Tegal dan perairan Sidodadi. Selain sebagai lokasi pengeboman juga
merupakan lokasi pengambilan batu karang untuk breakwater. Kegiatan pengeboman ini berlangsung terjadi sekitar beberapa tahun belakangan.
Sedangkan pada stasiun 3 dan 6 merupakan lokasi yang baru untuk kegiatan destructive fishing
tersebut dan aktivitas ini masih berlangsung hingga sekarang.
Gambar 6 Persentase tutupan karang hidup, karang mati, algae, fauna lain dan abiotic di setiap stasiun.
Pada stasiun 2, 4 dan 5 terlihat persentase jumlah karang hidup lebih tinggi dibandingkan dengan 3 stasiun lainnya, dimana persentase penutupan karang
hidup di dua stasiun tersebut ialah sebesar 69.68 stasiun 2, 67.14 stasiun 4 dan 61.22 stasiun 5. Diantara semua lokasi penelitian, stasiun satu
mempunyai tutupan karang yang paling rendah, hanya 47.94 . Tingginya persentase karang mati pada stasiun satu menggambarkan tekanan yang besar
terhadap ekosistem terumbu karang pada lokasi tersebut. Begitupun sebaliknya, tingginya tutupan karang hidup pada lokasi lainnya menggambarkan rendahnya
tekanan ekologi pada masing-masing lokasi penelitian. Persentase tutupan karang hidup di masing-masing lokasi tersebut di
dominasi oleh karang keras Hard Coral Non-Acropora dengan rerata persentase penutupan sebesar 59.57.
Komposisi karang keras Non-Acropora di dominasi oleh bentuk pertumbuhan karang lifefoam Coral Masive CM dengan rerata 10.92, Coral
Folise CF 10.88, Coral Brancing 9.03, Coral Mushroom 10.88.