kegiatan pariwisata, terutama dari segi tenaga kerja karena mereka ingin menambah penghasilannya selain pekerjaan sehari-hari sebagai nelayan.
Kajian dan pemahaman tentang bagaimana kegiatan usaha wisata yang baik perlu dilakukan sehingga tidak hanya mementingkan keuntungan ekonomi
semata namun memperhatikan daya dukung kawasan dan kelestarian sumberdaya. Selain itu perlu mengkaji bagaimana dampak kegiatan wisata terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat lokal yang terlibat dalam menjaga sumberdaya.
Gambar 31 Persepsi responden terhadap pengembangan wisata bahari
6.8. Alternative Pengelolaan Terumbu Karang
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa kondisi terumbu karang di Perairan Sidodadi dan Pulau Tegal masih dalam kondisi yang baik. Persentase
tutupan terumbu karang di stasiun 2 dan 4 merupakan yang tertinggi di antara stasiun yang lainnya. Stasiun 2 mewakili perairan Sidodadi dan stasiun 4
mewakili Pulau Tegal, persentase tutupan yang tinggi di ke 2 stasiun tersebut merupakan suatu bentuk pengawasan secara langsung oleh pemilik usaha
Budidaya Laut budidaya ikan kerapu. Keanekaragaman ikan Chaetodontidae di Perairan Sidodadi dan Pulau Tegal dari rendah sampai sedang dan didominasi
oleh jenis Chaetodon oktofasciatus. Stasiun 2 dan 4 merupakan stasiun dengan tingkat persentase karang hidup yang tinggi, selain itu stasiun 2 dan 4 juga
merupakan tempat yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Pengelolaan terumbu karang dan ikan pada dasarnya adalah pengetahuan
dan keterampilan mengatur dan mengontrol penggunaan manusia dan dampaknya terhadap terumbu karang, hingga tercipta kondisi yang baik bagi kelestarian
ekosistem dan tersedianya produk yang berkelanjutan, demi kesejahteraan manusia. Pengelolaan terumbu karang yang baik harus dilakukan dengan cara
yang baik serta relefan dengan sumberdaya dan masyarakat yang akan melaksanakan pengelolaan tersebut. Berdasarkan identifkasi di lokasi penelitian
ditemukan permasalahan diantaranya ialah; Kegiatan pengeboman ikan karang, wisata dan budidaya laut, kerusakan akibat jangkar kapal dan penambangan
karang untuk bahan bangunan dan souvenir. berdasarkan tabel, faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah
tersebut disebabkan karena : 1 hampir tidak ada pengelolaan sumber daya ekosistem terumbu karang, 2 kebutuhan rumah tangga yang tinggi menyebabkan
tidak ada pilihan lain selain terus-menerus memanfaatkan sumber daya yang ada, 3 walaupun telah ada peraturan perundang-undangan yang menyangkut
pemanfaatan dan pelestarian sumber daya ekosistem terumbu karang dan penegakan hukum yang terjadi masih sangat lemah.
Berbagai permasalahan yang telah diangkat pada kondisi diatas tersebut, maka saran pengelolaan yang dapat dilakukan untuk ekosistem terumbu karang
dan ikan Chaetodontidae di lokasi penelitian ialah sebagai berikut : 1. Meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum terhadap alat tangkap yang
merusak terumbu karang. Penegakan hukum merupakan pelengkap dan pendukung komponen
lain serta memiliki arti strategis dalam rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang. Penegakan hukum merupakan suatu proses pelaksanaan peraturan
perundang-undangan yang terdiri dari penegakan hukum preventif bersifat pencegahan dan penegakan hukum represif bersifat penindakan. Penegakan
hukum preventif adalah semua kegiatan hukum seperti pencemaran dan terjadinya perusakan lingkungan terumbu karang. Keberhasilan pencegahan
akan menjamin terjadinya pemulihan terumbu karang secara alami. Penegakan hukum represif adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk menindak setiap
pelanggaran. Aparat penegak hukum yang berperan di laut adalah TNI AL dan Polisi
Air. Pengawasan
bersama masyarakat
sangat penting
untuk mengimbangi kekurangan personil keamanan laut. Kegiatan penegakan
hukum represif terdiri dari kegiatan identifikasi pelanggaran, penyidikan, penuntutan dan pemutusan perkara. Pemutusan perkara merupakan wewenang
penuh hakim yang memimpin sidang, atas dasar tuntutan yang telah dilakukan