bertahan di bawah kondisi stres berat dapat menurunkan pertumbuhan dan potensi reproduktifnya Baker et al. 1991.
Sedimentasi yang terjadi di perairan terumbu karang akan memberikan pengaruh semakin menurunnya kemampuan karang untuk tumbuh dan berkembang.
Tomascik 1991
menyatakan bahwa
beberapa kegiatan
manusia yang
berhubungan erat dengan sedimentasi adalah semakin tingginya pemanfaatan hutan dan lahan pertanian. kegiatan pengerukan, pertambangan, dan pembangunan
konstruksi. Pengaruh sedimentasi yang terjadi pada terumbu karang telah disimpulkan oleh beberapa peneliti, antara lain, 1 menyebabkan kematian karang
apabila menutupi atau meliputi seluruh permukaan karang dengan sedimen, 2 mengurangi pertumbuhan karang secara langsung, 3 menghambat planula karang
untuk melekatkan dan berkembang di substrat, 4 meningkatkan kemampuan adaptasi karang terhadap sedimen.
Suhu merupakan
parameter lingkungan
perairan yang
penting. Peningkatan atau penurunan suhu air akibat aktivitas pembangkit tenaga listrik
yang dibangun dekat pantai, telah membawa dampak kerusakan komunitas terumbu karang. Kenaikan suhu di atas ambang 1-5
C di atas ambang batas menyebabkan menurunnya kemampuan karang untuk hidup dan tumbuh.
Salinitas merupakan faktor lain yang membatasi perkembangan terumbu karang. Kisaran salinitas pertumbuhan karang di Indonesia antara 29 - 33 o
Coles Jokiel 1992. Terumbu karang tidak terdapat pada perairan dekat muara sungai besar yang menerima masukan air tawar.
Karang memerlukan perairan yang jernih untuk menjamin ketersediaan cahaya yang diperlukan untuk fotosintesis zooxanthellae karang. Setiap jenis
karang yang berbeda mempunyai toleransi yang berbeda terhadap tingkat ketersediaan cahaya maksimum dan minimum. Hal ini merupakan penyebab
utama variasi struktrur komunitas karang pada berbagai kedalaman. Terumbu karang terdapat di perairan dangkal antara 0 - 50 meter dengan dasar yang
keras perairan yang jernih Veron 1986. Bahkan karang pembentuk terumbu dapat tumbuh pada kedalaman 80 m pada pulau-pulau oceanic dengan perairan jernih.
sebaliknya pada perairan yang keruh habitat karang ditemukan pada kedalaman 2 m Ditlev 1980 in Hamdani 2006.
2.1.4. Distribusi terumbu karang
Distribusi karang secara vertikal dibatasi oleh kedalaman, dimana pertumbuhan dan kecepatan karang tumbuh berkurang secara eksponensial
dengan bertamabahnya kedalaman. Faktor utama yang mempengaruhi sebaran vertikal adalah intensitas cahaya, oksigen, suhu dan kecerahan Suharsono 1996.
Sedangkan distribusi oleh lintang, yakni antara 35 LU – 32
LS yang tersebar di laut dangkal di daerah tropis hingga subtropik Suharsono 1996.
Distribusi horizontal terumbu karang memiliki korelasi dengan temperatur Wells 1954 in Hamdani 2006 mencatat keberadaan genera karang di Indo-
Pasifik sebagai berikut: a. Kebanyakan genera karang Indo-Pasifik terdistribusi dengan luas dan
seragam, tetapi beberapa hanya ada dalam wilayah tertentu, dan genera yang terdistribusi luas tetapi jarang ditemukan.
b. Beberapa genera karang terdistribusi luas tetapi bukan pada habitat terumbu karang yang sebenarnya.
c. Terdapat daerah-daerah Indo-Pasifik, dimana terbagi ke dalam komposisi genera karang tertentu.
d. Terdapat hubungan yang jelas antara keanekaragaman kontur genera karang dan temperatur permukaan air.
e. Keanekaragaman genera karang di luar dari daerah Indo-Pasifik diindikasikan rendah.
Veron 1986 menjelaskan lebih jauh mengenai distribusi spesies karang Indo-Pasifik dan membangun hipotesa, diantaranya adalah terdapat sentral
keanekaragaman spesies di Indo-Pasifik yang telah dibatasi oleh kondisi marginal di daerah terluar. Hipotesa lain dikemukakan Rosen 1984 in Hamdani 2006,
bahwa batas luas utama dari distribusi karang adalah lintang dan sebagai kontrol utamanya ialah temperatur dan iklim, dan secara regional adalah bujur yang
dipengaruhi oleh kejadian tektonik. Selanjutnya Newell 1971 in Hamdani 2006 berpendapat bahwa karang memiliki penyebaran yang kosmopolit di
daerah Indo-Pasifik terutama ditandai adanya pembatasan secara fisiologi. Tiga daerah besar penyebaran terumbu karang di dunia yaitu Laut Karibia, Laut
Hindia dan Indo-Pasifik Veron 1986; Suharsono 1996. White 1988
mengatakan di Asia Tenggara terdapat 30 dari seluruh terumbu karang di dunia, pada umumnya berbentuk terumbu karang tepi. Selanjutnya Burke et al.
2002 in Hamdani 2006 memperkirakan Indonesia memiliki luas terumbu karang kira-kira 51.00 km
2
atau 51 dari luas terumbu karang yang ada di Asia Tenggara atau setara dengan 18 dari luas terumbu karang dunia.
Distribusi karang di Indonesia lebih banyak terdapat di sekitar Pulau Sulawesi, Laut Flores dan Banda. Distribusi karang sepanjang pantai timur
Sumatra dan Kalimantan Barat dan Selatan dibatasi oleh adanya sedimentasi yang tinggi dibawa oleh aliran sungai. Demikian juga distribusi karang pantai
utara pulau Jawa dipengaruhi oleh adanya sedimentasi yang tinggi. Selanjutnya dikatakan bahwa karang tumbuh dan berkembang dengan baik di daerah
Sulawesi pada umumnya dan Sulawesi Utara pada khususnya karena adanya arus lintas Indonesia yang mengalir sepanjang tahun dari lautan Pasifik Suharsono
1996.
2.1.5. Nilai dan fungsi terumbu karang
Strategi dunia mengenai konservasi terumbu karang diidentifikasi sebagai komponen utama yang sangat penting sebagai penunjang berbagai macam
kehidupan produksi makanan, kesehatan dan berbagai aspek kehidupan yang dibutuhkan manusia dan juga dalam pembangunan yang berkelanjutan. Beberapa
nilai fungsi terumbu karang antara lain Dahuri et al 1996 : 1. Nilai ekologis, terumbu karang menjaga keseimbangan kehidupan biota laut
dan hubungan timbal balik antara biota laut dengan faktor abiotik 2. Nilai ekonomis, sumberdaya ini dapat dikembangkan menjadi komoditi yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi. 3. Nilai estetika, terumbu karang membentuk nilai panorama yang indah di
dalam laut yang dapat dimanfaatkan sebagai wisata bahari. 4. Nilai edukasi, yakni sebagai objek penelitian pendidikan
2.1.6. Terumbu karang sebagai sumber makanan
Terumbu karang merupakan salah satu sumber makanan bagi beberapa jenis ikan dari famili Chaetodontidae, Apongidae, Balistidae, Labridae dan
sekelompok kecil dari Scaridae Coat Bellowod 1991 in Maharbhakti 2009.