Akibat jangkar kapal. Analisis Kerusakan Terumbu Karang

berkaitan dengan larangan pengambilan karang. Data survei menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat mengetahui adanya larangan pengambilan karang sebesar 87. Namun hanya sebagian kecil yang mengetahui bahwa larangan pengambilan karang ada sanksi bagi yang melanggar. Meskipun demikian sebagian besar responden setuju adanya sanksi bagi masyarakat yang melakukan pengambilan karang. Pengetahuan tentang pelestarian tentang terumbu karang tampaknya lebih fokus pada karang hidup. Sedangkan karang mati, menurut sebagian besar responden boleh dimanfaatkan karena dianggap tidak mengganggu kehidupan ikan di laut. Berdasarkan informasi dari responden masyarakat yang sering melakukan pengambilan karang adalah dari nelayan-nelayan luar desa seperti dari Mutun dan Pulau Pasaran untuk bahan bangunan dan kerajinan hiasan. Usaha pelarangan penambangan dalam bentuk aturan baik formal maupun informal harus dilakukan dengan melakukan pengawasan terpadu terhadap sumberdaya agar ekosistem terumbu karang menjadi terjaga kelestariannya. Gambar 29 Persepsi responden terhadap penambangan karang

6.7.5. Pengetahuan dan sikap tentang alat tangkap dan bahan yang merusak terumbu karang.

Penggunaaan jenis alat tangkap oleh nelayan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah jenis target SDL, kebiasaan atau keahlian, modal dan pengetahuan dan kesadaran mengenai dampak teknologi yang dipakai terhadap kelestarian sumberdaya laut. Alat tangkap yang umum di pakai oleh nelayan di desa Sidodadi adalah pancing, bubu, bagan tancap, rampus, payang, sero, jukung dan bagan rakit. Pengetahuan masyarakat mengenai jenis alat tangkap yang merusak dan tidak merusak terumbu karang, data survei menunjukkan bahwa responden secara jelas bisa membedakan alat tangkap yang dapat merusak dan tidak dapat merusak terumbu karang. Menurut sebagian besar responden alat tangkap bom, sianida dan trawl dianggap dapat merusak terumbu karang. Seluruh responden berpendapat bahwa bom merupakan alat tangkap yang merusak terumbu karang. Pengetahuan mengenai dampak penggunaan bom terhadap terumbu karang ini berdasarkan pengamatan langsung. Penggunaan bom umumnya dilakukan oleh orang luar Desa Sidodadi walaupun berdasarkan informasi dari responden intensitasnya sudah berkurang dibandingkan tahun 90-an. Gambar 30 Persepsi responden terhadap kegiatan pengeboman ikan karang Hal ini bisa dipahami bahwa masyarakat setempat menilai kondisi terumbu karang berdasarkan kerusakan yang secara langsung dapat dilihat akibatnya, seperti patahan karang yang berukuran kecil di lokasi yang lakukan pengeboman. Sedangkan kerusakan atau kematian karang akibat perubahan salinitas karena suplai air tawar ke dalam perairan melalui muara sungai, sedimentasi dan pertumbuhan algae yang menutupi karang belum menjadi alasan oleh masyarakat sebagai penyebab kerusakan terumbu karang di lokasi penelitian. Selain itu, sulitnya menangkap pelaku pengemboman ikan diduga karena sulitnya mendapatkan barang bukti yang kuat, seperti tertangkap tangan sedang mengebom. Akibatnya walaupun indentitas para pelaku pengeboman telah diketahui, namun karena kurangnya bukti menjadikan pelaku tidak dapat ditangkap. Meskipun saat ini kegiatan menangkap ikan dengan menggunakan bom