tersebut sudah jauh berkurang, namun hasil dari wawancara secara mendalam kepada masyarakat nelayan setempat, diduga masih ada potensi untuk munculnya
kembali marak kegiatan pengeboman ikan. Menurut informasi dari instansi terkait bahwa pengeboman, penggunaan
sianida, jangkar kapal dan bagan tancap diduga sebagai penyebab rusaknya terumbu karang karena dioperasikan di sekitar atau dekat kawasan terumbu
karang atau setidak-tidaknya di lokasi dekat dengan pantai kawasan pulau-pulau kecil yang merupakan habitat terumbu karang. Sedangkan terkait dengan
penggunaan alat tangkap trawl, menurut informasi dari instansi terkait bahwa sudah tidak lagi digunakan untuk menangkap ikan dengan menggunakan trawl,
karena adanya larangan dari masyarakat dan pemerintah. Terkait dengan keberadaan aturan lokal dalam upaya perlindungan terumbu karang oleh
masyarakat, berdasarkan penjelasan dari informasi masyarakat lokal nelayan dan tokoh masyarakat bahwa belum ada aturan local seperti peraturan daerah dan
peraturan desa yang mengatur tentang pelarangan kegiatan yang merusak karang dan pengambilan karang dengan tujuan untuk melindungi keberadaan terumbu
karang tempat mereka menangkap ikan fishing ground. Alat tangkap alternatif yang ramah lingkungan perlu diciptakan dalam menangkap ikan karang. Selain itu
merubah pola pikir masyarakat dari kebiasan merusak menjadi kebisaan menjaga perlu ditingkatkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan sosialisasi dan pelatihan
terhadap masyarakat bagaimana dampak negatif penggunaan bom baik bagi pelaku sendiri, nelayan terhadap kelerstarian sumberdaya khususnya ekosistem
terumbu karang.
6.7.6. Pengembangan wisata bahari
Persepsi masyarakat di sekitar perairan Pulau Tegal dan Sidodadi tentang adanya pengembangan wisata bahari di daerah ini sangat positif 87 responden
setuju dengan pengembangan wisata bahari, karena mereka setuju mendukung dengan adanya kegiatan ini. Mereka menganggap dengan adanya pengembangan
kegiatan wisata bahari merupakan cara untuk mengurangi aktifitas pengeboman yang seperti terjadi selama ini secara tidak langsung telah terjadi pengawasan
terhadap terumbu karang. mereka mengharapkan ikut berpartisipasi dalam
kegiatan pariwisata, terutama dari segi tenaga kerja karena mereka ingin menambah penghasilannya selain pekerjaan sehari-hari sebagai nelayan.
Kajian dan pemahaman tentang bagaimana kegiatan usaha wisata yang baik perlu dilakukan sehingga tidak hanya mementingkan keuntungan ekonomi
semata namun memperhatikan daya dukung kawasan dan kelestarian sumberdaya. Selain itu perlu mengkaji bagaimana dampak kegiatan wisata terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat lokal yang terlibat dalam menjaga sumberdaya.
Gambar 31 Persepsi responden terhadap pengembangan wisata bahari
6.8. Alternative Pengelolaan Terumbu Karang
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa kondisi terumbu karang di Perairan Sidodadi dan Pulau Tegal masih dalam kondisi yang baik. Persentase
tutupan terumbu karang di stasiun 2 dan 4 merupakan yang tertinggi di antara stasiun yang lainnya. Stasiun 2 mewakili perairan Sidodadi dan stasiun 4
mewakili Pulau Tegal, persentase tutupan yang tinggi di ke 2 stasiun tersebut merupakan suatu bentuk pengawasan secara langsung oleh pemilik usaha
Budidaya Laut budidaya ikan kerapu. Keanekaragaman ikan Chaetodontidae di Perairan Sidodadi dan Pulau Tegal dari rendah sampai sedang dan didominasi
oleh jenis Chaetodon oktofasciatus. Stasiun 2 dan 4 merupakan stasiun dengan tingkat persentase karang hidup yang tinggi, selain itu stasiun 2 dan 4 juga
merupakan tempat yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Pengelolaan terumbu karang dan ikan pada dasarnya adalah pengetahuan
dan keterampilan mengatur dan mengontrol penggunaan manusia dan dampaknya terhadap terumbu karang, hingga tercipta kondisi yang baik bagi kelestarian
ekosistem dan tersedianya produk yang berkelanjutan, demi kesejahteraan manusia. Pengelolaan terumbu karang yang baik harus dilakukan dengan cara