penggunaan di daerah terumbu karang, maka akibat langsungnya yaitu mengakibatkan kerusakan fisik terumbu Riegl dan Luke 1999; Fox et al.2003;
Fox et al. 2005, terutama karang branching dan foliose Pet dan Erdam, 1998. Kondisi demikian mengakibatkan kehilangan tutupan karang hidup hingga 3,75
m
2
per 100 m
2
setiap tahun Soede et al. 1999 in Hamdani 2006. Dampak penggunaan bom terhadap ekosistem terumbu karang, antara lain:
merusak habitat dimana biota karang hidup dan berkembang biak, menghambat pertumbuhan karang baru, mengurangi stok ikan, dan mengganggu jaringan
makanan dan keseimbangan ekosistem. Selain itu, biaya sosial penggunaan bahan peledak akan meningkat ketika diukur dengan kehilangan pendapatan dari potensi
perikanan berkelanjutan, pariwisata, pelindung pantai dan kehidupan yaitu pendapatan dan pekerjaan. Penggunaan satu botol bom bisa menghancurkan area
terumbu karang seluas 5 m
2
dan untuk satu botol gallon dapat mencapai 20 m
2
Soede et al. 2000. Lebih jauh Soede mengatakan bahwa penggunaan bom secara berkala meningkatkan kematian terumbu karang 50-80 .
6.4. Kondisi Ikan Chaetodontidae
Tercatat sebanyak 115 spesies ikan Chaetodontidae yang termasuk dalam 2 Genera yang ada di Perairan Sidodadi dan Pulau Tegal. Chaetodon merupakan
Genera yang mendominasi di setiap stasiun 3 jenis, dan Chelmon 1 jenis. Tidak jauh berbeda dengan beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh Hukom
1994, Adrim 2002, menemukan 6 Genera ikan Chaetodontidae di perairan Derawan dan Sulawesi Utara yang didominasi oleh Genera Chaetodon, Makatipu
1998 menemukan 4 famili Chaetodontidae, yang didominasi oleh Genera Chaetodon
sebanyak19 jenis. Hal ini menunjukkan Genera Chaetodon merupakan jenis yang paling banyak ditemukan di perairan Indonesia dibandingkan dengan
Genera lainnya. Secara umum jumlah Genera dan jenis ikan Chaetodon di Perairan
Sidodadi dan Pulau Tegal dalam kategori yang rendah. Rendahnya Genera Chaetodon
ini disebabkan pada lokasi-lokasi selain 2 dan 4 merupakan tempat pengeboman oleh nelayan yang menyebabkan ikan ini kehilangan tempat untuk
mencari makanan dan tinggal. Karena jenis makanan ikan ini sangat tergantung pada tutupan karang hidup dan merupakan ikan penghuni karang sejati, maka
kerusakan terumbu karang akan menyebabkan ikan ini menjadi mati. Bila
dibandingkan dengan beberapa penelitian yang dilaporkan di perairan Indonesia. Sebagai contoh 3 Genera dan 27 jenis telah dicatat dari perairan teluk Ambon
Bawole 1998. Adrim et al 1991 mengamati tiga Genera dan dua puluh sembilan jenis di Selat Sunda. Selanjutnya Adrim et al 1991 menemukan 5
Genera dan 19 jenis di perairan Kepulauan Seribu. Adrim 2002 menghitung 6 Genera dan 32 jenis yang tersensus di perairan Sulawesi Utara. Hasil penelitian
yang ditemukan ini tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh Maharbhakti 2009 di perairan Batam. Dari hasil ini juga diketahui bahwa Chaetodon
mendominasi di setiap stasiun penelitian. Tabel 8 Jumlah genus dan jenis ikan Chaetodontidae dari beberapa penelitian
yang dilakukan di perairan tropik
Lokasi Genera
Jenis Pustaka
Perairan Indonesia; Teluk Ambon
4 27 Bawole, 1998
Selat Sunda 3
29 Hutomo et al, 1991 Kepualauan Seribu
5 19 Adrim et al, 1991
Sulawesi Utara 6
32 Adrim, 2002
Sidodadi Tegal 2
4 Studi sekarang
Di Luar Indoneisa; Teluk Agaba
2 8 Harmerlin et al., 1981
Kepulauan Tuamoto Polinesia Prancis 1
12 Bell Ghalzin, 1984 Singapura
4 4 Lim Chou, 1991
Teluk Thailand 3
3 Satumanaptan et
al .,
1991 Komunitas Chaetodontidae di setiap lokasi penelitian selalau didominasi
oleh Chaetodon octofasciatus. Hadirnya populasi Chaetodon octofasciatus dalam jumlah individu yang besar mempengaruhi keseimbangan populasi dalam setiap
komunitas. Walaupun secara keseluruhan Chaetodon octofasciatus mendominasi, namun bila dilihat perstasiun maka kehadiran ikan ini hanya menonjol pada
stasiun 1 saja. Jumlah Chaetodon octofasciatus melimpah pada stasiun 1 sebanyak 11 ekor, melimpahnya octofasciatus pada stasiun 1 dikarenakan ikan jenis ini
lebih sering ditemukan pada karang famili Acroporidae atau genus Acropora sebagai tempat tinggal, reproduksi dan juga makanan Bouchon Hermerlin
1985; Manthacitra et al. 1991; Adrim et al. 1991. Faktor tutupan karang dari famili Acroporidae yang mendominasi inilah yang menyebabkan spesies ini
melimpah pada stasiun 1. Hal ini dikarenakan karang dari famili Acroporidae mempunyai kandungan protein lebih tinggi dibandingkan dengan karang dari suku
lainnya, seperti Fungidae dan Porites Madduppa 2006. Pemangsaan terhadap karang oleh ikan Chaetodontidae, karena karang menyediakan protein yang
terkandung dalam polip dan karbohidrat yang terkandung dalam alga simbion zooxanthelae dalam jaringan Reese 1977. Coles dan Strathman 1973 in
Alwany et al. 2003 menambahkan bahwa lendir karang merupakan sumber energi dan nutrien. Benson Muscatine 1974 melaporkan bahwa lendir dari
Acropora mempunyai kandungan karbon yang lebih kaya dibandingkan dengan
Porites .
Indeks keanekaragaman jenis Chaetodontidae memperlihatkan kategori yang rendah sampai sedang tabel 11. Keanekaragaman Chaetodontidae tertinggi
sedang pada stasiun 2 dan 4 1.38, sedangkan terendah pada stasiun 1 0.29. Stasiun-stasiun yang memiliki keanekaragaman yang sedang tersebut merupakan
lokasi yang dijadikan atau dimanfaatkan sebagai lokasi budidaya ikan kerapu. Hal memberikan suatu perlindungan bagi ekosistem turumbu karang dari tekanan
secara fisik dan ekologi . Selain itu, pengawasan tersebut juga memberikan satu tekanan terhadap para nelayan yang sering melakukan kegiatan perikanan tidak
ramah lingkungan dalam hal ini penggunaan bahan peledak bom. Dengan adanya pengawasan secara tidak langsung dari para pekerja dan pemilik modal
keramba jaring apung KJA tersebut, menyebabkan tekanan ekologis bagi terumbu karang berkurang. Kondisi seperti ini memberikan peluang kepada
terumbu karang untuk memperbaiki ekosistem dari kerusakan walaupun membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain memperbaiki dari kerusakannya,
juga dapat mencegah luasan areal yang rusak menjadi lebih besar. Kondisi ini menyebabkan tutupan karang hidup akan meningkat jumlahnyanya. Peningkatan
jumlah karang hidup tersebut akan berdapak pada ketersediaan jumlah makanan ikan Chaetodontidae yang melimpah. Dimana persentase tutupan karang yang
baik akan berdampak pada semakin banyak polip karang yang hidup sehingga persediaan makanan akan berlimpah. Bell et al. 1985 mengatakan meningkatnya
jumlah karang hidup akan berdampak langsung pada makanan yang dikonsumsi oleh ikan obligatif koralivora, sehingga dapat meningkatkan kelimpahan ikan
famili Chaetodontidae. Menurut Odum 1975 in Edrus dan Syam 1998 keragaman biota merupakan bukti yang digunakan untuk melihat ada tidaknya
tekanan terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh eksplorasi atau populasi. Tabel 9 Indeks kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman dan dominansi ikan
Chaetodontidae di perairan Sidodadi dan Tegal.
Indeks St 1
St 2 St 3
St 4 St 5
St 6 Kelimpahan Ni
0.05 0.11
0.06 0.12
0.07 0.06
Keanekaragaman H 0.29
1.38 1.31
1.38 1.35
1.03
Keseragaman E 0.41
0.99 0.94
1.00 0.98
0.74
Dominansi C 0.85
0.25 0.29
0.25 0.27
0.46 Pada tabel 11 menunjukkan Stasiun 1 mempunyai nilai-nilai indeks paling
rendah dibandingkan
dengan stasiun
yang lainnya,
baik kelimpahan,
keanekaragaman dan keseragaman, dimana tekanan ekologi pada stasiun 1 lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun yang lain, hanya indeks dominansi yang
paling tinggi. Rendahnya nilai indeks di stasiun 1 tersebut akibat dari tidak adanya bentuk pengawasan pada lokasi tersebut, selain itu juga merupakan lokasi
pengeboman yang terjadi beberapa tahun belakangan. Kegiatan-kegiatan manusia yang merusak antrophogenic tersebut
memberikan tekanan yang sangat berarti bagi terumbu karang dan ikan karang, baik target, mayor dan Chaetodontidae octofascitus, collare, trifascialis dan
rostratus , dimana terumbu karang sebagai sumber makanannya hilang atau rusak.
Tingginya keanekaragaman pada stasiun 2 dan 4 merupakan implikasi dari aktivitas perikanan yang ada di stasiun tersebut. Kegiatan perikanan tersebut
memberikan sutu jaminan “pengawasan” terhadap terumbu karang dari aktivitas nelayan yang tidak ramah lingkungan, seperti penggunaan bom dan sebagainya.
6.4.1. Hubungan kelimpahan ikan Chaetodontidae dengan persentase tutupan terumbu karang hidup
Dari hasil perhitungan analisis regresi, diketahui bahwa persentase tutupan karang hidup memiliki hubungan positif dengan kelimpahan ikan Chaetodontidae.
Hal ini dibuktikan dengan nilai determinan R
2
sebesar 80.2 Gambar 17. Bell Galzin 1984 menemukan hubungan antara persentase tutupan karang hidup
dengan kelimpahan ikan Chaetodontidae menunjukkan koefisien determinan R
2
0.83. Hasil ini tidak berbeda jauh dengan yang dilakukan oleh Soekarno 1989 di