Pengembangan wisata bahari Persepsi Masyarakat Terhadap Sumberdaya 1. Persepsi masyarakat terhadap terumbu karang

dan jasa lainnya. Peluang usaha tersebut akan memberikan kesempatan masyarakat pesisir untuk bekerja dan sekaligus dapat menambah pendapatan untuk menunjang kehidupan rumah tangganya. Langkah-langkah yang diperlukan: o Melakukan kajian daya dukung wisata o Peningkatan promosi wisata bahari o Mengundang investor wisata bahari o Mempermudah perizinan usaha wisata bahari o Penyediaan akses modal berusaha melalui kredit pada bank. o Pelatihan pengelolaan wisata bahari bagi pelaku wisata bahari dan masyarakat yang terlibat. Meningkatkan pengembangan wisata bahari dan budidaya laut berbasis daya dukung dan melibatkan masyarakat. Kegiatan budidaya laut khususnya keramba jaring apung KJA menurut masyarakat di perairan Teluk Lampung umumnya telah berlangsung selama kurun waktu 10 tahun teakhir. Dengan keberadaaan kegiatan budidaya laut menurunkan intensitas aktifitas pengeboman ikan yang merusak terumbu karang karena secara tidak langsung telah terjadi pengawasan di kawasan perairan. Namun kegiatan budidaya laut jika tidak ditata dan dikelola dengan baik dan tidak memperhatikan lingkungan, malah bisa membuat kehancuran bagi kelestarian terumbu karang. Langkah-langkah yang diperlukan: o Mengidentifikasi jenis-jenis usaha budidaya ikan karang yang potensial. o Penyusunan studi kelayakan dan daya dukung budidaya ikan karang. o Pelatihan teknik budidaya ikan karang yang ramah lingkungan dan berbasis masyarakat. o Melakukan evaluasi dan monitoring bersama masyarakat tentang budidaya ikan karang. 4. Pengetahuan masyarakat akan pentingnya terumbu karang menjadi titik pengelolaan untuk menata kelola jenis kegiatan wisata yang dapat dilakukan pada masing-masing lokasi penelitian. Walaupun hampir sebagian dari masyarkat menginginkan sebagai lokasi penangkapan ikan, namun jika dilihat dari kondisi yang ada dilokasi penelitian dan dari segi ekonomi, maka kegiatan yang paling efektif untuk dilakuan ialah sebagai lokasi budidaya dan wisata bahari. Hal ini didasarkan pada segi ekonomi dan keterlibatan masyarakat lebih baik jika dibandingkan dengan kegiatan perikanan tangkap. 5. Dari segi alat tangkap yang paling baik digunakan pada lokasi penelitian ialah alat tangkap pancing, karena dari segi metoda penangkapan tidak mengganggu ekosistem terumbu karang dan metode penangkapan yang dilakukan dengan menggunakan cara-cara yang merusak akan menyebabkan kelebihan tangkap dan dapat merusak ekosistem terumbu karang, oleh karena itu harus ada ketegasan dan pelarangan terhadap penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Berdasarkan fungsinya alat tangkap yang cocok untuk daerah terumbu karang adalah dengan menggunakan pancing karena selain praktis alat tangkap ini juga selektif. Penerapan suatu strategi pengelolaan agar dapat mencapai titik keberhasilan, maka semua stakeholder yang berkepentingan harus mengambil peran dan terlibat di dalamnya. Partisipasi stakeholder sangat penting dalam mendukung upaya pengelolaan, pada dasarnya semua kegiatan pengelolaan baik terumbu karang maupun ikan Chaetodontidae lebih ditekankan kepada mayarakat yang berhubungan langsung dengan ekosistem, keterlibatan ini dapat menentukan baik buruknya ekosistem. Oleh karena itu agar tetap menjaga keseimbangan antara pemanfaatan dengan pelestarian maka dibutuhkan partisipasi dari komponen stakeholder lainnya diantaranya Pemerintah Daerah yang bertindak sebagai pengambil keputusan dengan pembuatan regulasi yang sah untuk mengatur upaya pemanfaatan tanpa merugikan masyarakat agar tetap menjaga kelangsungan ekosistem dengan kegiatan penyuluhan dan pembinaan untuk pengembangan kegiatan budidaya. Hasil penelitian ini bila dihubungkan dengan kebijakan umum pengelolaan terumbu karang di Indonesia memiliki tujuan yang sama yaitu mengelola ekosistem terumbu karang berdasarkan keseimbangan antara pemanfaatan dan kelestarian yang dirancang dan dilaksanakan secara terpadu dan sinergis oleh pemerintah dan pemerintah daerah, masyarakat, swasta, perguruan tinggi, serta organisasi non pemerintah. Dari tujuan tersebut maka pemerintah Indonesia bekerjasama dengan Coral Reef Rehabilitation and Management Program Coremap. Kegiatan Coremap sendiri telah mencakup di seluruh wilayah