PLTA CIRATA KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Setelah katup utama dibuka, air masuk kedalam rumah siput spiral case. Air yang bergerak deras memutar turbin, dan keluar melalui pipa lepas tail race, selanjutnya dibuang ke saluran pembuangan. Poros turbin yang berputar tersebut berputar menggerakkan generator sehingga menghasilkan energi listrik dengan tegangan 16,5 kV disalurkan ke trafo utama main transformer, selanjutnya ke gardu induk GI dan disalurkan ke sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali Jamali 500 kV. Oleh karena kualitas dan kointinuitas air mempengaruhi perawatan, keamanan dan produksi listrik, maka PT PJB dalam usahanya memerlukan badan tersendiri yang membantu Unit Pembangkitan Cirata dalam mengelola waduk. Pada tahun 2000, PT.PJB membentuk Badan Pengelola Waduk Cirata BPWC berdasarkan SK Direksi No. 026.K023DIR2000 dengan referensi SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat No.16 Tahun 1998 tentang Pengembangan Pemanfaatan Perairan Umum dan Lahan Surutan di Waduk Cirata yang direvisi oleh SK Gubernur Jawa Barat No. 41 Tahun 2002 tentang Pengembangan dan Pemanfaatan Lahan Pertanian dan Kawasan Waduk Cirata. BPWC bertugas untuk melaksanakan pengelolaan secara profesional mengelola, memelihara dan mengembangkan potensi ekonomi asset berupa waduk dan lahan-lahan disekitarnya untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan tanpa mengabaikan kepentingan unit pembangkitan dan masyarakat yang mempergunakan sungai dan waduk tersebut. Dalam rangka pengelolaan waduk tersebut, BPWC diharapkan untuk menjaga kualitas air tetap bersih agar tidak mempengaruhi alat-alat pembangkit dan mampu menjaga umur waduk sesuai dengan life time-nya. BPWC juga diharapkan mampu menjaga pasokan air tetap cukup untuk memenuhi PT. PJB dalam memproduksi listrik. Untuk itu berbagai kegiatan pembersihan lingkungan waduk, penghijauan disekitar waduk dan penataan kegiatan budidaya perikanan masyarakat ditertibkan dan diatur sedemikian rupa agar fungsi utama pembangunan waduk ini tetap bisa optimal.

BAB 6 IDENTIFIKASI DAN ANALISIS SUMBER SEDIMEN

Sumber sedimentasi yang berasal dari dalam waduk inside activities diperkirakan berasal dari 4 sektor, yaitu sektor pertanian, sektor perikanan, skala usaha dan aktivitas domestik masyarakat yang tinggal diatas waduk maupun di sekitar waduk. Dalam rangka menentukan kebijakan yang tepat dalam mengatasi masalah sedimentasi, maka diperlukan informasi seberapa besar dampak keempat sektor tersebut terhadap perairan waduk. Untuk memperoleh informasi tersebut maka survey rumah tangga telah dilakukan terhadap ketiga sektor tersebut. Diperoleh 139 responden yang terdiri dari 68 rumah tangga perikanan, 52 orang rumah tangga pertanian dan 19 rumah tangga usaha skala kecil. Berikut ini adalah gambaran demografi hasil survey rumah tangga yang terbagi atas beberapa sektor.

6.1 Sektor Perikanan

Untuk rumah tangga perikanan, survey dilakukan di tengah waduk, ditujukan bagi masyarakat yang tinggal di atas waduk, selain menanyakan aktivitas domestik juga menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan usaha karamba jaring apung yang dilakukannya. Dari 3 Kabupaten diperoleh jumlah responden seperti pada gambar dibawah ini : Gambar 8 . Komposisi Responden RTP Berdasarkan Kabupaten Komposisi ini sesuai dengan gambaran jumlah RTP Rumah tangga petani hasil sensus BPWC, jumlah RTP Kabupaten Cianjur lebih banyak dibandingkan kabupaten lainnya sebanyak 2.511 RTP, hal ini sesuai dengan luas wilayah waduk yang sebagian besar 60 masuk wilayah administrasi Kabupaten Cianjur. Kabupaten terbesar kedua adalah Bandung Barat sebanyak 1.198 RTP dan selanjutnya Kabupaten Purwakarta dengan jumlah RTP sebanyak 492 keluarga. Jenis kelamin untuk rumah tangga petani di sektor perikanan, 100 persen didominasi oleh laki-laki. Hal ini berkaitan dengan budaya masyarakat setempat dengan adanya sistem pembagian kerja dalam keluarga, laki-laki harus bekerja di luar dan perempuan bekerja di dalam rumah, sehingga pada saat dilakukan survey, hanya responden berjenis kelamin laki-laki yang ditemui. Untuk komposisi umur responen, dapat dilihat pada gambar 11 dibawah ini. Responden dengan umur 20- 50 ditemukan lebih banyak 82 dibandingkan usia diatas 50 tahun dan dibawah 20 tahun. Usia rentang antara 20-50 tahun merupakan usia produktif untuk bekerja. Gambar 9 . Komposisi Usia Responden RTP Untuk latar belakang pendidikan responden, dapat dilihat pada gambar 12 dibawah ini. Data lama pendidikan responden, berdasarkan grafik pie dibawah, terlihat bahwa 70 persen responden hanya lulus SD, 8 orang diantaranya bahkan tidak tamat SD. Hanya 12 responden yang tamat SMP, 6 orang tamat SD dan 2 orang yang lulus perguruan tinggi. Pada survey sektor perikanan, sebagian besar responden yang ditemui hanya buruh KJA dan bukan pemilik usaha KJA dengan komposisi responden yang ditemui 40 persen pemilik KJA dan 60 persen buruh KJA. Buruh KJA biasanya merupakan orang setempat yang direkrut untuk mengelola keramba. Mereka tinggal di atas waduk, memberikan pakan pada ikan, melakukan pembersihan karamba dan bertugas juga menjaga keamanan karambanya. Mereka pun melakukan semua aktivitas manusia diatas waduk, seperti mandi, mencuci, dan makan. Walaupun 70 persen responden adalah warga sekitar waduk dan memiliki rumah di darat, tetapi frekuensi ke darat sangat kecil, biasanya satu minggu sekali jika ada sholat jumat atau ada keperluan dengan keluarga. Pendapatan buruh KJA berkisar Rp600.000,00 – Rp900.000,00 per bulannya, dengan tambahan bahan makanan pokok dari pemilik KJA untuk hidup sehari-hari selama di air. Besarnya bervariasi tergantung dari pemilik KJA. Gambar 10. Komposisi Lama Pendidikan Responden RTP Kajian berikutnya adalah informasi limbah cair dan limbah padat yang dihasilkan oleh aktivitas domestik penunggu KJA. Dari hasil penelitian, rata-rata responden memiliki 7 unit KJA dengan 2 orang pegawai yang tinggal menetap diatas waduk. Informasi mengenai aktivitas domestik ini penting karena mereka menggunakan air waduk untuk mandi, mencuci dan buang air. Tentu saja hal ini dapat mempengaruhi kualitas air waduk. Untuk limbah cair, rata-rata responden mandi dengan sabun mandi sebanyak 3 kali per hari, dengan air waduk yang digunakan untuk mandi rata-rata per hari adalah 200 liter. Cuci pakaian dengan menggunakan deterjen, rata-rata 5 kali per minggu dengan jumlah air yang digunakan sebanyak 250 liter. Mencuci perahu atau asset lain dilakukan rata-rata 2 kali per minggu dengan banyaknya air yang digunakan rata-rata sebanyak 100 liter. Mencuci perahu ini juga dilakukan dengan menggunakan sabun colek yang sama berbahayanya dengan mandi dan mencuci pakaian. BAB rata-rata dilakukan