jarak rumah d dari waduk, jumlah anggota rumah tangga f, asal responden j dan jenis kelamin s.
WTP = fi, e, a, q, o, d, f, j, s
4.4.3 Analisis Kelembagaan
Studi kelembagaan akan mengacu pada kerangka berpikir DolsakOstrom 2003. Bagaimana sumber daya dapat dimanfaatkan tergantung pada faktor-
faktor yang saling berkaitan. Faktor ekonomi, politik, kebijakan dan teknologi akan menjadi unit analisis. Hubungan antara faktor-faktor tersebut dan kaitannya
dengan karakteristik pengguna sumber daya serta karakteristik sumber daya itu sendiri akan sangat mempengaruhi jenis dan bentuk struktur dan infrastruktur
kelembagaan dalam pengelolaan Waduk Cirata. Hal tersebut dapat dilihat dalam diagram pada gambar 6 dibawah ini :
Gambar 6 . Metode Analisis Kelembagaan
Dari sisi faktor ekonomi akan dilihat bagaimana demand dari budidaya perikanan yang mempengaruhi semakin banyaknya jumlah KJA. Dalam hal ini
akan mengkaji berapa permintaan pasar baik lokal, domestik maupun nasional terhadap ikan setiap tahunnya, jumlah usaha pendukung lain yang bergerak
dibidang budidaya perikanan seperti usaha pakan ikan, bibit ikan maupun alat-alat
pembudidaya. Adanya biaya transaksi yang terjadi pada perijinan budidaya, retribusi dan premanisme yang terjadi di sekitar waduk yang mempengaruhi biaya
produksi budidaya perikanan dan kontribusi kegiatan budidaya perikanan ini terhadap PAD dari 3 kabupaten yang melingkupi Waduk Cirata menjadi kajian
dalam pembahasan faktor economic enviroment. Untuk political enviroment, akan ditelusuri sejauhmana pemegang
kebijakan yang berkuasa saat ini dan bagaimana mereka membuat kebijakan terkait dengan pengelolaan Waduk Cirata. Hal ini akan terlihat dari instruksi
gubernur, SK pemerintah daerah maupun undang-undang lain yang terkait dengan kebijakan pemerintah di tiga kabupaten. Wilayah waduk yang beririsan diantara 3
kabupaten di Jawa Barat yaitu Purwakarta, Bandung Barat dan Cianjur juga mempengaruhi kebijakan pengelolaan waduk. Kesamaan persepsi terkait dengan
aktivitas KJA diantara tiga kabupaten tentunya akan mempengaruhi keberlanjutan waduk.
Kajian legal enviroment akan dilakukan dengan melakukan analisa kontent untuk masing-masing kebijakanUndang-undang yang menjadi dasar pengelola
waduk. Bagaimana undang-undang dan kewenangan tersebut diimplementasikan serta respon dari masyarakat terkait undang-undang tersebut dan kinerja lembaga
juga akan ditelaah. Pada unit analisis ini, parameter yang digunakan untuk mengamati arah kebijakan terletak pada kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
oleh pemerintah pusat dan daerah terhadap pengelolaan waduk. Sinkronisasi kebijakan yang dikeluarkan antara ketiga wilayah administrasi di perairan waduk
yaitu pemerintah daerah Bandung Barat, Purwakarta dan Cianjur juga patut ditelusuri, karena ketika salah satu wilayah tidak mendukung kebijakan
lingkungan maka akan mempengaruhi kondisi waduk keseluruhan. Analisis berikutnya terutama ditujukan untuk aturan yang ditetapkan oleh Gubernur
Propinsi Jawa Barat mengenai daya dukung lingkungan waduk dan jumlah KJA yang diperbolehkan berada di area waduk.
Teknologi yang digunakan oleh para penggguna sumber daya akan diidentifikasi dan dianalisis apakah penggunaanya dapat merugikan pihak lain
atau menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan. Misalnya penggunaan drum atau busa untuk konstruksi karamba apakah dapat menyebabkan terjadinya
perbedaan produksi dan menimbulkan dampak lingkungan. Penggunaan teknologi berkaitan dengan biaya produksi, dan biaya eksternalitas. Semakin baik konstruksi
karamba KJA tentunya akan semakin mahal biaya investasi yang mempengaruhi pendapatan seseorang, sehingga pengguna sumber daya cenderung mencari
alternatif yang lebih murah dan mudah dalam membuat kontruksi KJA, yang tentu saja memiliki dampak lingkungan yang berbeda. Jenis pakan ikan, frekuensi
pemberian pakan serta jenis ikan yang ditanam, akan memberikan dampak yang berbeda baik terhadap lingkungan maupun profit yang diperoleh petani KJA.
Ketiadaan aturan main yang jelas dalam hal penggunaan teknologi ternyata juga dapat mengancam keberlanjutan waduk. Kebutuhan data dari setiap unit analisis,
yaitu ekonomi, politik, hukum dan teknologi dapat dilihat pada Tabel 9. Untuk karakteristik pengguna sumber daya, analisis ini akan memetakan
stakeholder yang berperan dalam melaksanakan dan yang menjadi sasaran kebijakan. Berdasarkan teori kelembagaan analisis stakeholder mengacu pada
seperangkat alat untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan stakeholder atas dasar atributnya, hubungan timbal baliknya dan kepentingannya dalam kaitannya
dengan isu atau sumber daya yang ada. Analisis yang dilakukan berupa : siapa para aktor yang berperan, bagaimana posisinya, apa hasil yang diharapkan oleh
para aktor, bagaimana keterkaitan aksi dan hasil, siapa yang melakukan kontrol terhadap perilaku aktor dan informasi apa saja yang dimiliki aktor serta biaya dan
manfaat yang ditanggung oleh aktor untuk melakukan pengorganisasian kelembagaan sumber daya. Pemetaan pengguna sumber daya ini dilakukan
dengan menggunakan Tabel 10. Hasil analisis stakeholder dapat memperlihatkan bagaimana interaksi antara
aktor. Interaksi yang diperoleh dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan analisis konflik. Dalam analisis ini dilakukan pemetaan terhadap konflik indikator,
peace indikator dan stakeholder analisis. Konflik indikator memetakan akar masalah yang menyebabkan konflik, faktor-faktor yang menyebabkan konflik
proximate cause dan faktor-faktor yang menjadi pemicu konflik trigger. Ketiga indikator tersebut akan dikaitkan dengan situasi politik, ekonomi dan
sosial cultural. Peace indikator merupakan hal-hal yang biasa dilakukan masyarakat dalam rangka menangani konflik diantara mereka. Dalam peace