Faktor Teknologi ANALISIS KELEMBAGAAN

perairan waduk. Sebanyak 30 orang petugas kebersihan ditempatkan di 7 lokasi yang setiap hari bertugas memungut sampah di danau. Biaya yang dikeluarkan untuk penanggulangan sampah di waduk sebesar 200-300 juta per-bulan, atau sebesar 3 milyar per-tahun. Adapun ketujuh lokasi pembersihan adalah : dam intake, batas zona bahaya, DAS Cisokan, DAS Citarum-Cimeta, DAS Cibalagung, DAS Cikundul, dan DAS Cilangkap. Untuk kegiatan penghijauan, BPWC telah menanm 100.000 bibit pohon yang ditanam sepanjang pinggir waduk. Biaya untuk penghijauan rata-rata sebesar 250 juta rupiah per-tahun, yang terdiri dari pengadaan bibit 150 juta rupiah per tahun dan pemeliharaan bibit sebesar 80 juta rupiah per-tahun. Selain itu BPWC juga melakukan kegiatan CSR kepada masyarakat di desa Ciroyom, Kec. Cipeundeuy, Kab. Bandung Barat berupa pembuatan shelter ojek, steam pencucian motor, bantuan mesin jahit, perbaikan madrasah, rumah jompo, sumur pompa, mesjid, dan masih banyak kegiatan pengembangan ekonomi masyarakat. Rata-rata dana CSR untuk kegiatan diatas sebesar 400-700 juta rupiah per-tahun. Sesuai peraturan perundang-undangan, BPWC menjadi filtering pertama bagi pengurusan perijinan yaitu mekanisme pembuatan SPL Surat Penempatan Lokasi. Surat ini merupakan lampiran untuk pengurusan surat ijin pembudidaya ke tingkat propinsi. Dalam rangka pengurusan SPL ini, BPWC bekerjasama dengan berbagai pihak seperti Dinas perikanan masing-masing kabupaten, pemerintahan kecamatan muspika, dan pihak desa, melakukan kegiatan pengurusan SPL dengan sistem jemput bola. Pihak-pihak yang ditetapkan untuk bekerjasama menurut SK Gubernur No. 14 tahun 2002, berhak atas beberapa persen pembagian hasil seperti tercantum pada alur mekanisme pada bagian faktor kebijakan. Biaya operasional untuk kegiatan pengurusan SPL ini sebesar 34 juta rupiah per-bulan, sedangkan pendapatan BPWC dari hasil SPL ini rata-rata hanya 12 juta per-bulan. Hal ini secara ekonomi tidak efesien, perlu ada mekanisme baru untuk pengurusan SPL, karena SPL ini hanya berlaku 1 tahun dan terus akan diperbaharui.

8.6.2 Dinas Perikanan Kabupaten Bandung Barat, Cianjur dan Purwakarta

Sesuai SK Gubernur No. 14 Tahun 2002, dinas perikanan masing-masing kabupaten bertanggungjawab terhadap tehnis pembudidayaan yang berada di Waduk Cirata. Dinas perikanan melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi perikanan petani yang dapat memberikan kesejahteraan kepada petani pembudidaya ikan di Cirata. Kegiatan yang dilakukan antara lain membuat kolam percontohan, membuat berbagai penelitian, membentuk kelompok pembudidaya, kelompok nelayan, kelompok pengolahan hasil perikanan, dan melakukan berbagai pelatihan terkait dengan tehnis pembudidayaan ikan. Dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, berdasarkan hasil wawancara dengan penyuluh dinas perikanan Kabupaten Purwakarta dan Bandung Barat mengaku tidak mendapatkan dana operasional untuk kegiatan-kegiatan tersebut. Dana yang diperoleh berasal dari kementrian pusat atau BPWC. Kabupaten Purwakarta dan Bandung Barat juga tidak dikenai wajib PAD oleh pemerintah daerahnya, sedangkan untuk Kabupaten Cianjur, sejak tahun 2008, Waduk Cirata dikenai wajib PAD sebesar 26 juta rupiahtahun, tahun 2012 ini sebesar 40 juta rupiah per-tahun.

8.6.3 POKMASWAS Kelompok Pengawas Masyarakat

Kelompok ini merupakan kelompok bentukan Dinas Perikanan karena adanya program pemerintah pusat Kementrian Perikanan dan Kelautan pada tahun 2010. Kelompok ini dibentuk dengan tujuan untuk menjaga keamanan wilayah perairan dengan melibatkan peran serta masyarakat. Masing-masing kabupaten mulai meresponi pembentukan pokmaswas ini dan mendapatkan SK penempatan kerja dari Dinas Perikanan masing-masing kabupaten. Untuk wilayah Bandung Barat dan Purwakarta, POKMASWAS terintegrasi dengan ASPINDAC Asosiasi Pembudidaya Ikan Waduk Cirata dan menjadi unit kerja ASPINDAC. Kelompok Cianjur yang tidak memiliki asosiasi menempatkan POKMASWAS sebagai kelompok mandiri yang disamakan dengan kelompok-kelompok pembudidaya, kelompok nelayan dan kelompok pengolahan. Oleh karena amanat pembentukannya untuk menjaga keamanan, maka pembentukan POKMASWAS ini banyak melibatkan para preman atau juga pembudidaya. Dengan harapan tingkat pencurian dapat ditekan dan keamanan dapat ditegakkan di wilayah perairan. Namun karena organisasi ini masih tergolong baru, sehingga aktivitasnya masih sedikit dan belum menunjukkan hasil yang maksimal.

8.6.4 ASPINDAC Asosiasi Petani Pembudidaya Ikan Waduk Cirata

Kelompok ASPINDAC ini terbentuk pada tahun 2007 dan sudah mendapatkan pengakuan legal dari akta notaris Kabupaten Bandung Barat. Oleh karena menggunakan akta notaris wilayah Bandung Barat ini, maka asosiasi ini tidak begitu diakui oleh kabupaten lain seperti Cianjur, sehingga kelompok petani di kabupaten Cianjur tidak termasuk dalam kelompok asosiasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua pengurus ASPINDAC, jumlah anggota yang terdaftar dalam ASPINDAC sebanyak 80 kelompok atau kurang lebih 3500 petani KJA. Tujuan awal pembentukan asosiasi ini untuk mengakomodir berbagai permasalahan petani KJA terutama dalam merespon kenaikan harga pakan, penurunan harga ikan, dan penurunan kualitas air dalam upaya meningkatkan perekonomian petani KJA di Cirata. Kegiatan yang dilakukan selama ini adalah mengadakan rapat, membuat pernyataan sikap keberatan kepada pemerintah tentang kenaikan harga pakan yang berpotensi memberikan kerugian kepada petani dan berupaya membentuk agen pakan khusus untuk anggota dengan harga yang lebih murah. ASPINDAC sering bekerjasama dengan BPWC dalam program-program pelestarian lingkungan waduk. Langkah awal dalam proses desiminasi suistanability waduk.

8.6.5 Kelompok Penjual Pakan Agen, Sub Agen dan Bandar Ikan

Kelompok ini merupakan kelompok tidak teroganisasi, namun cukup banyak ditemui di Cirata. Kurang lebih 105 agen dan sub agen tersebar di 3 kabupaten. Rata-rata keuntungan yang diperoleh para agensub agen kurang lebih 3-5 jutabulan, dengan rata-rata penjualan pakan kurang lebih 750 Kghari. Oleh karena harga pakan telah diatur oleh masing-masing agen maka tidak ada persaingan diantara para sub agen. Ada insentif yang diberikan kepada sub agen jika para sub agen ini mampu mencapai limit penjualan tertinggi. Insentif yang diberikan biasanya berupa perjalanan wisata ke luar negeri. Sub agen biasanya juga menjadi bandar ikan selain menjual pakan melalui mekanisme principal and