Sektor Usaha Kecil IDENTIFIKASI DAN ANALISIS SUMBER SEDIMEN

Pola perilaku masyarakat di darat hampir sama dengan masyarakat yang tinggal di atas waduk. Masyarakat tidak terbiasa untuk melakukan pemilahan sampah dan mencampur semua sampah baik organik maupun anorganik. Tempat pembuangan sampah mereka adalah kebun, di depan halaman rumah atau selokan depan rumah yang bermuara ke waduk. Beberapa masyarakat 60 persen membakar sampah-sampah ini dan membiarkan abunya terbawa angin atau air menuju ke selokan. Sebagian lain 40 persen langsung membuangnya ke selokan dan akan terbawa air pada saat hujan menuju ke waduk. Jika 40 persen masyarakat yang tinggal di sekitar waduk langsung membuang sampahnya ke selokan yang bermuara ke waduk, berarti secara tidak langsung masyarakat membuang sampahnya ke waduk, karena jika musim penghujan, sampah-sampah itu akan mengalir masuk ke waduk terbawa oleh aliran air hujan. Berdasarkan data Potensi Desa kabupaten Cianjur, Purwakarta dan Bandung 2009 terdapat 15 desa dari 3 kabupaten yang letaknya berada di pinggiran Waduk Cirata, atau kira-kira 22.584 RT. Jika 40 persennya atau setara dengan 9.030 RT yang membuang sampahnya ke waduk, maka diperkirakan dalam 1 hari terdapat 58 ton sampah yang dibuang ke waduk. Jika dikumulatifkan selama 1 tahun maka terdapat 21.000 ton sampah yang masuk ke waduk dan berpotensi menyebabkan sedimentasi. Tabel 19 . Data limbah cair yang dihasilkan masyarakat di sekitar waduk Aktivitas Frekuensi Minggu Jumlah airRT Liter Jumlah airwaduk Liter Mandi 21 11.395,44 102.941.846,78 Cuci pakaian 6 269,18 2.431.664,45 Cuci asset 1 62,12 561.167,23 BAB 14 36 328.190,69 TOTAL 106.262.869,15 Per bulan 425.051.476,61 Per tahun 5.100.617.719,30 Sumber : Data primer diolah 2012 Limbah cair yang juga dihasilkan masyarakat sekitar waduk dapat dilihat pada Tabel 19 diatas. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata masyarakat yang tinggal di darat mandi 3 kali dalam sehari dengan menghabiskan air sebanyak 11.395,44 liter per minggunya. Untuk mencuci pakaian dilakukan hampir setiap hari 6 kali per minggu dengan rata-rata air yang digunakan sebanyak 269,18 liter. Data ini lebih banyak dibandingkan air yang digunakan oleh masyarakat yang tinggal diatas waduk. Hal ini diperkirakan karena kebanyakan masyarakat yang tinggal di atas waduk berjenis kelamin laki-laki dan mencuci pakaian bukanlah tugas pokok dari laki-laki, sehingga frekuensi mencuci pakaian lebih banyak dilakukan oleh masyarakat di darat yang lebih banyak didominasi oleh perempuan. Volume air yang dipergunakan pun lebih banyak masyarakat di darat dibandingkan masyarakat yang tinggal di air, padahal tidak semua masyarakat didarat menggunakan air waduk untuk melakukan aktivitas ini. Sebagian besar masyarakat menggunakan air sumur dan sebagian kecil menggunakan air waduk untuk mencuci pakaian dan mandi. Alasan sebagian kecil masyarakat yang lebih senang menggunakan air waduk untuk mencuci dan mandi karena masalah kebiasaan. Mereka lebih senang mencuci di waduk karena bebas menggunakan air tanpa dibatasi dan tanpa harus menimba air di sumur. Mereka pun mengaku tidak takut akan bahaya penyakit yang mungkin diderita karena menggunakan air waduk yang kualitasnya semakin menurun hasil wawancara dengan responden, Mei 2012 Untuk aktivitas mencuci asset, masyarakat di darat lebih sedikit mencuci assetnya dibandingkan masyarakat yang tinggal di air. Hal ini mungkin disebabkan masyarakat yang tinggal di atas waduk menyadari bahwa perahu sebagai satu-satunya transportasi mereka menuju ke darat harus dirawat dan dijaga, karena itu perawatan perahu dengan cara membersihkan dan mencucinya dilakukan masyarakat sebanyak 2 kali dalam seminggu. Kategori asset yang dimiliki masyarakat di darat adalah motor atau mobil. Sebagian besar hanya mencuci assetnya sebanyak 1 kali seminggu dengan jumlah air yang digunakan rata-rata sebanyak 62,12 liter. Aktivitas BAB yang dilakukan oleh masyarakat di darat 1 kali lebih banyak frekuensinya dibandingkan masyarakat yang tinggal di atas waduk. Hal ini karena aktivitas BAB masyarakat yang tinggal diwaduk biasanya dilakukan setelah hari gelap, sedangkan untuk masyarakat di darat tidak dibatasi waktu. Walaupun 40 persen masyarakat melakukan aktivitas BAB-nya di pinggir waduk.