Analisis Benefit Perhitungan Estimasi Kerugian

merupakan data simulasi dari biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengatasi sedimentasi dan biaya-biaya operasional dan maintenance secara keseluruhan berdasarkan hasil wawancara dengan staf keuangan dan staf BPWC. Berdasarkan Tabel 26 diatas, pengeluaran untuk pembersihan saluran air pada tahun 2007 cukup besar oleh karena adanya kerusakan pada salah satu turbin sehingga mempengaruhi saluran air; sedangkan pada tahun 2011 juga terdapat pengeluaran yang cukup besar karena adanya kegiatan overhaulpemeriksaan dan penggantian secara menyeluruh alat pembangkit termasuk pembersihan dan perawatan saluran air. Komposisi biaya operasional BPWC pada kolom kedua, berdasarkan hasil wawancara dengan staf BPWC, yang berkaitan dengan kegiatan mengatasi sedimentasi terdiri dari biaya penghijauan sekitar waduk sebesar Rp250.000.000,00tahun yang terdiri dari biaya pengadaan bibit sebesar Rp150.000.000,00 dan biaya pemeliharaan sebesar Rp80.000.000,00. Biaya penanggulangan sampah sebanyak Rp200.000.000 – 300.000.000,00bulan atau sekitar 3 milyar rupiahtahun. Dana penanggulangan sampah tersebut dikeluarkan untuk menggaji tenaga sukarelawan yang memungutmengambil sampah di danau di 7 titik lokasi, pengadaan perahu dan motor tempel. Kolom ke-4 Empat pada tabel diatas, merupakan biaya keseluruhan yang dikeluarkan oleh PT PJB dalam memproduksi listrik. Biaya tersebut terdiri dari biaya operasional, biaya pemeliharaan pembangkit, termasuk beban biaya penyusutan, beban pegawai dan beban lain-lain. Berdasarkan hasil wawancara dan verifikasi Laporan Tahunan PT. PJB secara cooperate, beban biaya penyusutan, beban pegawai dan beban lain-lainnya berkisar 40-60 persen dari beban biaya maintenance dan operasional. Menurut keterangan staf enjinering, biaya pemeliharaan pembangkit mengalami trend yang meningkat dari tahun ke tahun. Pada pemeriksaan menyeluruh alat pembangkit over haul yang dilaksanakan pada tahun 2011, beberapa bagian alat pembangkit mengalami korosivitas yang lebih cepat dari spesifikasi pabrik. Hal ini terjadi karena kualitas air yang buruk dan banyak mengandung unsur logam berat. Untuk melihat perbandingan biaya secara umum, biaya pemeliharan saluran air, biaya maintenance dan operasional pembangkit, dan biaya BPWC dalam mengatasi sedimentasi, dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Gambar 23 . Perbandingan Biaya Penanggulanan Sedimentasi vs Total Biaya OperationalMaintenance Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa biaya operasional dan maintenance cenderung meningkat sepanjang sepuluh tahun terakhir. Begitu pula dengan biaya yang dikeluarkan oleh PT. PJB dalam mengatasi sedimentasi juga menunjukkan trend peningkatan. Ekstrapolasi cost juga dilakukan untuk mengestimasi biaya yang dikeluarkan sampai dengan akhir proyek, yang dilampirkan pada Lampiran 11 Sebelas.

7.3.3 Analisis Kerugian

Secara umum biaya operasional dan maintenance memang mengalami trend peningkatan, namun hal ini tidak bisa dijadikan dasar untuk perhitungan kerugian spesifik karena sedimentasi. Oleh karena biaya operasional dan maintenance merupakan kumulatif dari seluruh pembiayaan yang terjadi termasuk dalam mengatasi korosivitas dan beban lain. Sesuai hubungan antara elevasi, sedimentasi dan produksi listrik, serta analisis biaya yang dikeluarkan PT. PJB berkaitan dengan sedimentantasi maka dapat disimpulkan bahwa PLTA sampai dengan saat ini belum mengalami kerugian akibat sedimentasi, oleh karena TMA masih dalam batasan yang wajar elevasi normal, sehingga produksi listrik tetap dapat berjalan. Namun akumulasi sedimentasi sebesar 146 juta m 3 tersebut berpotensi mengurangi produksi listrik karena masa layan waduk yang berkurang. Jika laju sedimentasi berdasarkan pengukuran 2007 dianggap konstan, artinya laju sedimentasi tidak bertambah dari tahun ke tahun, maka diperkirakan dead storage waduk terisi penuh oleh lapisan sediment dalam waktu 60 tahun lagi. Oleh karena umur waduk dari mulai beroperasi 1988-2012 telah berumur 19 tahun, dan laju sedimentasi berdasarkan perencanaan sebesar 5,3 juta m 3 tahun, maka dengan kapasitas 491 juta m 3 , direncanakan umur waduk mencapai 87 tahun lihat perhitungan gambar. Dengan perencanaan 87 tahun dan umur waduk saat ini sudah berlangsung 19 tahun, maka umur waduk tahun 2012 ini tinggal 68 tahun. Berdasarkan perhitungan umur layan waduk tahun 2007 dalam Laporan Hasil Sedimentasi PT. PJB 2008 yang hanya tinggal 60 tahun, maka waduk mengalami 8 Delapan tahun masa layanannya. Berikut ini tabel yang memudahkan perhitungan masa layan yang hilang dari hasi data sedimentasi yang diperoleh dari PT. PJB : Tabel 27. Data Perhitungan Masa Layan Waduk yang Hilang Akibat Sedimentasi Parameter Perencanaan 1988 Pengukuran Sedimentasi 2007 Volume waduk Juta m 3 491 368 Sediment Rate m 3 tahun 5,6 6,16 Umur layan tahun 87 60 Masa layan yang hilang thn 8 Sumber : Data PJB dan hasil analisis 2012 Berdasarkan perhitungan berkurangnya masa layan waduk, maka dapat dihitung kerugian PLTA akibat sedimentasi karena berpeluang tidak dapat berproduksi selama Delapan tahun, dengan cara melakukan ektrapolasi pada data benefit dan cost diatas, sehingga diperoleh benefit dan cost dari awal tahun beroperasinya waduk 1988 sampai berakhirnya waduk di tahun 2075. Perhitungan ektrapolasi dapat dilihat pada lampiran 10 dan 11. Hasil ektrapolasi cost dan benefit kemudian di buat NPV untuk mengetahui nilai uang pada masa sekarang. Perhitungan NPV hasil ektrapolasi dapat dilihat pada lampiran 12 dan 13. Delapan tahun terakhir yaitu 2068-2075 merupakan potensi kerugian PLTA