KERANGKA PEMIKIRAN Economic Loss of Hydropower Caused by Sedimentation and Institutional Role for Cirata Dam Management

Gubernur No. 41 Tahun 2002. Sehingga muncul budidaya perikanan air tawar dengan teknologi KJA di perairan Waduk Cirata. Aktivitas perikanan di dalam waduk ternyata membawa keuntungan yang cukup besar dan tidak membutuhkan perijinan yang rumit sehingga mengakibatkan banyak pihak di luar masyarakat setempat yang tertarik untuk usaha budidaya ini. Ketiadaan kelembagaan yang mengatur perijinan dan proses memulainya usaha budidaya ini menyebabkan jumlah KJA semakin meningkat dari tahun ke tahun hingga menyebabkan masalah lingkungan yang cukup serius yaitu kualitas air yang semakin memburuk dan penumpukan sisa pakan dan feses ikan yang dapat menyebabkan sedimentasi. Hal ini terlihat dari data pengukuran sedimentasi waduk yang sudah melebihi design pembangunan Waduk Cirata. Selain adanya akitivitas perikanan yang terdapat di dalam waduk, ternyata aktivitas outside pun memberi kontribusi terhadap sedimentasi di Waduk Cirata. Cirata sebagai waduk kaskade yang berada di antara Waduk Saguling di hulu dan Jatiluhur di hilir, pasti menerima air buangan dari Waduk Saguling. Aktivitas pertanian yang tinggi di Saguling dan limbah buangan pertanian yang banyak mengandung bahan kimia pestisida turun menuju waduk Cirata. Partikel-partikel sedimen yang diduga dapat terperangkap di Waduk Saguling dan membawa air yang relatif bersih ke Cirata ternyata tidaklah demikian, kenyataannya masih tingginya sedimentasi di Waduk Cirata. Hal ini bisa disebabkan karena tingginya tingkat erosi di hulu-hulu sungai yang bermuara di Waduk Cirata yang membawa partikel-partikel dan menumpuk di dasar waduk. Tingkat erosi ini disebabkan oleh tingginya konversi lahan dari hutan menjadi lahan pemukiman atau industri. Konversi lahan menjadi pemukiman menjadi indikasi pula bahwa semakin tingginya jumlah penduduk yang mendiami bantaran sungai. Akibat langsung dari indikasi tersebut adalah limbah rumah tangga yang biasanya langsung dibuang ke sungai, terbawa arus dan bermuara di waduk. Adanya aktivitas industri yang berada di sekitar DAS sungai-sungai yang bermuara di Waduk Cirata juga memberikan kontribusi terhadap penurunan kualitas air dan sedimentasi karena limbah industri yang tidak mengalami pengolahan terlebih dahulu. Kedua aktivitas yang berasal dari dalam waduk dan hulu sungai-sungai serta air buangan dari Waduk Saguling di hulu sungai Citarum telah berkontribusi terhadap tingkat sedimentasi di Waduk Cirata. Akibat dari sedimentasi ini ternyata membuat umur waduk berkurang karena kualitas air yang buruk dapat membuat korosif beberapa alat pembangkit dan mengurangi umur operasionalnya. Di kemudian hari hal ini akan mengakibatkan produksi listrik pun akan menurun atau berkurang masa pelayanannya. Dampak luas yang terjadi adalah kerugian ekonomi yang ditimbulkan karena tingginya biaya operasional dan maintenance untuk perawatan alat-alat pembangkit sehingga menurunkan profit atau keuntungan PLTA. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis estimasi kerugian ekonomi yang diakibatkan sedimentasi, terutama terhadap fungsi utama dibangunnya waduk sebagai pembangkit listrik. Estimasi kerugian ekonomi PLTA ini akan didekati dengan menghitung besarnya biaya maintenance dan operasional dan penurunan keuntungan dari data produksi listrik yang dihasilkan PLTA. Untuk melihat tata kelola pemanfaatan waduk, maka penelitian ini juga mengkaji bagaimana pengaturan kelembagaan yang berjalan saat ini. Bagaimana harapan para aktor dalam pengelolaan Waduk Cirata yang lestari. Analisis kelembagaan dilakukan dengan melihat analisis struktur kelembagaan yang mencangkup identifikasi institusi yang berwenang dalam pengelolaan waduk, identifikasi peran dan tanggungjawab dari masing-masing institusi yang ada, identifikasi hubungan antara berbagai institusi yang bersama-sama melakukan pengelolaan waduk dan analisis konflik yang pernah ada diantara berbagai aktor dan institusi yang ada di Waduk Cirata. Selanjutnya akan dilakukan analisis infrastruktur yang mencakup aturan main yang berlaku di masing-masing institusi, analisis kontent peraturan-peraturan tersebut dan bagaimana implementasi dari peraturan yang berlaku dalam insitusi tersebut. Dari kedua analisis tersebut akan diperoleh data-data untuk menyusun design kelembagaan baru yang tepat dalam menjawab persoalan mengenai tingginya tingkat sedimentasi yang menyebabkan kerugian baik jangka pendek maupun jangka panjang.

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan perairan Waduk Cirata yang meliputi 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Cianjur, Purwakarta dan Bandung Barat. Terdiri dari 6 kecamatan dan 15 desa yang terletak di pinggiran Waduk Cirata. dan daerah bendungan PLTA UP-PJB dan BPWC yang berada di Desa Cadas Sari, Kecamatan Tegal Waru, Plered, Kabupaten Purwakarta. Gambar lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1 Satu. Pengumpulan data, pengolahan dan penulisan dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2012.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan sekunder. Tabel 6 dibawah ini adalah matriks keterkaitan antara tujuan penelitian, sumber data dan metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini : Tabel 6 . Matriks Keterkaitan Tujuan, Sumber Data dan Metode Analisis Data No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data 1 Identifikasi Sumber Sedimentasi  Data Primer  Data Sekunder Analisis Statistika Descriptive 2 Estimasi Kerugian Ekonomi PLTA  Data Primer Analisis Benefit dan Cost 3 Analisis Kelembagaan - Identifikasi dan analisis interaksi pengguna SD  Data Primer  Data Sekunder Analisis stakeholder dan analisis konflik - Identifikasi dan analisis karakteristik SD  Data Primer  Data Sekunder Analisis Deskriptif - Identifikasi dan analisis kebijakan  Data Primer  Data Sekunder Analisis Kontent dan Analisis Gap - Identifikasi dan analisis variabel unit lain : ekonomi, politik, kebijakan dan teknologi  Data Primer  Data Sekunder Pendekatan Dolsak dan Ostrom 2003 - Redesign Kelembagaan  Data Primer  Data Sekunder Pendekatan Dolsak dan Ostrom 2003 Data primer diperoleh langsung dari responden terpilih melalui wawancara secara mendalam dengan pertanyaan-pertanyaan terstruktur berupa kuesioner dan diskusi terfokus FGD untuk analisis kelembagaan. Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan data-data statistik yang berasal dari instansi-instansi terkait seperti Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Cianjur, Purwakarta, dan Bandung Barat, Instansi BPWC, BPS, PT PJB, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi. Untuk estimasi kerugian PLTA wawancara dilakukan langsung dengan petugas PLTA dan seksi terkait untuk pengambilan data keuangan dan data produksi. Secara lengkap jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2 Dua.

4.3 Metode Pengambilan Sampel

Untuk identifikasi sumber sedimentasi sektor rumah tangga, industri, pertanian dan perikanan KJA dilakukan secara cluster random sampling. Clustering didasarkan pada pembagian keempat sektor diatas. Mengingat luasnya wilayah pengamatan yang meliputi tiga kabupaten yaitu Cianjur, Bandung Barat dan Purwakarta, maka pemilihan sampling didasarkan atas area geografis tertentu. Area geografis yang dimaksud yaitu kecamatan-kecamatan yang terletak di pinggiran waduk. Pemilihan sample berikutnya ditentukan berdasarkan sub set tertentu, yaitu dipilih desa-desa yang berada di sekitar genangan dan menjadi sentra perikanan KJA dari masing-masing kabupaten. Untuk identifikasi sumber sedimentasi pada sektor pertanian dan industri, maka terlebih dahulu akan dilakukan identifikasi luas lahan dan pemiliknya serta jumlah industri yang berada di sekitar waduk. Selanjutnya dari hasil jumlah identifikasi tersebut akan dilakukan pemilihan secara acak dengan besarnya jumlah sample proporsional. Adapun untuk menghitung besarnya jumlah sampel di masing-masing desa dan sektoral dilakukan dengan mengaju pada Fauzi 2001 dengan rumusan sebagai berikut: n = Dimana : n = jumlah sampel yang diambil N = Jumlah populasi Z = Standar deviasi yang berhubungan dengan tingkat kepercayaan 95 d = Tingkat akurasipresisi 10 Berdasarkan perhitungan besaran sample diatas, maka dapat ditentukan besarnya jumlah sample wilayah penelitian untuk cluster sektor rumah tangga meliputi 3 Kabupaten, 6 kecamatan dan 15 desa, dengan jumlah responden sebesar 284 orang. Penentuan jumlah responden di setiap desa dilakukan secara proporsional dan pemilihan responden di masing-masing desa akan dilakukan secara acak. Mengingat kondisi wilayah yang akan diteliti bersifat homogen yang dicirikan dengan tingkat pendapatan masyarakat yang relatif sama, besarnya skala usaha yang dimiliki hampir serupa dan kondisi tempat tinggal yang sama, maka pengambilan sample dilakukan sebanyak 50 responden yang mewakili masing- masing cluster; sehingga total untuk tiga cluster sebanyak 150 sample Lihat Tabel 7. Adapun jenis kuesioner dibagi menjadi empat sektor dengan masing- masing sektor dilengkapi dengan kuesioner data demografi responden yang terdapat pada kuesioner sektor rumah tangga domestik. Kuesioner sektor rumah tangga domestik, sektor pertanian, sektor perikanan dan sektor usaha berturut- turut terdapat pada Lampiran 3, 4, 5 dan 6. Untuk analisis kelembagaan, penentuan responden dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan identifikasi terhadap jenis lembaga yang ada di tiga zonasi waduk sesuai zona pembagian wilayah pengelola waduk, yaitu Zona Bandung Barat, Purwakarta dan Cianjur. Kelembagaan yang sejenis akan dilakukan wawancara dan FGD dengan sampling secara acak yang mewakili tiga zona wilayah tersebut. KII juga akan dilakukan terhadap tokoh-tokoh kunci yang berperan dalam pengelolaan waduk dengan menggunakan panduan pertanyaan seperti terdapat pada kusioner FGD dan KII pada Lampiran 7 Tujuh. Adapun kelompok yang telah diwawancarai terdapat pada Tabel 8 Delapan.