62
Gambar 5.6 Peta sebaran petani SRI di Kabupaten Indramayu
5.5 Pendapatan dan Distribusi Pendapatan Petani
Pendapatan usaha tani yaitu pendapatan yang diperoleh dari usaha bertani dalam hal ini yaitu usaha tani padi sawah. Jika dinilai dari produksi dalam bentuk
gabah kering panen GKP, maka pendapatan bersih net profit usaha tani padi sawah yaitu selisih antara nilai penjualan GKP jumlah produksi dikalikan dengan
harga GKP dengan jumlah biaya yang dikeluarkan selama proses budidaya padi. Rata- rata pendapatan bersih aktual riil
– dimana biaya sewa lahan dan tenaga kerja dalam keluarga tidak dihitung sebagai biaya yang harus dibayarkan oleh
petani sebagai komponen biaya – untuk petani padi sawah yang menerapkan
metode konvensional yaitu sebesar Rp 15 119 429 per hektar per musim, sedangkan pendapatan petani yang menerapkan metode SRI yaitu Rp 15 710 783
per hektar per musim tanam.
Berdasarkan hasil survey, keragaan sumber pendapatan rumah tangga petani padi sawah di lokasi penelitian baik yang menerapkan metode konvenisonal
maupun metode SRI dapat disajikan pada Gambar 5.7. Gambar 5.6, menunjukkan bahwa 68.09 sumber pendapatan rumah tangga
petani di Kabupaten Indramayu berasal dari usaha tani padi sawah, 9.70 bersumber dari usaha tani selain padi palawija dan buah, 4.12 bersumber dari
berburuh tani buruh panen dan buruh tenaga kerja, 8.38 bersumber dari gaji PNS, 4.24 bersumber dari berdagang dan 5.47 bersumber dari sumber lainnya
buruh diluar sektor pertanian. Pendapatan rata-rata rumah tangga petani padi SRI per tahun yaitu Rp 47 751 414 atau sekitar Rp 3 979 285 untuk tiap bulannya,
dengan rata-rata anggota keluarga sebanyak 4.2 orang maka pendapatan per kapita untuk petani padi sawah yang menerapkan metode SRI sebesar Rp 947 449 per
bulan. Sedangkan pendapatan rata-rata rumah tangga petani padi konvensional
63 yaitu Rp 34 546 741 per tahun atau sekitar 2 878 895 rupiah per bulan, dengan
rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 3.5 orang maka rata-rata pendapatan per kapita untuk petani padi sawah yang menerapkan metode konvensional yaitu
sebesar Rp 822 541 per bulan.
UT Padi Sawah 68,09
UT Non Padi 9,70
Buruh Tani 4,12
PNS 8,38
Dagang 4,24
Lainnya 5,47
Sumber: Hasil pengolahan data 2013
Gambar 5.7 Sumber pendapatan petani padi di Kabupaten Indramayu Guna mengetahui apakah rata-rata pendapatan rumah tangga petani SRI
berbeda nyata atau tidak dengan rata-rata pendapatan petani konvensional maka dilakukan uji beda nyata secara statistik. Berdasarkan hasil uji beda rata-rata
menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar -2.02 lebih kecil dari t tabel sebesar 2.28 |- t hitung| t tabel dan nilai p-value sebesar 0.046 lebih kecil dari derajat
kesalahan 5 p-
value α maka dari data tersebut untuk menolak H atau
menerima H
1
, yang artinya bahwa rata-rata pendapatan rumah tangga petani padi SRI dalam satu tahun berbeda nyata secara statistik dengan rata-rata pendapatan
rumah tangga petani konvensional pada taraf kepercayaan 9 5 α = 5. Proses
uji beda rata-rata pendapatan rumah tangga petani dapat dilihat pada Lampiran 3. Distribusi pendapatan rumah tangga petani total pendapatan dalam satu
tahun dapat digambarkan melalui gambar dotplot dan boxplot. Gambar 5.8 dan Gambar 5.9 menggambarkan distribusi penyebaran pendapatan rumah tangga
petani. Pendapatan rumah tangga petani konvensional terendah yaitu sebesar Rp 4 779 000 per tahun dan petani SRI sebesar Rp 19 697 000 per tahun, sedangkan
pendapatan tertinggi petani konvensional sebesar Rp 142 310 000 per tahun dan petani SRI Rp 150 980 000 per tahun.
Berdasarkan Gambar 5.8 menunjukkan bahwa, dari 60 petani konvensional sebanyak 30 50 petani responden, pendapatan berada pada kisaran antara Rp
20 000 000 sampai dengan Rp 40 000 000 per tahun dengan nilai tengah median pendapatan yaitu Rp 25 186 250. Dari gambar boxplot terlihat ada data pencilan
outlier dimana pendapatan pertahunnya lebih dari Rp 100 000 000, hal ini disebabkan oleh luas garapan lahan sawah petani tersebut lebih dari 2 hektar.
Sedangkan untuk petani SRI, 50 pendapatan petani berkisar antara Rp 25 000 000 sampai dengan Rp 45 000 000 per tahunnya dengan nilai tengah median
64
140000000 120000000
100000000 80000000
60000000 40000000
20000000
1 2
Pendapatan Rptahun 1
: K
o n
v e
n si
o n
a l;
2 :
S R
I
pendapatan Rp 41 396 500. Dari gambar boxplot terlihat adanya data pencilan outlier dimana pendapatan per tahunnya melebihi Rp 125 000 000, ini
disebabkan karena petani tersebut memiliki sumber pendapatan lain yang cukup besar yaitu sebagai PNS dan usaha tani padi konvensional. Data pencilan outlier
tersebut akan menyebabkan rendahnya tingkat pemerataan atau distribusi pendapatan petani, selain itu akan menyebabkan tingginya nilai rata-rata
pendapatan sehingga nilai rata-rata pendapatannya menjadi bias ke atas, tidak sesuai dengan realita yang sebenarnya.
Gambar 5.8 Dotplot pendapatan rumah tangga petani padi konvensional dan SRI
2 1
160000000 140000000
120000000 100000000
80000000 60000000
40000000 20000000
1: Konvensional; 2: SRI P
e n
d a
p a
ta n
P e
ta n
i R
p t
a h
u n
Boxplot Pendapatan Petani Konvensional dan SRI
Gambar 5.9 Boxplot pendapatan rumah tangga petani padi konvensional dan SRI Penyebaran distribusi pendapatan petani baik petani konvensional maupun
SRI ditujukkan untuk mengetahui tingkat pemerataan pendapatan antar petani, apakah sudah terjadi pemerataan atau sebaliknya terjadi kesenjangan pendapatan.
Dari hasil analisis Indeks Gini IG menunjukkan bahwa: 1 nilai IG untuk petani padi konvensional sebesar 0.62, hal ini menandakkan adanya ketimpangan
pendapatan yang sangat timpang. Salah satu penyebabnya diduga akibat adanya perbedaan penguasaan lahan yang mencolok, dari data survey kisaran luas
penguasaan lahan berkisar antara 0.08
–2.80 hektar serta adanya perbedaan intensitas pertanaman IP padi antara responden. IP padi petani konvensional ada
yang 300 3 kali tanam dalam 1 tahun sebanyak 8 responden13.33, ada yang 200 2 kali tanam dalam 1 tahun sebanyak 43 responden 71.67 dan ada yang
100 1 kali tanam dalam 1 tahun sebanyak 9 responden 15.00. Ketimpangan
65 pendapatan petani konvensional juga didukung dengan nilai Rasio Kuznets yaitu
sebesar 2.90, interpretasinya yaitu kelompok pendapatan tinggi, pendapatannya 2.90 kali lebih besar dari kelompok pendapatan terendah. Rasio Kuznets
menggambarkan tingkat ketimpangan pendapatan antara 40 kelompok pendapatan terendah dengan 20 kelompok pendapatan tertinggi setelah
diurutkan dan dibagi menjadi 5 kelompok pendapatan kuintil. 2 nilai IG untuk petani padi SRI sebesar 0.48, menandakkan adanya tingkat ketimpangan
pendapatan yang sedang, dengan nilai Rasio Kuznets sebesar 1.89, maknanya yaitu kelompok berpendapatan tinggi, pendapatannya 1.89 kali lebih besar dari
kelompok pendapatan terendah. Penghitungan nilai Indeks Gini dan Rasio Kuznets dapat dilihat pada Lampiran 4.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
P e
rs e
n ta
se P
e n
d a
p a
ta n
Persentase Penerima Pendapatan Garis Pemerataan
Petani SRI Petani Konvensional
Gambar 5.10 Kurva Lorenzs pendapatan petani padi di Kabupaten Indramayu Gambar 5.10 menggambarkan tingkat perbedaan ketimpangan pendapatan
rumah tangga petani baik petani padi konvensional maupun petani padi SRI. Semakin besar luas daerah antara garis pemerataan dan Kurva Lorenz
menunjukkan tingkat ketimpangan pendapatan semakin timpang, begitu sebaliknya. Ketimpangan pendapatan petani padi SRI lebih kecil lebih merata
jika dibandingkan dengan petani padi konvensional, salah satunya disebabkan karena kisaran luas penguasaan lahan petani SRI lebih kecil yaitu antara 0.29
– 2.0 hektar. Oleh karena itu sangat beralasan bila ketidakmerataan pendapatan
rumah tangga di perdesaan yang berbasis pertanian berkaitan erat dengan ketidakmerataan struktur penguasaan lahan pertanian Nurmanaf, 2002. Selain
itu, petani SRI memiliki intensitas pertanaman IP padi yang hampir sama 97.67 yaitu 200 2 kali tanam dalam 1 tahun, hanya 1 petani responden
3.33 yang IP padi-nya 100 1 kali tanam dalam 1 tahun, sehingga pendapatan yang diperoleh dari usaha tani padi sawah lebih merata ketimbang petani
konvensional.
66
5.6 Peran Padi dalam Perekonomian Indonesia