Sekam dan Dedak Nilai Ekonomis Tanaman Padi

86

5.9.2 Sekam dan Dedak

Limbah sering diartikan sebagai bahan buanganbahan sisa dari proses pengolahan hasil pertanian. Proses penghancuran limbah secara alami berlangsung lambat, sehingga limbah tidak saja mengganggu lingkungan sekitarnya tetapi juga mengganggu kesehatan manusia. Pada setiap penggilingan padi akan selalu kita lihat tumpukan bahkan gunungan sekam yang semakin lama semakin tinggi. Saat ini pemanfaatan sekam padi tersebut masih sangat sedikit, sehingga sekam tetap menjadi bahan limbah yang mengganggu lingkungan. Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energi atau bahan bakar. Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30, dedak antara 8- 12 dan beras giling antara 50-63.5 data bobot awal gabah. Sekam dengan persentase yang tinggi tersebut dapat menimbulkan problem lingkungan Balitbangtan 2006. Ditinjau data komposisi kimiawi, sekam mengandung beberapa unsur kimia penting seperti: karbon atau zat arang 1.33; hidrogen 1.54; oksigen 33.64 dan silika 16.98. Dengan komposisi kandungan kimia seperti tersebut, sekam dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di antaranya: a sebagai bahan baku pada industri kimia, terutama kandungan zat kimia furfural yang dapat digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri kimia; b sebagai bahan baku pada industri bahan bangunan, terutama kandungan silika SiO 2 yang dapat digunakan untuk campuran pada pembuatan semen portland, bahan isolasi, husk-board dan campuran pada industri bata merah; dan c sebagai sumber energi panas pada berbagai keperluan manusia, kadar selulosa yang cukup tinggi dapat memberikan pembakaran yang merata dan stabil. Sedangkan dedak dimanfaatkan sebagai bahan baku dan campuran pakan ternak baik skala industri maupun rumah tangga. Proses penggilingan gabah dapat dilakukan setelah gabah tersebut dijemur dan dikeringkan sampai kadar airnya mencapai 14, pada umumnya susut berat dari gabah kering panen ke gabah kering giling rata-rata 15 atau rendemen dari GKP ke GKG yaitu 85. Berdasarkan rendemen tersebut, produksi gabah kering giling di Kabupaten Indramayu pada tahun 2011 sebesar 1.19 juta ton GKG, dengan asumsi semua produksi di giling semua, maka potensi sekam dan dedak yang dihasilkan dari proses penggilingan gabah tersebut sebanyak: 297.5 ribu ton sekam dan 119 ribu ton dedak. Biasanya, sekam dan dedak hasil dari penggilingan gabah merupakan bagian jatah untuk pemilik penggilingan RMU. Pemilik RMU menjual sekam dalam bentuk karungan yang bobotnya bisa mencapai 40 kilogram per karungnya dengan harga Rp 4 000, maka penghasilan yang diperoleh dari penjualan sekam di seluruh Kabupaten Indramayu sebesar Rp 29.75 miliar. Sedangkan dedak di jual dengan harga Rp 1 500 per kilogram, maka total penghasilan dari penjulan dedak di seluruh Kaupaten Indramayu sebesar Rp 178.5 miliar. Produk ikutan padi, selain dimanfaatkan sebagai bahan baku industri dan keperluan rumah tangga petani, juga bisa dikonversi menjadi energi. Jerami padi jika dikonversi menjadi energi sebesar 15.20 MJkg sedangkan sekam 15.30 MJkg dan dedak 16.50 MJkg Manurung 2004 dalam Rahmarestia 2006. Hasil 87 estimasi potensi energi dari konversi jerami, sekam dan dedak di Kabupaten Indramayu tersaji pada Tabel 5.28. Tabel 5.28 Nilai ekonomis hasil ikutan tanaman padi di Kabupaten Indramayu, tahun 2011 Bentuk output Potensi Biomassa ribu ton Nilai Rp miliar Energi kalor GJ Setara bensin juta liter Jerami 2:3 2 100 420 31.92 x 10 6 991.30 Sekam 25 GKG 297.5 29.75 4.55 x 10 6 141.40 Dedak 10 GKG 119 178.5 1.96 x 10 6 61.00 GJ: Giga Joule 1 liter bensin = 32.20 MJ Berdasarkan Tabel 5.28 di atas, hasil ikutan dari budidaya padi sawah akan memberikan pendapatan yang cukup besar baik untuk petani maupun untuk pendapatan daerah tersebut. Untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan campur tangan dari pemerintah daerah Pemda untuk melakukan investasi dibidang pengolahan pupuk organik kompos yang berbahan baku jerami baik dari segi proses produksi, penjualan sampai ke kelembagaannya. Selain dapat meningkatkan nilai ekonomis jerami, proses pembuatan pupuk organik juga dapat menyerap tenaga kerja sekor pertanian yang tidak dapat terserap semuanya dalam proses budidaya on farm, sehingga tingkat pengangguran berkurang, pendapatan meningkat dan pada akhirnya tingkat kemiskinan akan berkurang. 88 6 SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan